Mohon tunggu...
Meisya Ayu Novianti
Meisya Ayu Novianti Mohon Tunggu... Penulis - 12 MIPA 8

hi!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Essai Novel "Rindu"

25 Februari 2022   09:24 Diperbarui: 25 Februari 2022   09:32 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tere Liye merupakan salah satu penulis novel fiksi yang sudah tidak diragukan lagi kemahirannya. Setiap karyanya selalu memiliki ciri khas dan meninggalkan kesan yang bagus bagi para pembaca nya. 

Hal ini dapat dilihat dari berbagai judul bukunya yang mendapat label "best seller" dan juga tingginya antusias pembaca untuk menghadiri seminar kepenulisan bersama Darwis Tere Liye. Dan Rindu merupakan salah satu karya terbaiknya.

Rindu adalah novel ke-20 yang ditulis oleh Darwis Tere Liye pada Oktober 2014. Novel setebal 544 halaman ini memberikan cerita yang terbilang unik dari novel lainnya. Yang dimana novel ini menceritakan tentang kisah perjalanan sebuah kapal pergi haji dengan latar pemerintahan Hindia -- Belanda pada tahun 1938. 

Satu perjalan dengan lima kisah yang sangat mengharukan. Tentang masa lalu yang memilukan, kebencian pada sesorang yang seharusnya disayangi, kehilangan kekasih hati, cinta sejati dan tentang kemunafikan. Lima kisah tersebut tercakup dalam satu novel Rindu ini.

Sinopsis dari novel ini sangat menarik, tak heran banyak orang yang sangat antusias terhadap novel ini karena jatuh hati pada sinopsisnya. Potongan dari sinopsisnya antara lain yaitu, "Apalah arti memiliki jika diri kami sendiri bukan milik kami? Apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?." 

Novel ini hampir secara keseluruhan menceritakan kehidupan selama berbulan -- bulan di atas kapal dengan alur yang maju. Pada awalnya cukup membosankan dengan ceritanya. Namun, cerita mulai terlihat menarik ketika permasalahan mulai muncul. Ketika setiap karakter ditonjolkan satu persatu dan banyak kisah menarik dibalik setiap tokoh nya.

Penulis membawakan alur cerita disertai keceriaan dan keluguan atau kepolosan sepasang kakak beradik yaitu Anna dan Elsa. Mereka merupakan anak dari Daeng Adipati, salah satu tokoh yang mengikuti perjalanan naik haji bersama istrinya yang sedang mengandung. Latar cerita yang monoton berubah menjadi sedikit lebih menarik dengan hadirnya Anna dan Elsa.

Pembaca akan disuguhkan dengan berbagai karakter yang sungguh menarik. Salah satunya yang paling unik dan jarang ditemui pada novel fiksi itu kebanyakan adalah seorang ulama. Ahmad Karaeng atau Guratta merupakan salah satu tokoh yang akan membuat jatuh hati melalui cara berpikirnya. 

Seseorang yang akan menjawab empat dari lima pertanyaan yang disuguhkan selama perjalanan, sekaligus memiliki satu pertanyaan yang ia simpan.

Di dalam cerita, pembaca juga mungkin akan jatuh hati pada tokoh Ambo Uleng. Ia merupakan tokoh yang cukup banyak memiliki kisah yang disembunyikan, dan akan terungkap seiring berjalannya cerita. 

Saya sangat menyukai tokoh ini. Karena ia adalah seorang pemuda yang tegar, cerdas dan kuat. Namun, sikap yang ia tunjukkan begitu dingin, dalam artian ia adalah seseorang yang sedikit berbicara.

Terlepas dari itu semua, ia memiliki sikap yang baik, dengan kisah heroic nya dia dalam menyelamatkan Anna pada sebuah kerusuhan, dengan kisah cinta yang sungguh manis juga mengharukan dan dengan aksi perlawanannya terhadap pembajakan kapal. Tokoh ini akan memberikan kesan yang enak dan bagus bagi setiap pembaca nya.

Di sepertiga awal cerita, pertanyaan pun muncul dari seorang guru mengaji dalam kapal, Bonda Upe. "Aku adalah mantan cabo, apa mungkin Allah mengijinkan aku untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci?." Pertanyaan ini dijawab dengan bijak oleh Guratta. Kisah yang lampau mengenai Bonda Upe akan membuat para pembaca tersentuh. Karena masa lalu nya yang silam, melalui suaminya yang menerimanya apa adanya dan melalui jawaban bijak dari Sang Ulama.

Pembaca juga akan dibuat terkejut oleh pertanyaan kedua karena pertanyaan kedua berasal dari tokoh yang terlihat sempurna kehidupannya, ia adalah Daeng Adipati. 

Ia bertanya tentang bagaimana ia menghapus kebencian yang sudah ada dalam dirinya selama bertahun -- tahun kepada seseorang yang seharusnya ia sayangi. Pertanyaan ini begitu mengesankan mengingat konflik yang terjadi pada keluarga Daeng Adipati di masa lalu.

 Sampai pada bagian tengah cerita, penulis menyuguhkan kisah cinta dengan sudut pandang yang berbeda dari biasanya. Bukan kisah cinta mengenai sepasang insan muda, melainkan mengenai kisah cinta sejati sepasang kakek -- nenek yang sehidup semati. 

Pertanyaan ketiga muncul dari Mbah Kakung, seseorang yang memiliki usia paling tua dikapal. Seseorang yang memiliki kisah cinta yang sungguh romantis dengan pasangannya dan tengah menepati janjinya terhadap istrinya, untuk pergi haji bersama. 

Pertanyaan muncul ketika ia harus kehilangan istrinya. Pertanyaan yang mungkin biasa ditemui, namum pembaca akan dibuat haru dengan jawaban Sang Ulama. "Kenapa harus sekarang?" (Mbah Kakung kepada Guratta).

Pertanyaan keempat berkisah tentang cinta. Yang dimana tentang kisah cinta Ambo Uleng yang manis sekaligus mengharukan. "Kami tidak pernah bicara walau sepatah katapun. Aku juga tidak berani menatapnya. Kalau berpapasan, dia menunduk. Tapi aku tahu, kami saling menyukai." (Ambo Uleng kepada Guratta). Pertanyaan Ambo Uleng sederhana, namun sangat susah untuk dijawab. Ia bertanya mengenai apa sih cinta sejati itu.

Memasuki akhir cerita, perjalanan ini diwarnai kisah pembajakan kapal. Gaya penulisan penulis mampu membawa tegang pembaca dengan pertempuran yang terjadi di dalam kapal. Kemudian pertanyaan kelima muncul. Pertanyaan ini datang dari Sang Ulama yang telah menjawab keempat pertanyaan tersebut. 

Ia menyimpan satu pertanyaan, tentang kemunafikan. Bagian tersebut terdapat pada akhir dari cerita. Cara penyampaian jawaban yang disajikan secara tersirat dan penuh makna serta epilog yang tidak terduga merupakan salah satu hal yang yang menjadi penutup dari kisah perjalanan yang panjang dan rumit tersebut.

Rindu merupakan salah satu novel yang terbilang unik karena penulis mampu menyajikan cerita yang bagus dengan latar yang tidak biasa ditemui. Novel ini cocok dibaca untuk berbagai kalangan, baik muda maupun dewasa karena mengingat nilai moral yang sangat banyak ditemui dan patut dicontoh dalam novel ini. Bukan Tere Liye namanya jika karyanya tidak membekas pada para pembaca juga menyirat nilai moral yang tinggi. Gaya kepenulisan yang sederhana namun estetikanya saat bagus dan mudah dimengerti merupakan salah satu ciri khas penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun