Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pulang ke Kampung yang Ada Halamannya

5 Juli 2016   10:08 Diperbarui: 5 Juli 2016   12:17 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Meta.... Bangun!” teriak Ibuku sambil menggedor kamarku.

Saat itu pukul 8 pagi dan ibuku sudah membuat keributan. Beliau membangunkan anak-anaknya untuk membagi tugas pekerjaan. Tidak tergesa-gesa untuk melakukan apapun membuat badanku sangat malas disini, biasanya jam 6 pagi itu sudah siang sekali bagiku.

“Ya Ma...” sahutku sambil keluar kamar dan berpindah tidur di sofa ruang tengah.

Di sofa itu adik bungsuku sudah menempatinya terlebih dahulu, dan aku menggusurnya. Adikku yang kedua hanya membuka pintu kamar dan kembali tidur di kasurnya. Ibuku menghela nafas panjang.

“Meta, Mama mau ke pasar. Jangan lupa nyapu. Si Mbaknya udah libur hari ini,” kata Ibuku. “Fitra, habis meta nyapu lantainya dipel.”

“Ya Ma...” jawabku.

“Teras juga disapu ya!” sambung ibuku sebelum beliau beranjak pergi ke pasar.

“Iya, Ma...” jawabku lagi.

Sudah lebih dari 2 tahun aku tinggal jauh dari rumah orang tuaku, dan ini lebaran ke 3 ku. Syukurnya, lebaran kali ini aku bisa tiba di rumah orang tuaku 2 hari sebelum lebaran. Tahun lalu, aku tiba di rumah orang tuaku hari lebaran ke 2 dan pergi pada hari setelahnya. Tahun lalunya lagi, aku malah tidak ke rumah orang tuaku, aku menghabiskan lebaran di rumah nenekku di Bekasi.

Aku lalu menyapu seluruh rumah itu. Mulai dari ruang tengah, tempat makan, dapur, ruang tamu, dan teras. Aku berhenti setelah menyapu teras rumah, dan duduk disitu. Teras rumah yang asalnya tidak terlalu besar tapi sepertinya jadi bertambah sempit dengan adanya beberapa perabot yang ditambahkan ayahku di sini. Teras rumah yang menghadap ke halaman rumah.

Halaman rumah pun sudah jauh berbeda dari ketika kutinggal beberapa waktu lalu. Halaman rumah ini sebelumnya hanya ada pohon ‘teh-tehan’, sebuah pohon yang menyerupai pohon teh yang digunakan sebagai pagar hidup, sebuah pohon jambu, dan beberapa pot yang berisi tanaman hias. Kini menjadi lebih ramai dengan lebih banyak tanaman di halaman ini dan sebuah jalan setapak yang menghubungkan teras rumah dengan garasi.

Di halaman rumah ini, dulu saat aku masih sekolah dan kuliah, tempat aku dan teman-temanku berkumpul pada hari libur. Kami mengerjakan tugas atau hanya sekedar mengobrol mengisi waktu. Membicarakan hal-hal yang remeh temeh, opini-opini, atau rencana melakukan sesuatu yang amazing padahal hasilnya belum tentu.

Di halaman rumah ini juga aku menghabiskan banyak waktuku. Untuk sekedar menggelar karpet dan duduk-duduk membaca setumpuk buku yang aku pinjam dari perpustakaan, mengerjakan tugas kuliah, atau bereksperimen menanam tanaman (yang seringnya berakhir gagal dan kemudian disukseskan oleh ayahku).

Ya,halaman rumah ini yang sudah lama tidak mengisi hari-hariku. Namun dia mengisi hari-hari orang yang masih tinggal disini. Tiba-tiba aku jadi merindukan hari-hari saat aku masih menghabiskan waktuku di sini.

“Meta... kalo udah selesai nyapunya sini bantu bungkus snack buat takbiran.” Teriak ibuku dari dapur memotong lamunanku.

“Ya Ma...” jawabku.

Dan teriakan ibuku juga, yang aku rindukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun