Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dan olahraga. Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Penulis buku, The Purple Ribbon. Buku tentang kelainan neurologis akibat cacat kongenital tengkorak, diterbitkan oleh Pustaka Obor Indonesia, 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerbung (Bag. 3/Tamat): Langit Kelabu di Manado

16 Januari 2025   13:13 Diperbarui: 17 Januari 2025   14:12 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit malam (dokumentasi pribadi) 

"Aku takut kau menolakku karena aku masih orang asing bagimu.  Aku tidak ingin kau menganggapku tidak serius. Aku ingin membuktikannya dengan kedatanganku beberapa kali," Stef menjawab perlahan.

"Stef, aku... sudah punya teman dekat sejak tahun lalu.  Kami menjalin hubungan jarak jauh, tapi itu adalah hubungan yang serius. Stef, kita bisa tetap bersahabat," sangat perlahan Mei menjelaskan, berusaha untuk tidak melukai hati lelaki di hadapannya.  Hati yang sudah dia pahami lewat setiap tatap mata lelaki itu kepadanya.

Seperti semuanya senyap dalam kepala Stef, tiada deru yang terdengar dari jalan raya juga suara kipas angin yang berderak-derak tergantung di atas kepalanya.

Betapa bodohnya aku.  Menunggu begitu lama sampai dia telah menjalin hubungan dengan orang lain. 

Sebuah asa yang dibangun terhempas, menyatu dalam malam, meninggalkan kesunyian hati.

Ada yang hangat di kelopak mata Stef, lelaki yang pernah menaklukan Gunung Rinjani  seorang diri dan di puncak sana datang badai yang tidak dia perhitungan sebelumnya.

Haruskah kini, aku menangis di hadapan seorang wanita. 

Lelaki itu tak kuasa.  Dia menundukkan pandangan matanya. Tapi Mei masih bisa melihat mata hijau-kebiruan lelaki itu berkaca.

"Stef, maafkan aku," sambil menaruh tangannya di atas punggung tangan lelaki itu.

Langit Manado yang hitam di malam itu kian pekat.

Besok akan hadir mendung, tak akan ada awan putih yang berarak di langit biru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun