Sehingga tidak ada lagi yang namanya peraturan kelas yang rinci dan konkrit , namun di dibentuklah keyakinan kelas yang sifatnya abstrak, isinya berupa pernyataan-pernyataan universal, dan pernyataan keyakinan kelas senatiasa di buat dalam bentuk positif. Jika keyakinan kelas di langar maka akan di berikan konsekuensi yang relavan dengan pelanggaran yang telah di lakukan. Tantangan guru akan muncul jika salah satu murid melakukan pelanggaran misalnya tidak tepat waktu tiba di sekolah.Â
maka murid bersangkutan tidak memenuhi kesepakatan kelas yang dibentuk yaitu tepat waktu tiba di sekolah. Tindakan konkrit yang di lakukan seorang guru yaitu pertama memahami kebutuhan dasar peserta didik seperti kebutuhan kasih sayang dan rasa di terima, kedua guru menetapkan diri sebagai manajer, dan ketiga guru menyiapkan murid untuk melakukan restitusi bernama segitiga restitusi.
Dengan kasus yang di hadapi murid tiba di sekolah tidak tepat waktu, maka peserta didik tersebut akan mengikuti konsekuensi yang relavan sesuai kesepakatan kelas yaitu pulang sekolah akan terlambat sesuai menit keterlambatan peserta didik.Â
Untuk sampai kepada konsekuensi guru akan berposisi sebagai manajer mengajukan pertanyaan- pertanyaan atas masalah yang telah di lakukan, dan mampu memahami kebutuhan dasar murid tersebut, guru bertanya kepada peserta didik apa yang kita yakini, apa kamu menyakini hal tersebut, kalau kamu menyakininya apakah kamu memperbaikinya, kalau kamu memperbaikinya apakah itu menggambarkan dirimu?, yang mana hasilnya akan menguatkan karakter dan watak murid.Â
Murid menjawab pertanyaan di atas, saya akan memperbaiki masalah ini dengan lebih cepat lagi datang kesekolah, mengatur waktu dengan baik, hal ini menjadikan murid mampu mengevaluasi diri sendiri, dan berdampak murid tetap meletakkan dirinya sebagai individu yang positif.
Dari permasalahan itu dapat juga di selesaikan melalui segitiga restitusi yaitu sisi pertama menstabilkan identitas yaitu mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses.Â
Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan.Â
Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan ; Berbuat salah itu tidak apa-apa. Dari kalimat itu kita membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan.
Sisi kedua yaitu validasi Tindakan yang salah, setiap tindakan dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka.
"Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu" dari strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang tadinya tidak terjangkau, menjadi lebih terbuka pada mereka. Strategi ini menguntungkan bagi murid dan guru karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.
Sisi ketiga menanyakan keyakinan maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.misalnya Pertanyaan menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga. Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga? Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?