Media sosial bagi mereka bukan hanya untuk hiburan semata, tapi juga sebagai alat untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkreativitas. Fenomena ini berbeda dengan pandangan generasi sebelumnya, yang menganggap media sosial hanya sebagai tempat bersenang-senang atau membuang waktu.
- Menolak Tradisi Bekerja di Kantor
Budaya kerja kantoran yang sangat diandalkan oleh generasi sebelumnya, seperti jam kerja tetap di kantor fisik, mulai ditinggalkan oleh Gen Z. Mereka lebih memilih pekerjaan jarak jauh atau bekerja di lingkungan yang lebih santai, seperti coworking space atau bahkan di rumah sendiri. Bagi mereka, konsep remote working bukan suatu bentuk kemalasan. Melainkan, cara mereka untuk mencapai produktivitas tanpa harus terjebak dalam rutinitas yang melelahkan.
Pandemi COVID-19 menjadi salah satu penyebab percepatan dari perubahan ini. Banyak perusahaan sekarang mengizinkan karyawan untuk bekerja dari rumah dan Gen Z merupakan kelompok yang paling mendukung perubahan ini. Meskipun bagi sebagian orang, hal ini terlihat seperti keengganan untuk bekerja keras. Bagi Gen Z ini adalah cara untuk mencapai efisiensi dan kenyamanan dalam pekerjaan.
- Mental Health First
Salah satu alasan mengapa Gen Z sering dianggap malas adalah karena mereka lebih vokal dalam menyuarakan pentingnya kesehatan mental. Bagi generasi sebelumnya, bekerja keras dan mengorbankan diri demi kesuksesan sering kali dianggap sebagai standar kesuksesan. Tetapi, bagi Gen Z, mereka lebih memilih untuk memperhatikan kondisi emosional mereka. Istirahat yang cukup, waktu untuk diri sendiri dan kegiatan rekreasi dianggap penting untuk menjaga keseimbangan hidup.
Pandangan ini membuat Gen Z sering kali disalahpahami sebagai generasi yang enggan bekerja keras. Namun, mereka sebenarnya menyadari bahwa kesehatan mental yang baik akan meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Pandangan bahwa Gen Z adalah generasi yang malas sebenarnya lebih berkaitan dengan perbedaan cara pandang terhadap pekerjaan, kehidupan, dan teknologi. Generasi Z ini, Â tidak takut untuk memprioritaskan kesejahteraan pribadi dan menggunakan teknologi untuk mencapai tujuan dengan cara yang lebih efisien. Budaya yang mereka anut bukanlah suatu bentuk kemalasan, melainkan representasi dari perubahan zaman yang terus bergerak menuju arah yang lebih fleksibel dan seimbang. Alih-alih menganggap mereka malas, mungkin sudah saatnya kita melihat budaya unik dari Gen Z ini sebagai adaptasi terhadap realitas baru. Di era digital yang serba cepat dan mudah ini, bekerja dengan cara yang cerdas mungkin adalah kunci utama menuju masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H