Mohon tunggu...
Anik Meilinda
Anik Meilinda Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat air putih

Hamba Allah yang ingin bermanfaat bagi semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mboyong Mbok Sri, Sebuah Tradisi Sebelum Panen

20 Mei 2022   13:51 Diperbarui: 20 Mei 2022   14:06 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hehe. Seperti yang kita tahu, Islam mengajarkan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, justru akan melipat gandakannya. "Wong Jowo ancen seneng sodaqoh. Sitik-sitik kendurenan, sedekahan lan sak piturute. Seko nikah, meteng, lahir, ngasi mati, sak wise mati. Kabeh disedekahi. Mantab betul," batinku.

Urutan upacaranya adalah membakar kemenyan, berdoa, memetik padi, membaluri padi dengan parem (kunir parut), penalian padi, penyiraman padi menggunakan air dari kendi, lalu diakhiri dengan berdoa lagi. Seperti apa detailnya, bisa disaksikan di video yang aku unggah di akun instagramku @meilindanik. 

Ada beberapa hal unik, salah satunya daun padi yang dikepang. Jadi keinget rambut panjangku dulu yang suka dikepang Mamak. Filosofinya apa? Entahlah. Tapi, menurut penglihatanku, kepangan Mbah bagus juga, ngga kalah sama kepangan Mamakku. 

Haha. Ada lagi, yang sering kutunggu-tunggu sejak kecil. Yakni 'wajib' yakni uang yang biasa menyertai kemenyan dan kawan-kawannya. Alhamdulillah 'wajib' kali ini untuk aku. Langsung kukantongin, setelah dipersilahkan oleh Mbokde. "Kui wajib-e kanggo koe," tuturnya. "Bismillah jadi berlipat-lipat," doaku. Hihi

Ada lagi yang unik, yakni pemberian parem pada padi. Nah kalau ini aku tahu filosofinya. Pemberian parem -anggap saja lulur- itu, menggambarkan usaha manusia agar padinya cantik, melimpah, dan barokah. "Nganten jaman mbiyen nak meh nikah ki nganggo iki (parem) disik, gen ayu. Yo iki ibarate ngono," kata Mbokde Painah kepadaku sembari ngetumke (mewadahkan makanan menggunakan daun) untuk Bapakku.

Singkat cerita, setelah upacara selesai. Beliau membagikan makanan yang dibawanya tadi kepada orang-orang di sekitar sawah dan tetangganya. Terakhir, semoga panennya banyak dan barokah ya, Mbokde. Mugo-mugo mbesok wajib-e warna abang, trus kanggo aku meneh. Wkwk

Sekian

Disclaimer : Ini adalah tulisan aku yang tanpa riset sebelumnya. Selain itu tulisan ini juga tidak menyertakan referensi manapun. Pure dari observasi indera aku dan ngobrol tipis bersama kedua tokoh dalam video. Jadi, boleh percaya boleh tidak. 

Tapi, kejadian ini terjadi di depan kedua bola mata aku. Walaupun yang nampang hanya tanganku. Cari adegan mengulurkan kendi. Wkwk. Maafkan videonya goyang-goyang dan ngga bagus. Amatiran jadi anak dekdok ya gini. But, enjoy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun