Ceburkan bulan
ke lubuk mataku yang dalam.
Taburkan hitam
pada rambutku yang suram.
Hangatkan merah
pada bibirku yang resah.
Semoga kecantikanku tak lekas usai
dan cepat luntur seperti pupur.
Semoga masih bisa kunikmati hasrat
yang merambat pelan menghangatkanku
sebelum jari-jari waktu
yang lembut dan nakal
merobek-robek bajuku.
Sebelum Kau senyapkan warna.
Sebelum Kau oleskan lipstik terbaik
ke bibirku yang mati kata.
Menurutku, puisi ini mengambil simbol "Pesolek" yang mewakili banyak orang yang selalu berusaha memberikan yang terbaik. Puisi ini melukiskan keresahan, penerimaan, dan penyerahan.
Pada bait pertama, pesolek menaikkan doa dengan menyapa "Tuhan yang cantik". Dalam penggunaan sapaan ini, terlihat jelas bahwa unsur kecantikan adalah hal yang sangat penting bagi seorang pesolek.  Â
Seperti bagi orang yang ingin keadilan, akan menyapa dengan  "Tuhan yang adil", bagi orang yang ingin kebijaksanaan akan menyebut "Tuhan yang bijaksana",  bagi orang yang merasa kecil dengan "Tuhan yang besar", orang yang ingin dikasihi dengan "Tuhan yang pengasih", dan masih banyak sebutan lain.Â
Di baris kedua, pesolek meminta Tuhan untuk menemaninya di rimba kosmetik.Â