Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Workshop Jamu di Perkumpulan Perempuan Internasional di Jerman

12 September 2024   04:25 Diperbarui: 12 September 2024   07:28 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perkumpulan Perempuan Multikultur 'Cafe International' Kernen-Stetten, Germany (Dokumentasi Pribadi)

Tema kampanye global yang diangkat dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional tahun 2024 Inspire Inclusion yang berarti perempuan dunia saling menginspirasi lewat keberagaman, berikut trend Back to nature yang kembali populer akhir-akhir ini sangatlah related dengan tema yang diangkat pada pertemuan sore ini di perkumpulan ibu-ibu yang aku ikuti. Perkumpulan Perempuan Multikultur "Cafe International".

Perkumpulan ini adalah perkumpulan perempuan antar bangsa yang ada di bawah naungan Pemerintah Kota Kernen im Remstal, Provinsi Baden-Wuerttemberg, Jerman. Kota kecil yang terletak tak jauh dari Kota Stuttgart. 

Perkumpulan ini dibentuk sebagai tempat berintegrasi, saling belajar budaya, dan mendapatkan informasi-informasi terbaru yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan khususnya di Jerman.

Pertemuan pertama kami setelah melewati liburan panjang musim panas di bulan Agustus ini, berlangsung tepatnya pada Senin, 9 September 2024 dari pukul 4-6 sore di Balai Pertemuan Kota, St. Pierre-Platz 3, Kernen- Stetten. Pertemuan kali ini terasa lebih istimewa.

"Wir sind so begeistert," tulis mereka kepadaku sehari sebelumnya di grup online. Hal yang menyatakan bahwa mereka sangat bersemangat untuk mengikuti tema di sore ini, yaitu tentang salah satu budaya Indonesia.

Negeri kita, Indonesia adalah negeri yang sangat-sangat kaya, bukan hanya kekayaan hayati di darat dan laut, tapi juga kekayaan akan keberagaman budaya. Ada rumah adat, upacara adat, pakaian adat tradisional, tarian, alat musik, literasi, makanan, minuman dan masih banyak lagi.

Akanlah sangat rugi apabila kita tidak menceritakan dan membagi hal yang indah dan menarik ini kepada dunia.

Kebanggaan yang merasuk di hati inilah yang membuat banyak anak bangsa terpanggil untuk memperkenalkan budaya kita itu di mana saja mereka berada.

Kali ini yang akan diperkenalkan adalah tentang jamu, ramuan herbal khas Indonesia. Budaya sehat dari minuman yang sudah berakar dalam masyarakat Indonesia. Jamu merupakan obat tradisional yang dimanfaatkan menjadi alternatif dalam mendukung kesehatan lewat bahan-bahan herbal.

Budaya Sehat Jamu dinobatkan menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) milik Indonesia oleh UNESCO. 

Per tanggal 6 Desember 2023 lalu, UNESCO menobatkan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda. Penobatan ini dilakukan melalui sesi sidang ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kasane, Bostwana, yang memutuskan bahwa jamu menjadi bagian dari budaya Indonesia secara utuh.

Dilansir laman Kemlu.go.id, Budaya Sehat jamu menjadi WBTB yang ke-13 yang berhasil diinskripsi ke dalam daftar WBTB UNESCO. 

Sebelumnya Indonesia telah menginskripsi duabelas elemen budaya lainnya: Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Pendidikan dan Pelatihan Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), Noken (2012), Tiga Genre Tari Tradisional di Bali (2015), Seni Pembuatan Kapal Pinisi (2017), Tradisi Pencak Silat (2019), Pantun (2020) dan Gamelan (2021).

Siapa yang tak bangga dengan warisan leluhur bangsa kita ini?!

Aku senang sekali Mbak Liza Schulz sebagai pendiri Komunitas Jamu Gendong in Germany (JGIG) bisa memenuhi undangan untuk membawakan acara Workshop Jamu ini. 

