Mohon tunggu...
Meisya Maulia
Meisya Maulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa STEI Bina Muda Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hola 4 Days -05 End

6 Mei 2021   13:10 Diperbarui: 6 Mei 2021   13:11 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di depan toko hermosa Mediana terdiam diantara orang-orang yang sedang berlalulalang. Ia pergi ke tempat itu tanpa tujuan, entah apa yang akan ia lakukan ketika berada di toko itu. Mungkin sensasi horor yang akan ia rasakan, pikir nya.

Tanpa rasa takut Mediana memasuki toko hermosa yang diikuti dengan suara bel. Saat di dalam toko suasana nya sama seperti pertama kali Mediana datang, hanya saja tidak ada sang pemilik toko yang ramah dan hangat.

Mediana melihat sekeliling ruangan yang di penuhi bunga cantik dan ada sebagian bunga yang mulai mengering. Lalu ada yang menarik perhatian Mediana ketika ia melihat ke arah meja kasir, disana terlihat papan kayu yang ditempeli foto-foto. Mediana mengambil salah satu foto itu yang terdapat 3 orang sedang ber-pose ceria di atas bukit, mereka adalah Irasal, Landa, dan Dandiar. Lalu diantara foto-foto itu ada satu foto lagi yang menarik perhatian Mediana, yaitu sebuah foto seorang gadis yang sedang tersenyum di bawah lampu jalanan yang terang. Mediana sudah tahu siapa wanita itu, wanita yang tadi sempat tak sadarkan diri akibat berita meninggal nya Irasal.

Entah apa yang dirasakan Mediana ketika ia melihat foto Irasal yang sedang tersenyum, bibir nya ikut tersenyum tanpa ia sadari. Saat asik melihat foto, Mediana mendengar suara yang tak asing memanggil namanya.

"mba med" Mediana terkejut dan langsung mengetahui siapa pemilik suara itu, ia ingin menoleh ke belakang menuju arah suara itu. Tapi Mediana tidak memiliki kekuatan untuk membalikkan tubuh nya, bukan ia merasa takut hanya saja ia tidak mau melihat wajah hangat Irasal lagi yang membuat hati nya terasa sesak.

Mediana tak sanggup melihat wajah Irasal yang mengingatkan nya akan cerita Dandiar, betapa menderita nya Irasal ketika melawan penyakit nya. Jadi Mediana memilih diam dan membelakangi Irasal yang sedang berdiri di belakang Mediana.

"mba med" Irasal kembali memanggil Mediana tapi Mediana tetap terdiam, seolah-olah tidak ada yang mengajak nya berbicara. Mediana terus menyibukan dirinya dengan berpura-pura membereskan meja kasir.

"mba med  ngapain ngeberesin meja nya? berantakan juga engga ih...mening duduk sini...saya mau cerita dikit mba"

"..."

"mba med jangan marah dong...saya minta maaf deh udah bohongin mba med...jadi jangan marah lagi...sini dengerin cerita saya...bentar aja"

"..."

"mba med mah ga asik ah...ya udah saya langsung cerita aja"

"..."

"mba med percaya ga sama takdir? dulu saya ga percaya sama takdir...seolah olah hidup saya bakal terus berjalan panjang...saya ga mikir buat kedepan nya...saya terlalu ke-pd-an hidup di dunia ini...kaya ga sadar kalau ajal tuh pasti datang...ya jadi nya gini deh...buat nyatain cinta aja ga keburu dan buat minta bantuan...saya harus bohingin mba med...oh iya ngomongin takdir...kita ketemu juga merupakan sebuah takdir...iya ga mba med...saya ngasih bunga ke mba med...mba med bantuin saya"

"..."

"1 tahun saya bangun hermosa ditemenin penyakit saya...tapi saya ga pernah ngerasa menderita...atau ngerasa jadi orang paling sial...saya tetep bersyukur aja...mungkin penyakit ini hadiah dari tuhan...terus saya nikmatin aja semua yang saya rasain...mungkin ini buat penghapusan dosa saya...sampe akhir nya tuhan manggil saya buat pulang...mungkin tuhan lebih sayang sama hamba nya yang satu ini...biar ga ngerasain pahit nya dunia dunia lebih lama"

"..."

"mba med...percaya deh hidup itu cantik...kalau kita senantiasa bersyukur...kalau mba med kena musibah apapun itu...jangan pernah marah sama tuhan...karna semua yang dikasihin sama kita itu merupakan hadiah terbaik buat kita" 

"..."

"oh iya mba med...masalah nyatain cinta yang ga keburu tadi...eh ngomongin cinta mah aga sensitif ya kayanya...tapi ga apa apa lah...saya itu naksir sama perempuan udah lama...ya sekitar 4 tahun yang lalu...waktu pertama datang ke sini lah...tapi saya ga berani buat bilang...jadi saya pendem aja terus...tapi dengan cara itu saya bisa terus deket sama dia...karna kalau saya nyatain perasaan saya terus kita pacaran...terus ada kalanya kita berantem...terus putus...kan jadi berpisah...saya aneh kan mba med...haha...tapi ga apa-apa...kalau masih hidup nikmatin aja pake cara sendiri...biar enjoy"

"..." 

"oh iya cowo di poto itu temen saya...nama nya dandiar...itu sohib saya...dia baik mab med...pepet aja lah mba med...cocok tau sama mba med...sama-sama baik"

 "..."

"mba med beneran marah nih sama saya...apa ga kangen sama saya mba...dari tadi ngebelakangin saya terus...ga mau liat muka saya yang ganteng nih mba...nanti kangen lagi"

"..."

Seketika suasana menjadi hening sekali, Irasal yang terus berceloteh sedari tadi akhirnya terdiam. Sedangkan Mediana terus membekalangi Irasal dan berhenti membereskan meja kasir yang tidak berantakan itu. Kedua nya saling terdiam, tidak ada suara ataupun pergerakan yang terdengar hanyalah suara orang-orang yang berada di luar toko.

Sampai akhir nya Mediana bertekad membalikan badan nya untuk melihat Irasal yang sedang berdiri tepat di belakang nya, jarak nya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh juga membuat Mediana bisa melihat sesosok Irasal yang masih sama ketika mereka pertama kali bertemu. Wajah nya yang hangat, Sweater pemberian landa, celana hitam yang terlihat pas dikaki nya, dan rambut gondrong nya, semua itu tidak ada yang berubah.

Mediana hanya terdiam dan menatap Irasal dengan tatapan dingin. Berbeda dengan Irasal yang mulai tersenyum riang saat melihat Mediana. Lalu tiba-tiba saja Irasal maju satu langkah mendekati Mediana.

"Mediana dwita...terimakasih dan maaf untuk 4 hari ini...terimakasih sudah memenuhi permintaan terakhir...dan maaf sudah membohongi...jangan lupa selalu bahagia dan bersyukur"

Tiba-tiba saja Irasal memberikan sebuah buket lavender pada Mediana, yang langsung diterima oleh Mediana. Lalu Irasal pun pergi meninggalkan toko hermosa diikuti suara bel yang berasal dari pintu toko, tak lupa untuk terakhir kali nya ia melambaikan tangan pada mediana sambil tersenyum hangat lalu pintu pun tertutup di ikuti kepergian Irasal.

Dari situ lah Mediana mulai menangis sambil memegang bunga lavender tadi. Mediana menyesal karna sudah membalikan badan dan melihat Irasal yang pergi meninggalkan nya. Mediana tahu tak sepantas nya ia bersikap seperti ini, melihat Irasal yang bukan siapa-siapa nya dan hanya sebuah arwah yang meminta bantuan pada Mediana.

Tak lama Mediana berhenti menangis dan mulai pergi ke luar meninggal kan toko hermosa. Dengan tatapan kosong, Mediana berjalan menyusuri  Plaza Nueve menuju hotel maca. Mediana berfikir mungkin benar dengan apa yang dikatakan oleh Irasal, bahwa hal ini adalah sebuah takdir. Ya selama 4 hari ini sudah ditakdirkan terjadi oleh tuhan, mungkin ia sudah harus sudahi rasa terhadap Irasal yang sudah pergi dengan tenang. Yang penting Mediana sudah membantu Irasal.

Ya liburan selama 4 hari di Granada membawa Mediana ke pengalaman aneh. Aneh namun cukup membekas dalam diri Mediana, berawal dari perkenalan singkat dan berakhir menjadi perpisahan singkat pula. 

                                                     END


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun