Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Banjir di Gorontalo dan Peran Manusia Kedepannya

14 Juli 2024   05:42 Diperbarui: 14 Juli 2024   06:45 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekoci untuk evakuasi warga (foto:Serniwaty Ishak) 

Selain itu, hutan juga berperan sebagai penyerap air dan sumber daya air berskala besar.  Hal ini dapat membantu mengurangi volume dan kecepatan aliran air di permukaan tanah saat hujan deras, sehingga mengurangi resiko banjir di wilayah sekitarnya.

Berkurangnya pohon-pohon di hutan membuat air resapan tidak cepat tertahan di tanah dan mengalir ke dataran rendah. Salah satu penyebab berkurangnya pohon-pohon di hutan adalah apa yang marak terjadi di Indonesia yaitu aktivitas pertambangan. 

Pengaruh aktivitas tambang

Adanya aktivitas tambang yang terlalu banyak atau bahkan ada yang tidak terkontrol menyebabkan pembabatan hutan berlebih dan berdampak pada kondisi DAS (Daerah Aliran Sungai) dengan banyaknya sedimentasi atau endapan lumpur tambang yang memperkecil daya tampung air sungai.

Eksploitasi tambang bisa mengubah topografi dan landkap alami suatu daerah secara drastis, yang akan berakibat pada kerusakan permanen pada lingkungan, termasuk erosi tanah dan perubahan pola aliran sungai.

Seperti dikutip dari Mongabay, salah satu penyedia ragam berita konservasi dan sains lingkungan bahwa tambang emas ilegal di Bone Bolango, Gorontalo, membawa bencana. Hujan deras memicu tanah longsor di area pertambangan emas ilegal di Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. 

Ratusan orang jadi korban, sebagian selamat, puluhan tewas, puluhan masih dalam pencarian. Peristiwa tanah longsor itu terjadi pada 7 Juli 2024, sekitar Pukul 09.00. Data Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) per 9 Juli 2024 sekitar 148 orang jadi korban longsor, 90 selamat, 30 dalam pencarian, dan 23 orang meninggal dunia. (https://www.mongabay.co.id/2024/07/10/longsor-area-tambang-emas-ilegal-di-gorontalo-telan-puluhan-korban-jiwa/)

Peristiwa seperti di Gorontalo ini, juga terjadi belum lama di Sulawesi Selatan. Aktivitas pertambangan diduga menjadi biang kerok terjadinya bencana banjir dan longsor yang menyebabkan 15 orang tewas di tiga kabupaten pada Jumat (5/3.24). (https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7333277/aktivitas-tambang-diduga-biang-kerok-bencana-banjir-longsor-di-sulsel)

Begitu juga dengan kejadian di Samarinda Utara. Banjir diiringi pasir dan lumpur yang diduga berasal dari tambang batu bara, sebabkan sejumlah rumah warga terendam seperti musibah yang terjadi RT 5, Gang Ulin, Kelurahan Sungai Siring pada, Minggu (7/7/2024). (https://politikal.id/diduga-akibat-tambang-batu-bara-rumah-warga-di-kawasan-sungai-siring-terendam-banjir-lumpur)

Sektor pertambangan sebagai salah satu pemberi devisa terbesar bagi negara kita, namun ada banyak konsekuensi yang akan terjadi jika tidak dibarengi dengan cara yang tepat.

Begitu juga pembangunan tanpa memperhitungkan sistem peresapan air akan membuat debit air cepat meningkat saat hujan.

Banjir memiliki dampak yang sangat merugikan masyarakat. Harta benda yang terkena banjir akan rusak, tergenang atau hanyut bersama air. Kekurangan air bersih dan genangan air kotor menimbulkan penyebaran penyakit. Stok makanan juga menjadi terbatas karena akses yang sulit. Banjir bisa menyebabkan kegagalan panen karena tanaman bisa mati atau tidak kuat terendam banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun