Mohon tunggu...
Mei Psi
Mei Psi Mohon Tunggu... Psikolog - Meilina Astuti, S.Psi., PSikolog

Universitas Wisnuwardhana Malang Tahun 2004

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masa Remaja adalah Masa yang Paling Indah

2 November 2020   10:12 Diperbarui: 3 November 2020   06:43 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hopecommunityproject.org.uk

Sebaliknya anak-anak yang diasuh orang tua dengan model otoriter, akan menghasilkan remaja yang cenderung keras kepala, suka melawan dan memberontak. Kenapa demikian? Karena orang tua otoriter biasanya keras, tidak mau mendengarkan pendapat anak serta aturan yang diterapkannya cenderung kaku.

Anak-anak yang diasuh oleh orang tua demokratis, biasanya memiliki karakter yang kuat, sportif, berani tetapi tidak agresif, mau mendengarkan orang lain, senang berdiskusi, dan biasanya secara emosional lebih stabil karena mampu menyaring informasi. 

Tetapi mengapa bila metode pengasuhan sudah benar namun remaja masih bisa melakukan perbuatan yang tidak baik? Hal ini biasanya disebabkan karena pengaruh lingkungan sosial seperti teman sebaya.

Di usia ini, remaja akan menunjukkan sikap komformitas atau mengikuti kelompok teman sebayanya. Semakin kuat peran teman sebaya (misalnya geng atau peer group), maka semakin mempengaruhi perilaku remaja. Bila tidak mengikuti, remaja takut menjadi bahan ejekan atau dimusuhi. Sehingga apa pun yang dilakukan teman akan memberikan dampak tersendiri kepada remaja, termasuk merokok atau membolos. 

Tidak adanya role model yang positif juga bisa memberikan pengaruh pada karakter seorang remaja, karena itu kita sebagai orang tua perlu mencermati sekeliling remaja kita. Yang tidak kalah penting juga adalah mengawasi penggunaan internet kepada remaja yang berdampak negatif.

Sebagai orang tua sebaiknya kita perlu membangun perilaku positif kepada remaja kita, yaitu dengan cara :

1. Ciptakan komunikasi yang efektif. Jadilah pendengar yang aktif, mendengarkan dengan mengerahkan seluruh indra kita sehingga bisa bersikap empati pada apa yang terjadi dan dirasakan remaja. Selain itu penting bersikap fleksibel dalam menyatakan pendapat dan bersikap. 

2. Mengajarkan kemandirian sedini mungkin, karena hal itu akan membuat remaja nantinya bisa bertahan di saat-saat sulit, bisa mencari solusi, tidak tergantung pada teman, atau ketergantungan pada obat dan hal-hal negatif lainnya. Karena kita tidak mungkin selalu ada disisinya untuk menolong dia saat mendapat masalah, namun sebaliknya apabila kita tidak ada disisinya ia akan berusaha secara mandiri menghadapi masalahnya.

3. Memberikan kesempatan dan fasilitas pada remaja melakukan berbagai aktivitas yang positif. Caranya dimulai ketika Ia masih usia kanak-kanak. Arahkan pada aktivitas yang Ia gemari dan minati misalnya organisasi remaja yang sifatnya sosial, musik, tari dan olahraga.

4. Sikap yang tepat bagi orang tua adalah dengan bersikap demokratis. Berusaha bersikap hangat, tidak menuduh, mau mendengarkan, memberikan aturan yang jelas dan bijaksana, mengutamakan diskusi sebelum membuat keputusan.

Semoga masa remaja kita akan menjadi masa yang paling indah.

pixabay.com
pixabay.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun