Mohon tunggu...
Meilidya Alifatul
Meilidya Alifatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dibidang Makeup dan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z Malas? Simak Budaya Unik Gen Z yang Sering Dianggap Malas oleh Sebagian Orang

8 Oktober 2024   06:27 Diperbarui: 8 Oktober 2024   06:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source from vectorstock.com

Gen Z Malas? Simak Budaya Unik Gen Z yang Dianggap Malas oleh Sebagian Orang.

Dikutip dari Kumparan.com   Generasi Z, atau yang sering  disebut dengan Gen Z merupakan generasi yang lahir pertengahan antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2012. Mereka atau Gen Z ini tumbuh ditengah era digital yang sepenuhnya terkoneksi, di mana internet dan teknologi mengambil peran penting dalam kehidupan sehari-harinya. Tak jarang, Generasi Z ini sering kali dianggap "malas" oleh generasi sebelumnya, seperti Baby Boomers dan Millennial. Akan tetapi, apakah benar Gen Z malas, atau apakah ada miskomunikasi dalam memahami gaya hidup dan nilai-nilai yang mereka anut? Dalam artikel inilah akan membahas beberapa kebiasaan unik Gen Z yang sering dianggap malas, namun sebenarnya merefleksikan perubahan budaya yang lebih kompleks.

Berikut merupakan Budaya Unik Gen Z yang perlu dicontoh, adalah sebagai berikut;

  • Memiliki Pola Kerja Fleksibel atau "Work-Life Balance" yang Kuat

Source from LinkedIn @Kanimozhi Durairaj
Source from LinkedIn @Kanimozhi Durairaj

Bagi sebagian generasi yang ada diatas Gen Z, bekerja keras sering kali diidentikkan dengan jam kerja yang panjang di kantor, dedikasi yang tampak dari fisik dan komitmen tanpa batas waktu. Sedangkan Gen Z lebih mengedepankan work-life balance. Work-life balance merupakan keadaan dimana seseorang dapat mengatur dan membagi waktu serta energi secara seimbang untuk urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi seperti rekreasi, hobi, keluarga, dan urusan lainnya. Mereka atau Gen Z ini menginginkan fleksibilitas dalam bekerja, dan hal ini sering kali disalahartikan sebagai kemalasan. Namun, pola kerja yang fleksibel bukan berarti kurang produktif. Banyak Gen Z yang lebih suka bekerja dari rumah (WFH) atau mencari pekerjaan lepas (freelance) yang memberikan mereka kebebasan untuk mengatur waktu mereka sendiri.

Dari fenomena ini menunjukkan bahwa mereka jauh lebih menghargai kesehatan mental dan waktu pribadi sama pentingnya dengan karier. Mereka cenderung menolak budaya "hustle culture" yang memaksakan untuk kerja tanpa henti dan lebih memilih bekerja secara efisien, dengan hasil yang maksimal meskipun waktu yang dihabiskan lebih sedikit.

  • Pandai dalam Mencari Cara yang Lebih Pintar

Source from Shutterstock
Source from Shutterstock

Gen Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi di ujung jari mereka. Banyak dari mereka lebih mengandalkan teknologi untuk menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan efisien. Ini termasuk penggunaan aplikasi otomatisasi, perangkat lunak produktivitas, hingga kecerdasan buatan (AI) untuk membantu menyelesaikan pekerjaan. Bagi beberapa orang yang terbiasa dengan cara manual, pendekatan ini lebih terlihat seperti jalan pintas atau bahkan kemalasan. Namun, bagi Gen Z menggunakan teknologi adalah cara mereka untuk bekerja lebih pintar dan efisien bukan lebih keras.

  • Penggunaan Media Sosial yang Lebih Sering akan Dianggap Malas

Source from proteumics.uk
Source from proteumics.uk

Salah satu stigma yang melekat erat pada Gen Z adalah mereka dianggap menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial seperti TikTok, Instagram, atau YouTube. Gen Z memang menghabiskan banyak waktu di platform-platform tersebut. Akan tetapi, tidak sedikit dari mereka yang memanfaatkan media sosial untuk hal-hal produktif, seperti membangun personal branding, mempromosikan bisnis hingga berpartisipasi dalam gerakan sosial.

Media sosial bagi mereka bukan hanya untuk hiburan semata, tapi juga sebagai alat untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkreativitas. Fenomena ini berbeda dengan pandangan generasi sebelumnya, yang menganggap media sosial hanya sebagai tempat bersenang-senang atau membuang waktu.

  • Menolak Tradisi Bekerja di Kantor

Source from iSeller
Source from iSeller

Budaya kerja kantoran yang sangat diandalkan oleh generasi sebelumnya, seperti jam kerja tetap di kantor fisik, mulai ditinggalkan oleh Gen Z. Mereka lebih memilih pekerjaan jarak jauh atau bekerja di lingkungan yang lebih santai, seperti coworking space atau bahkan di rumah sendiri. Bagi mereka, konsep remote working bukan suatu bentuk kemalasan. Melainkan, cara mereka untuk mencapai produktivitas tanpa harus terjebak dalam rutinitas yang melelahkan.

Pandemi COVID-19 menjadi salah satu penyebab percepatan dari perubahan ini. Banyak perusahaan sekarang mengizinkan karyawan untuk bekerja dari rumah dan Gen Z merupakan kelompok yang paling mendukung perubahan ini. Meskipun bagi sebagian orang, hal ini terlihat seperti keengganan untuk bekerja keras. Bagi Gen Z ini adalah cara untuk mencapai efisiensi dan kenyamanan dalam pekerjaan.

  • Mental Health First

Source from Behance
Source from Behance

Salah satu alasan mengapa Gen Z sering dianggap malas adalah karena mereka lebih vokal dalam menyuarakan pentingnya kesehatan mental. Bagi generasi sebelumnya, bekerja keras dan mengorbankan diri demi kesuksesan sering kali dianggap sebagai standar kesuksesan. Tetapi, bagi Gen Z, mereka lebih memilih untuk memperhatikan kondisi emosional mereka. Istirahat yang cukup, waktu untuk diri sendiri dan kegiatan rekreasi dianggap penting untuk menjaga keseimbangan hidup.

Pandangan ini membuat Gen Z sering kali disalahpahami sebagai generasi yang enggan bekerja keras. Namun, mereka sebenarnya menyadari bahwa kesehatan mental yang baik akan meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Pandangan bahwa Gen Z adalah generasi yang malas sebenarnya lebih berkaitan dengan perbedaan cara pandang terhadap pekerjaan, kehidupan, dan teknologi. Generasi Z ini,  tidak takut untuk memprioritaskan kesejahteraan pribadi dan menggunakan teknologi untuk mencapai tujuan dengan cara yang lebih efisien. Budaya yang mereka anut bukanlah suatu bentuk kemalasan, melainkan representasi dari perubahan zaman yang terus bergerak menuju arah yang lebih fleksibel dan seimbang. Alih-alih menganggap mereka malas, mungkin sudah saatnya kita melihat budaya unik dari Gen Z ini sebagai adaptasi terhadap realitas baru. Di era digital yang serba cepat dan mudah ini, bekerja dengan cara yang cerdas mungkin adalah kunci utama menuju masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun