Mohon tunggu...
Meisya Rahma kalissa
Meisya Rahma kalissa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hukum, Universitas Mulawarman, menjadi instruktur melukis dalam kegiatan creative class, penah juara terbaik monolog tingkat Provinsi Kaltim, juara melukis,

Saya merupakan seorang penulis sekaligus Seniman, sehari - hari memiliki hobi melukis, menulis, dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Indonesia dalam Krisis: Masihkah Kita Bangga?

3 Desember 2024   10:10 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan bahasa gaul di masa sekarang menjadi hal lumrah dan dianggap wajar. Tidak hanya di kalangan pemuda saja, orang dewasa bahkan anak di bawah umur sering kali kita dengar menggunakan bahasa gaul sebagai alat komunikasi sehari -- hari. Bahkan di tempat -- tempat umum seperti kantor, mal, kafe, bahkan di sekolah pun sering kali terlintas di telinga kita obrolan -- obrolan yang melibatkan bahasa gaul.  

Hal ini membuktikan bahwa pengaruh era globalisasi yang semakin berkembang sehingga memengaruhi budaya dalam berbahasa di kehidupan sehari -- hari. Penggunaan bahasa gaul memang dianggap keren, singkat, dan simpel dalam pengucapannya, kata -- katanya yang unik dan cenderung melenceng dari makna sesungguhnya malah membuat orang tertarik dalam mengucapkannya. Dalam media elektronik, media masa, atau berbagai layanan promosi juga tak jarang memunculkan penggunaan bahasa gaul. 

Memang terdengar keren tapi tidakkah jauh lebih keren jika kita menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku? Penggunaan bahasa gaul sendiri tidak sepenuhnya salah karna ini merupakan pengembangan ragam bahasa yang terjadi di tengah era globalisasi, namun jika hal ini dibiasakan akan menjadi kebiasaan yang sangat kontradiktif dengan hakikat kaidah bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional.

 Masihkah kita bangga di tengah terjadinya krisis bahasa Indonesia seperti ini? Hal ini membuat kita berpikir kembali posisi bahasa Indonesia yang sekarang ada di tengah arus globalisasi dan perkembangan zaman yang semakin pesat. Di mana hal ini semakin menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mempertahankan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan sarana komunikasi nasional.

            Posisi bahasa Indonesia semakin tergeser setelah adanya perkembangan ragam bahasa yang semakin meningkat, hal ini disebabkan adanya pertukaran budaya baru yang biasanya sering ditemui di berbagai platform sosial media seperti Tiktok, Instagram, Youtube, atau layanan pesan singkat seperti Line, Whatsapp, atau Snapchat.

 Kecenderungan penggunaan bahasa gaul membuat orang tidak berbicara bahasa Indonesia secara benar dan jelas apalagi dalam konteks formal, hal ini tentunya sering menimbulkan kesalahpahaman atau ambigu dalam  berkomunikasi, sebab bahasa gaul biasanya diambil dari bahasa Indonesia yang di pelesetkan, tidak jarang juga berasal dari bahasa yang mengandung sarkasme, unsur SARA, atau bahkan diskriminasi. 

Hal ini yang menyebabkan kesalahpahaman antara sekelompok orang yang bahkan bisa menyebabkan perpecahan dan perselisihan. 

Selain faktor perkembangan era globalisasi, yang menjadi indikator dalam masalah ini juga dilihat dari kualitas pendidikan. Sejauh mana pendidikan bahasa Indonesia berperan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar? Itu sebabnya dalam setiap instansi, dan jenjang pendidikan pasti menjadikan mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran wajib. 

Hal ini secara perlahan melatih diri untuk terbiasa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai situasi. Namun mirisnya, kemunculan bahasa gaul merupakan fenomena yang telah mengubah mindset sejumlah orang. Dan hal ini adalah ancaman bagi kemajuan bangsa Indonesia. 

Jika dalam lingkaran pendidikan, penggunaan bahasa gaul yang tidak sesuai dengan ketentuan bahasa yang benar maka akan menghambat proses pembelajaran bahasa Indonesia dan hal ini tidak hanya berpengaruh pada nilai saja, akan tetapi akan berpengaruh pada etika dan akan bertentangan dengan norma yang berlaku, melemahnya budaya literasi, menurunnya daya saing bangsa Indonesia, bahkan melemahnya integritas bangsa.

            Dari fenomena yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa memang krisis yang dialami oleh Indonesia adalah melemahnya peran bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Di mana hal ini terjadi akibat maraknya penggunaan bahasa gaul dalam kehidupan sehari hari yang di sebabkan oleh perkembangan era digitalisasi. Sehingga hal ini mulai mengikis moral di lapisan masyarakat yang bisa menjadi ancaman dalam persatuan dan perkembangan bangsa Indonesia. 

Dalam peraturan presiden nomor 63 tahun 2019 yang merupakan langkah maju dalam upaya menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia. Untuk itu, ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Sebaiknya, untuk memaksimalkan implementasi program peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia, perlu dukungan dari setiap lapisan masyarakat. 

Jika tidak dimulai sekarang apakah kita mau terus -- menerus menghadapi krisis seperti ini? Dari hal yang paling dasar dalam lingkup keluarga, jika dalam suatu keluarga membiasakan penggunaan bahasa Indonesia dengan benar, pasti akan menjadi kebiasaan baik yang akan terjadi terus menerus.

 Kemudian, perlu adanya mengontrol penggunaan media informasi digital dan alangkah baiknya jika masyarakat bisa memilah dan memilih mana kalimat yang tidak layak digunakan dan mana yang tidak layak. 

Dari pemerintah sendiri harus ada perilaku tegas untuk membatasi layanan publik yang mengandung unsur SARA, diskriminasi, dan bahasa yang tidak sesuai moral, dan melakukan penyebaran informasi positif terkait bahasa Indonesia. Dibalik terjadinya krisis bahasa Indonesia ini mengajak kita untuk lebih bertanggung jawab dalam menggunakan bahasa Indonesia.

 Perlu adanya dorongan dari pemerintah untuk mengajak semua lapisan masyarakat untuk memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa nasional yang kuat, relevan, dan membanggakan bagi bangsa Indonesia. Kita perlu menonjolkan bahasa Indonesia sebagai bahasa keren yang berintegrasi dengan budaya pop seperti berkolaborasi dengan influencer, musisi atau konten kreator yang menciptakan konten menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan menarik. 

Serta menjadikan bahasa Indonesia sebagai sarana dalam membentuk prestasi seperti adanya program bulan bahasa, kegiatan cinta bahasa Indonesia, dan berbagai komunitas yang menyajikan layanan bahasa Indonesia. Hal ini jika dilakukan terus menerus, secara tidak langsung sudah meningkatkan kualitas bahasa Indonesia yang semakin baik, dengan demikian kita semakin bangga sebagai bangsa Indonesia yang memiliki bahasa pemersatu yang keren.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun