Judul buku : Di Bawah Lindungan Ka'bah
Penulis : Hamka
Penerbit : Gema Insani
Tahunterbit : 2017
Jumlah halaman : x + 94 hlm
ISBN : 978-602-250-417-7
Di Bawah Lindungan Kakbah, Â karya Hamka yang legendaris ini, diterbitkan pertama kali pada tahun 1938 oleh Balai Pustaka. Roman ini bercerita tentang kisah cinta Hamid dan Zainab. Hamid adalah seorang yatim sejak berumur empat tahun. Dia tinggal bersama ibunya dalam keadaan yang sangat miskin. Zainab adalah putri dari Haji Ja'far, seorang hartawan yang baik hati. Istri Haji Ja'far, Mak Asiah, merasa kasihan kepada Hamid. Hamid pun disekolahkan di sekolah yang sama dengan Zainab. Hamid selalu menjaga Zainab dan menganggapnya sebagai adik sendiri. Setelah tamat dari MULO, Hamid melanjutkan pendidikannya di Padang Panjang dan Zainab masuk ke dalam masa pingitan. Selama di Padang Panjang, Hamid mulai merasakan rasa cintanya kepada Zainab. Zainab pun merasa mencintai Hamid.
Hubungan Hamid dengan keluarga Haji Ja'far sempat terputus karena kematian Haji Ja'far dan ibu Hamid. Hingga pada suatu hari, Hamid bertemu dengan Mak Asiah dan diminta untuk membujuk Zainab menikah dengan sepupunya. Permintaan itu Hamid terima walaupun dengan perasaan yang berat. Merasa patah hati, Hamid memutuskan untuk pergi ke Tanah Suci.
Di Makkah, Hamid bertemu dengan Saleh, teman sekampungnya. Saleh membawa kabar bahwa Zainab tidak jadi menikah dengan sepupunya dan sedang sakit-sakitan. Saleh pun mengirim kabar bahwa dia bertemu Hamid kepada istrinya, Rosna, yang saat itu menemani Zainab. Mendengar hal itu, Hamid bertekad untuk pulang setelah menunaikan ibadah haji. Namun, kesehatan Hamid semakin menurun. Saat di Arafah, dia mendapat kabar dari Rosna bahwa Zainab sudah meninggal. Hamid pun menyusul kepergian Zainab tepat di depan Kakbah.
Bab pertama roman ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Tokoh saya yang sedang melaksanakan rangkaian ibadah haji bertemu dengan Hamid di Makkah. Pada bab selanjutnya, tokoh saya seolah menceritakan kembali apa yang diceritakan Hamid kepadanya. Nama tokoh saya tidak pernah diketahui. Hal itu menjadi keunikan roman ini.
Roman ini diselipi dengan surat-surat Hamid kepada Zainab dan sebaliknya. Bahasanya puitis khas Melayu. Dialog-dialog dalam roman ini pun menggunakan kekhasan Melayu. Hal itu menambah emosi dalam cerita dan pembaca seperti ikut masuk ke dalam ceritanya .
Walaupun terkesan kuno, bahasa yang digunakan dalam roman ini cukup mudah dipahami. Istilah-istilah dalam bahasa Arab diberi catatan kaki yang berisi penjelasannya sehingga pembaca langsung dapat memahami artinya. Namun, roman ini mengandung beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia yang zaman sekarang sudah jarang digunakan sehingga pembaca memerlukan sedikit waktu untuk bisa memahamiartinya.
Roman ini ditulis dengan cukup singkat, tetapi padat dan penuh makna. Roman ini sarat dengan amanat kehidupan. Tokoh Haji Ja'far dan Mak Asiah mengajarkan kedermawanan. Meskipun kaya raya, mereka tidak sombong dan senang berderma kepada orang kecil. Tokoh Hamid tidak mengedepankan nafsunya dalam mencintai Zainab. Dia menyerahkan semua urusannya kepada Tuhan.
Karya roman ini tidak hilang dari dunia kesusastraan Indonesia walaupun sudah berpuluh tahun semenjak pertama kali diterbitkan. Hamka berhasil menuliskan roman ini sebagai karya yang fenomenal. Kisah kehidupan Hamid dan cintanya kepada Zainab berhasil menimbulkan haru di hati pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H