Beberapa kata dalam suatu bahasa tertentu juga tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lainnya hanya dengan mengubah salah satu fonemnya secara pukul rata. Bahasa Jawa 'rame' diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 'ramai' dengan mengubah [e] menjadi [ai], tetapi kata 'gering' tidak bisa diterjemahkan menjadi 'kering' dengan mengubah [g] menjadi [k] karena berbeda arti (bahasa Indonesia dari gering adalah kurus).
Verba di dalam suatu bahasa tidak semuanya cocok dengan afiks tertentu. Dalam bahasa Indonesia, terdapat verba yang tidak bisa mendapat afiks 'ter-'. Contohnya, kata 'lari' tidak bisa menjadi 'terlari'. Beberapa bahasa juga tidak mengenal jenis kelamin (jantina) dalam nominanya.
Contohnya adalah bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kata 'buku' bersifat netral atau berlaku untuk semua jenis kelamin. Tidak seperti bahasa Arab, kata 'kitab' (buku) bersifat maskulin atau berjenis kelamin laki-laki. Begitu pula kata 'mata' dalam bahasa Indonesia bersifat netral. Kata 'ainun' (mata) dalam bahasa Arab bersifat feminim atau berjenis kelamin perempuan.
Di dalam bahasa Jawa, terdapat kata suwe 'lama'; dan suwi 'lama banget'; gedhe 'besar'; dan gedhi 'besar banget'; tenan 'yakin'; dan tenin 'yakin banget'. Namun, kata banter 'cepat' tidak bisa dijadikan bantir karena tidak ada artinya. Begitu juga dengan kata tuwa 'tua' tidak berkaitan dengan kata tuwi karena memiliki makna yang berbeda, yaitu menengok. Masih di dalam bahasa Jawa, vokal /a/ yang berada dalam posisi koda atau suku akhir biasanya diucapkan [ᴐ]. Misalnya, kata dawa diucapkan [dᴐwᴐ], kata iya diucapkan [iyᴐ], kata padha diucapkan [pᴐdhᴐ].
Di dalam bahasa Indonesia, terdapat frasa anak kecil, tetapi tidak ada frasa anak besar. Selain itu, di dalam gramatika bahasa Indonesia, frasa yang benar adalah sampai jumpa, bukan melihat kamu walaupun bahasa Inggrisnya see you.
Have lunch tetap diterjemahkan menjadi makan siang dan bukan memiliki makan siang, take a nap tetap menjadi tidur siang dan bukan mengambil tidur siang, serta sometime diterjemahkan menjadi terkadang atau kadang-kadang dan bukan beberapa waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Imelwati, Sri, dkk.. 2017. Variasi Sintaksis Bahasa Inggris Para Guru Bahasa Inggris di Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (173-182).
Khoiri, Much. 2015. Diskusi tentang Kesemestaan Bahasa. Kompasiana, https://www.kompasiana.com/much-khoiri/diskusi-tentang-kesemestaan-bahasa.
Santosah, Prayogi dan Edy Victor Haryanto. 2020. Rancang Bangun Aplikasi Pengenalan Budaya dan Aksara Hangeul Korea dengan Audio Berbasis Android. Jurnal Mahasiswa Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer 1 (1), 981-955, 2020.
Tarmini, Wini dan Rr. Sulistyawati. 2019. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UHAMKA Press.