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

Di awal acara, Mbak Liza memulainya dengan memperkenalkan JGIG, yang dibentuk berdasarkan kerinduan akan tanah air dan kemudian disalurkannya lewat memperkenalkan salah satu budaya Indonesia yaitu jamu, kebetulan dia adalah seorang pencinta jamu.

"Saat pertama kali saya datang ke Jerman saya cukup surprise melihat banyaknya produk di pasaran, minuman tepatnya yang memakai bahan dasar jamu, akan tetapi nama jamunya sendiri tidak disebutkan atau bahkan tidak diketahui, padahal jamu adalah salah satu brand Indonesia yang seharusnya dikenal di dunia, seperti contohnya kimchi dari Korea atau sushi dari Jepang."

"Ketika pandemi datang, saya punya banyak waktu mempelajari tentang jamu, dari berbagai literasi dan mengambil beberapa kursus dari para pakar jamu di Indonesia, guru saya terdiri dari beberapa tokoh penggiat jamu dengan beragam latar belakang, seperti praktisioner healer, pengusaha jamu, dosen dan ahli farmasi. Dalam mempelajari jamu ini saya sangat takjub dan kagum akan beragamnya tanaman obat yang bisa dipakai sebagai pemelihara kesehatan, yang bisa bisa didapatkan di benua eropa."

"Dari situ terpikir untuk membuat workshop sehingga kebaikan jamu bisa diceritakan oleh para peserta dan jamu bisa terus dilestarikan. Sosialisasi tentang jamu juga dilakukan lewat kegiatan lainnya, seperti talk show, jamu tasting, pameran di acara-acara kebudayaan dll. Kegiatan ini juga mendapat suport dari KJRI di Frankfurt. Dari jamu kita mendapatkan berbagai manfaat, dan aspek penting lainnya seperti nostalgia, tradisi, keluarga, budaya bahkan sejarah. Membantu melestarikan jamu, adalah salah satu cara saya mencintai tanah air saya, Indonesia," tutur perempuan yang Indonesia itu berasal dari Jakarta.

Senang sekali Mbak Liza Schulz (berdiri) bisa datang memenuhi undangan (Dokumentasi Pribadi)
Senang sekali Mbak Liza Schulz (berdiri) bisa datang memenuhi undangan (Dokumentasi Pribadi)

Sesudah acara perkenalan selesai kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 17.000 pulau dengan lebih dari 700 bahasa daerah. Hal awal yang membuat peserta takjub.

Setelah selesai dengan penjelasan tentang keanekaragaman budaya, adat, dan istiadat maka sampailah pada perkenalan tentang jamu mulai dari sejarahnya sampai perkembangan jamu saat ini.

Gambar-gambar di layar lebar tentang kehidupan masyarakat Indonesia dahulu kala dengan pakaian-pakaian adat dan relief-relief candi, lebih menambah ketertarikan mereka.

Miniatur seorang "Mbok Jamu" dicermati baik-baik. Sosok Mbok Jamu yang ikonik, perempuan berkebaya, rambut dikonde, dan bakul anyaman bambu yang digendong, berisi botol-botol ramuan jamu dan menjajakannya sambil berkeliling desa. 

Miniatur Mbok Jamu (Dokumentasi Pribadi)
Miniatur Mbok Jamu (Dokumentasi Pribadi)

"Wow, ini sangat-sangat menarik," kata kawan seperkumpulanku yang berasal dari Ukraina dengan mata berbinar kemudian membuat foto. 

Sesudah introduksi, penjelasan masuk pada inti minuman herbal ini, yaitu penjelasan tentang 8 elemen jamu atau bagian dari tanaman obat yang dipakai untuk membuat jamu: daun, batang, akar, buah, bunga, rimpang, biji, dan kulit.

Kemudian penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan, cara membuat, dan bentuk penyajiannya.

Terlihat kawan-kawanku memperhatikan dengan saksama dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang yang tidak mereka pahami karena sesudah teori akan disusul praktik untuk membuat jamu bersama-sama. Satu jam diperlukan untuk teori sebelum masuk ke acara praktik.

Bahan dan alat yang digunakan (Dokumentasi Pribadi)
Bahan dan alat yang digunakan (Dokumentasi Pribadi)

Di atas meja sudah disiapkan semua bahan jamu, ada yang segar seperti jahe, kunyit, temu kunci, lengkuas, serai, asam jawa, daun pandan, dan jeruk limau. Ada juga bahan kering seperti adas bintang, pala, cengkih, kapulaga, lada, daun sirih, daun salam, dan daun jeruk.

Untuk mengefektifkan waktu maka setiap peserta telah dibagikan talenan, pisau kecil, ulekan, parut, dan saringan.

Acara praktik ini sangatlah seru. Perempuan-perempuan yang berasal dari berbagai latar bangsa: Jerman, Irlandia, Italia, Rusia, Hongaria, Ukraina, Albania, Pakistan, Inggris secara bersama membuat jamu. Senang sekali dan ada rasa haru, aku melihat kawan-kawan seperkumpulanku ini belajar bagian dari budayaku. 

Mereka mengiris sereh, memeras limau, memarut jahe, kunyit, lengkuas, dan temu kunci. Sambil sesekali mendekatkan rempah-rempah itu ke hidung mereka untuk menghirup wanginya.

Membuat Jamu bersama (dokumen pribadi)
Membuat Jamu bersama (dokumen pribadi)

Keseruan Mbok Jamu antar bangsa (Dokumentasi Pribadi)
Keseruan Mbok Jamu antar bangsa (Dokumentasi Pribadi)

Ada dua resep yang kami buat: jamu dari bahan segar dan jamu berbahan kering.

Jamu berbahan segar: kunyit, jahe, lengkuas, temu kunci, limau, serai, seperti di bawah ini. 

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

Jamu berbahan kering: air larutan asam jawa dan gula merah ditambah daun salam, adas bintang, pala, cengkih, kapulaga, lada, daun sirih, daun jeruk, dan daun pandan, seperti di bawah ini. 

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

Sekitar satu jam lebih waktu yang diperlukan untuk membuat kedua jenis ramuan jamu itu. Raut ceria terpancar dari wajah mereka dan setelah semua selesai dengan membuat jamu masing-masing, kemudian kami semua mengangkat gelas dan mengatakan "Prost" yang dalam bahasa Jerman diucapkan untuk bersulang yaitu menyatakan keinginan dan harapan untuk diberkahi kesehatan dan kesejahteraan.

"Prost" minum jamu untuk kesehatan (dokumen pribadi) 

Jamu berbahan segar menurut mereka memiliki rasa yang intensif atau keras sedangkan jamu dari bahan kering berasa ringan, tapi keduanya terasa enak dan menyegarkan dan untuk menemani jamu, aku menyediakan lumpia goreng.

Saat bercakap-cakap, mereka pun berpendapat bahwa jamu bisa digunakan sebagai pilihan dalam pengobatan, terlebih karena sifatnya yang herbal sehingga cenderung tidak memberikan efek samping dan bisa menjadi minuman untuk tindakan preventive bagi penyakit.

Atas ketertarikan itu, mereka berkata akan mencoba membuatnya di rumah masing-masing dan mengharapkan agar aku di suatu sore bisa membuat jamu bersama-sama lagi. Ibu-ibu juga butuh keseruan.

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

Tak terasa waktu cepat berlalu, akhirnya kami harus menutup sore yang istimewa dengan ilmu baru bagi kawan-kawanku di Perkumpulan Perempuan Internasional, yaitu ilmu tentang minuman penunjang kesehatan warisan leluhur bangsa Indonesia. 

Mereka pulang dengan rasa senang apalagi dengan masing-masing memperoleh Celemek Jamu Gendong sebagai kenang-kenangan. 

Kernen im Remstal, 9 September 2024. Kenangan di suatu sore yang berhujan. 

Salam hangat, 

Meike Juliana Matthes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun