Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Kematian Calon Pencuri Emas

22 Oktober 2018   09:46 Diperbarui: 22 Oktober 2018   09:58 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dian menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Matanya terpejam dan tangan kanannya mengurut tulang hidungnya. Beberapa saat kemudian dia menegakkan duduknya, menumpukan sikunya pada meja, dan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan mukanya. Tiba-tiba, sesuatu menyenggol lengan kirinya. Dian membuka matanya. Di hadapannya, tersaji secangkir teh. Dian kemudian menoleh ke kiri.

"Minum, Mbak," kata Sandra, sekretaris Dian. "Ini teh bunga kamomil. Bisa menenangkan perasaan yang gelisah. Sudah tidak panas, kok."

Dian memandang Sandra. Dilihat muka sekretarisnya yang tirus dengan bibir merah merekah namun jarang tersenyum. Walaupun begitu, Dian tahu, Sandra adalah orang yang sangat perhatian padanya.

"Terima kasih, San," ujar Dian sambil mengangkat cangkir dan mencecap teh yang ada di dalamnya.

Sandra kemudian duduk di kursi depan Dian. Dia menyandarkan punggungnya, menaikkan kaki kirinya ke atas kaki kanannya, dan meletakkan sikunya pada lengan kursi.

"Masih belum ada perkembangan tentang kematian pemuda itu?" tanya Sandra.

"Kalau aku sudah menemukan titik terangnya, tentu tidak di sini aku sekarang," jawab Dian lemah.

Dian Prameswari, seorang detektif swasta, diminta oleh pihak kepolisian untuk ikut serta menangani kasus kematian seorang pemuda. Ini bukan pertama kalinya Dian bekerja sama dengan kepolisian. Beberapa kali dia diminta oleh kepolisian untuk menjadi informan tidak resmi karena Dian, yang tidak terikat oleh lembaga, bisa masuk ke mana saja dan mendengarkan apa saja.

Dua hari yang lalu, seseorang menelpon kantor polisi. Dia melaporkan bau tidak sedap yang berasal dari rumah tetangganya. Seperti bau bangkai tikus tapi lebih kuat dan lebih tajam. Karena penasaran, pelapor membunyikan bel rumah yang sepi itu. Beberapa menit kemudian, 2 orang polisi datang. Mereka menerobos pagar yang masih tertutup rapat dan membuka paksa pintu rumah yang diduga sumber bau. Setelah menyisir rumah itu, polisi menemukan mayat di sebuah kamar tidur. Mayat itu berada di atas kasur dalam posisi terlentang. Selanjutnya, banyak polisi yang datang dan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Bahkan, rumah tersebut diberi garis batas berwarna kuning.

"Bagaimana dengan penemu jenazahnya?" tanya Sandra lagi.

"Dia sudah dibebaskan oleh kepolisian," jawab Dian. "Tidak ada yang mencurigakan dari orang itu. Dia hanya seorang tetangga yang mencium bau busuk dari depan rumah Si Pemuda dan melaporkannya pada polisi. Tidak ada tanda-tanda bahwa orang itu pernah memasuki rumah. Dan dia punya alibi. Hari Minggu pagi, hari perkiraan meninggalnya pemuda itu, dia sedang berada di luar kota."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun