Roman ini diselipi dengan surat-surat Hamid kepada Zainab dan sebaliknya. Bahasanya puitis khas Melayu. Dialog-dialog dalam roman ini pun menggunakan kekhasan Melayu. Hal itu menambah emosi dalam cerita dan pembaca seperti ikut masuk ke dalam ceritanya .
Walaupun terkesan kuno, bahasa yang digunakan dalam roman ini cukup mudah dipahami. Istilah-istilah dalam bahasa Arab diberi catatan kaki yang berisi penjelasannya sehingga pembaca langsung dapat memahami artinya. Namun, roman ini mengandung beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia yang zaman sekarang sudah jarang digunakan sehingga pembaca memerlukan sedikit waktu untuk bisa memahamiartinya.
Roman ini ditulis dengan cukup singkat, tetapi padat dan penuh makna. Roman ini sarat dengan amanat kehidupan. Tokoh Haji Ja'far dan Mak Asiah mengajarkan kedermawanan. Meskipun kaya raya, mereka tidak sombong dan senang berderma kepada orang kecil. Tokoh Hamid tidak mengedepankan nafsunya dalam mencintai Zainab. Dia menyerahkan semua urusannya kepada Tuhan.
Karya roman ini tidak hilang dari dunia kesusastraan Indonesia walaupun sudah berpuluh tahun semenjak pertama kali diterbitkan. Hamka berhasil menuliskan roman ini sebagai karya yang fenomenal. Kisah kehidupan Hamid dan cintanya kepada Zainab berhasil menimbulkan haru di hati pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H