"Apa yang kakak lakukan? Lancang!" sungut Mery begitu emosi, ditariknya lengan Arin hingga Gadis itu tersungkur.
"Aku tak pernah ikut campur urusan kakak, kenapa kakak malah kepo urusan aku, menyebalkan" ucap Mery sedikit kasar.
"Sabar, Mer. Tak ada maksud kakak begitu, kita telah diperdaya, diperdaya" jawab Arin sedikit histeris. Mery melongo, belum paham apa maksud kakaknya.
"jangan berbelit-belit kak, atau kakak sengaja mencari-cari alasan?"
"Kakak bicara jujur, Mer. Jelaskan pada kakak, siapa orang ada di foto itu, siapa, Mer?" Mery gelagapan, masih tak mengerti dengan arah pembicaraan Arin.
"Bogas maksud kakak?" tanyanya sembari menunjuk foto yang dipegangnya. Arin memberi isyarat dengan anggukan.
"Kenapa, kak. Dia pacar aku. Kami baru jadian dua minggu yang lalu" ucap Mery datar, bola matanya mengerjap tanpa dosa. Wajah Arin mulai pias, tubuhnya sedikit sempoyongan kalau saja Mery tak segera menangkapnya.
"Ya, Tuhan. Mery..." ia memejamkan mata tak tahu harus bicara apa.
"Kak, ada apa, tolong jangan bikin aku tambah bingung. Kenapa dengan Bogas ..."
"Kita mencintai orang yang sama, Mery. Lelaki yang kau bilang Bogas adalah Arga, calon suami kakak"
"jangan bercanda, Kak. Aku tahu betul siapa Bogas, kakak pasti salah, kakak salah" Mery membantingkan tubuhnya di ranjang, ia masih tak percaya dengan cerita Arin. Arin memilih diam, menelungkupkan wajah di antara dua lutut, pikirannya juga bergolak dalam letupan luka kian nanah, bara api benci kian berkobar, antara dendam dan sakit hati.