“Kayaknya yang nunggu obat banyak banget sih, Mei.” Tanya pimpinan klinik padaku.
“Tau ah!” hardikku. “Perasaan saya udah mandi deh…”
Saat itu aku sedang kesal, gak asyik banget sih ni dokter. Udah pasiennya banyak, obat racikan semua. Kalau pasiennya banyak, kasih sirup jadi kek, atau gimana sih? Baku amat jadi orang. Ini lagi si bapak pimpinan, make nanya lagi. Kekesalanku jadi tambah-tambah.
“Saya dari tadi liat kamu belum duduk.” Katanya sambil ketawa. “Kamu gak capek?”
Aku diam saja sambil terus menyiapkan obat. Tiba-tiba, si dokter umum masuk ke ruang farmasi dan duduk di kursiku.
Begitu aku selesai melayani pasien, aku lalu berbalik dan bertanya pada dokter.
“Dokter, dokter dah mandi belum sih?” tanyaku penuh selidik pada dokter itu. Plis deh, ini bukan hari senin gitu, Knapa pasiennya banyak-banyak amat sih?
“Belum.” Jawabnya. Matanya lalu berkilat penuh kejahatan mau meledekku. “Saya gak pernah mandi. Da sengaja gak mandi biar pasiennya banyak biar orang farmasinya ada kerjaan.”
“IIIhhhhh….” Teriakku. Aku lalu melengos penuh sebal.
Dia ni sadar gak sih, kerjaan aku banyak dan aku satu-satunya orang farmasi di sini? Aku belum nyusun obat, bikin pesanan obat, input resep ke computer, belum ini belum itu. Dan dokter merasa gue masih butuh kerjaan lagi… Oh Tuhan…
***