Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Presentasi Continuing Professional Development For Pharmacist: Patah Hati Boleh Si Ganteng

29 Oktober 2016   07:02 Diperbarui: 29 Oktober 2016   09:13 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ya udah intinya kasusnya kayak gini lah. Trus pertanyaanku kemarin dah kejawab blom?” Tanya Mas Putra.
“Udaaahh…” Jawabku penuh semangat. “Ni, guidelinenya di sini, kalo ternyata dia pas awal serangan dikasihnya aspilet, berarti udah sesuai dengan guidelinenya. Trus yang pertanyaanmu tentang penggunaan clopidogrel, ada di jurnal pendukung yang ini, jadi, bisa juga digunakan kombinasi pengencer darah,”

Aku mengibarkan kertas jurnal yang sudah aku semediin semalaman.
“Gak ah, pertanyaannya bukan itu,” Kata Mas Putra sambil membaca kertas jurnalku.
“Kok bukan itu? Kan kemarin aku udah SMS sampai 2 kali, dan katamu pertanyaannya itu, gak akan diganti lagi,” kataku sambil membelalak.
Yang bener aja dia ni. Selain tidak bertanggung jawab dia juga gak konsisten, coba! Tuhan, ada orang kayak gini?

“Lah, kamu dah nemu jawabannya gitu. Ngapain aku nampilin pertanyaan itu kalo kamu udah tau jawabannya,” Kata Mas Putra berlagak gak punya dosa. “nih, pertanyaannya ganti ini…”
Dan selain tidak bertanggung jawab dan tidak konsisten, dia ternyata orang egois!
Ish… aku kesel banget sama mas Putra. Saat itu aku memang hanya memandangi layar laptopku tapi di benakku, aku nglipet-lipet mas Putra ini, lalu aku masukin dalam plastik trus dibentuk bola trus aku tendang sampe ke Timur Tengah sana trus dia ketemu sama penyihir Jafar trus diubah deh jadi kodok trus dimakan sama ular di padang pasir.

“Eh, udah lohor ni. Kamu solat gak?” Tanya mas Putra.
“Solat donk.” Jawabku singkat.
“Kamu biasa makan dimana?” Tanya Mas Putra. “Habis ini solat trus makan yuk, di kantin?”
“Gak ah,” tolakku. “Aku gak mau makan sama Mas Putra.”
Kata orang, mas Putra ini emang ramah dan suka mengajak semua orang untuk makan siang. Ini yang aku maksud dulu, kalo orang ganteng gak mungkin jahat. Ternyata, orang ganteng yang ini nyebelin dan suka seenaknya sendiri. Aku lagi kesel juga, jangan aku jadi gak enak makan gara-gara bareng ma dia.

Setelah memberesi barang-barangku, aku lalu keluar dari ruang belajar di gedung rekam medis dan pergi ke basecamp.
“Knapa mukamu, Mei?” Tanya Pras ketika aku sampai di basecamp.
“Aku kesel sama Mas Putra…” Kataku. “Dia, bisa-bisanya bilang, ‘kalo kamu tau jawabannya ngapain aku tanya.’” Aku lalu menceritakan kekesalanku pada Mas Putra ke teman-teman yang lain.
“Kayaknya dulu ada yang bilang, deh. ‘asyik, aku dapet yang ganteng…’” sindir seorang teman.
“iya, pas mau diajak tukeran, Si Mei bilangnya, ‘gak mau, mas Putra punyaku…’” kata teman yang lain lagi.

“Pas dibilang Mas Putra tuh jahat lho, dia bilangnya, ‘gak mungkin orang ganteng jahat.’” Kata teman yang lain lagi.
Aku jadi malu sendiri. Iya sih, kemarin sebelum ngerjain presentasi dan sebelum tau Mas Putra bisa semenyebalkan ini, aku ngomong seperti yang mereka katakan. Gak ada yang memungkiri kalau dia itu ganteng tapi mana aku tau kalo dia bisa seperti itu. Sekarang setelah aku tau kenyataannya, sesak lah hatiku ini.
“Ih,, ya udah sih…”kataku memotong ledekan mereka. “Aku kan sekarang menyesal.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun