Mohon tunggu...
Meisy Syifa
Meisy Syifa Mohon Tunggu... Penulis - Agent Of Change

Hanya seorang pemudi yang mempunyai tekad untuk mengubah apa yang seharusnya diubah dan membenahi apa yang seharusnya dibenahi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tips Berorganisasi dengan 'Bahasa Keluarga' (Ubah Komunikasi untuk Strategi Berorganisasi)

10 Juli 2021   09:47 Diperbarui: 5 Oktober 2021   12:26 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo guys, como estas?. Artinya apa kabar dalam bahasa portugis. Baiklah pembahasan kali ini bakalan penting buat kalian terutama anak-anak organisasi. Dalam organisasi pastilah ada problematika. Dan komunikasi adalah kunci dalam suksesnya suatu organisasi.

Tetapi taukah teman-teman komunikasi saja tidak cukup loh dalam berorganisasi karena jenis bahasa dalam berkomunikasi itu banyak. Ada bahasa komunikasi dengan bahasa sindiran, bahasa 'emak-emak', bahasa hakim(bahasa yang bijaksana), bahasa keluarga. Jenis komunikasi tersebut lah yang akan menentukan responan terhadap komunikasi yang kita berikan.

Tips-tips yang akan dipaparkan di sini sudah saya praktekkan selama tiga tahun. Hasilnya memuaskan tetapi harus melewati beberapa rintangan. Jenis bahasa apa yang harus digunakan pada waktu tertentu dalam berkomunikasi di organisasi.

Jenis bahasa pertama yang akan dikupas adalah bahasa sindiran. Bahasa sindiran terkesan egois dan memiliki sifat emosi. Orang yang menggunakan bahasa ini biasanya bersikap dingin.

Ekspresi seseorang yang memakai bahasa sindiran terkesan sinis. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada udang di balik batu bahwa terkadang ekspresi tidak sama dengan apa yang dikatakan. Bahasa sindiran bisa saja ditandai dengan orang yang kurang open minded. Karena kurangnya wawasan dan sudut pandang itulah yang menjadikan bahasa sindiran itu muncul.

Bahasa sindiran bisa menyebabkan bentuk respons yang fatal disuatu organisasi. Memicu perdebatan dan renggangnya hubungan satu anggota dengan anggota lainnya. Akhirnya membuat kinerja para anggota menurun. Apalagi jika memiliki anggota-anggota yang mudah tersinggung.

Bahasa sindiran bisa lanjut atau berdampak pada hubungan pribadi alias di luar kepentingan organisasi. Akibatnya retaknya hubungan  dalam jangka pendek maupun panjang jika tidak segera diselesaikan. Dan dapat memengaruhi kehidupan sosial di sekitarnya juga.

Namun bahasa sindiran kerap diklaim menjadi bahasa yang cepat menuntaskan permasalahan. Orang yang berpandangan seperti ini biasanya sudah menyerah dengan permasalahan yang tidak kunjung selesai. Beberapa orang bisa sadar dengan tindakan orang ini. Tetapi kebanyakan orang akan jengkel dengan tindakannya karena memperburuk keadaan.

Bahasa 'emak-emak' didominasi oleh orang-orang yang 'cerewet', centil, suara keras. Bahasa 'emak-emak' bisa menarik permasalahan menjadi urusan yang konyol untuk ditangani sehingga munul sedikit suasana humor. Tetapi orang-orang ini kurang bisa berorganisasi dan jiwa kepemimpinannya kurang. Akibatnya tugas organisasi terlantarkan dan tidak maju-maju.

Di sisi lain bahasa 'emak-emak' bisa memperburuk keadaan. Orang yang memakainya terkadang mudah terhasut dan ikut menggunakan bahasa sindiran. Jika tidak segera ditangani maka banyak ketidak keterbukaan di antara anggota lainnya. Orang dengan bahasa 'emak-emak' 'doyan' dengan aktivitas gunjing-menggunjing satu sama lain dan mengutamakan kenyamanan pribadi.

Bahasa bijaksana biasa disebut bahasa hakim. Setiap ada masalah akan keluar kata-kata bijak dari orang yang mengggunakan bahasa hakim. Orang ini bisa menjadi penengah dengan memberi keputusan yang adil.

Orang yang memakai bahasa hakim dapat menjalin hubungan organisasi dengan baik. Orang ini memiliki selera humor yang khas tetapi lebih didominasi oleh sesuatu yang bersifat formal atau kaku. Selain itu, orang ini dianggap paling dewasa oleh anggota lainnya.

Orang yang memakai bahasa hakim banyak diangkat menjadi pemangku adat, juru adat ataupun ketua dalam suatu organisasi. Namun karena jarangnya bertindak gegabah atau marah, sekali marah pasti mengerikan lebih tepatnya membekas dihati angota lainnya.

Terakhir bahasa keluarga, bahasa yang mampu menyelesaikan masalah dengan sederhana. Bahasa ini dimiliki oleh orang yang mempunyai banyak sudut pandang. Keputusan yang disampaikan bisa merugikan sebagaian anggotan tetapi tetap menjaga hati mereka.

Bahasa keluarga memang terkesan sederhana. Tetapi selain bisa menyelesaikan masalah juga mampu menjaga hubungan antar anggota. Maka keharmonisan akan selalu ada. Bahasa keluarga hampir sama dengan bahasa hakim tetapi bahasa keluarga memiliki lebih dari satu jenis humoris sekaligus dan lebih akrab(semi formal).

Orang yang memakai bahasa keluarga memiliki sifat luwes dan open minded. Bahasa keluarga awalnya akan mengundang masalah. Hal yang dipandang salah kebanyakan orang akan dipandang salah paham.

Orang ini memiliki pandangan bahwa semua anggota akan ada masanya melakukan kesalahan. Hanya waktu yang membedakannya. Sisi sosialnya mampu menerima semua keadaan salah satu anggota yang diklaim anggota lain kurang normal.

Kesan enjoy dari bahasa keluarga membuatnya diterima dengan mudah oleh anggota lain. Bahasa keluarga mengedepankan sisi sosial dan psikologi. Bahasa keluarga belajar memahami orang lain.

Sisi dewasa dari bahasa keluarga seperti pelukan ibu yang menenangkan. Bahasa keluarga itu mengajak bukan memerintah. Dan bahasa keluarga itu membahas bukan mengevaluasi.

Misalnya dalam masalah kerja sama antara satu anggota dengan anggota lainnya. Berikut akan saya buat poin-poinnya:

  1. Bahasa sindiran (tolong ya kita kan satu organisasi. seharusnya kalau temannya repot dibantulah)
  2. Bahasa 'emak-emak' (kalo temannya kerja ya ikut kerja dong ih, nggak ngilu apa liatin temennya pada lelah pengen istirahat. Sini bentar selfi dulu yuk)
  3. Bahasa hakim (temen-temen kita bantu yang di sana biar cepet selesai kerjaannya)
  4. Bahasa keluarga (bentar guys ini gimana yak kok gini, coba sini dulu, aku kurang paham nih kayak gini)
  5. Bahasa sindiran (makasi ya udah bantuin. Kalo bisa lain kali tolong lebih peka)
  6. Bahasa 'emak-emak' (aduh makasih banget yahhh seneng deh uwu banget pokoknya. Sering-sering deh bantuin)
  7. Bahasa hakim (wah bagus. Kamu bisa nyelesein tugasmu dengan cepat)
  8. Bahasa keluarga (keren bray ternyata gitu caranya. Wkwk makasih loh)

Itulah perbedaan bahasa yang sering dilupakan. Di dalam suatu organisasi selalu mengedepankan komunikasi tetapi sering lupa bagaimana cara berkomunikasi yang tidak menyakiti. Apalagi intonasi dan mimik wajah bisa menjadi penanda orang marah atau bahagia.

Merangkai kata untuk berkomunikasi sangatlah penting. Bisa saja satu kata dari satu orang mengubah orang lain secara permanen. Akibatnya pasti fatal.

"Lebih baik program kerja tidak maksimal tapi rasa kekeluargaannya optimal daripada program kerja sukses tetapi rasa kekeluargaannya nol", Meylaustra.

Organisasi bukan cuma menyukseskan suatu program kerja tetapi bagaimana caranya mengeratkan tali persaudaraan sesama sehingga berkahlah program kerjanya.

So, rasa kekeluargaan jauh lebih penting daripada program kerja, saudara.

Semoga bermanfaat aamiin, xixi..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun