Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dan olahraga. Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Penulis buku, The Purple Ribbon. Buku tentang kelainan neurologis akibat cacat kongenital tengkorak, diterbitkan oleh Pustaka Obor Indonesia, 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serakah: Rem Blong Ketika "Cukup Tidak Pernah Cukup"

18 Maret 2024   03:55 Diperbarui: 18 Maret 2024   13:35 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanda celaka ditunjukan oleh pesawat Tupolev Tu-104 Airliner akibat kelebihan berat, tapi tidak dihiraukan. Burung besi milik Soviet itu lepas landas dari bandara kemudian menukik!

Pada tanggal 7 Februari 1980, Tupolew Tu-104 Airliner lepas landas di tengah musim dingin bersalju di Rusia.  Saat itu sang pilot menggunakan lebih banyak landasan pacu untuk lepas landas dibandingkan pilot lain pada hari itu.  Pesawat itu naik perlahan ke udara, kemudian kehilangan kendali, miring ke tanah kemudian menukik. 

Cerita ini berawal dari Pertemuan Rapat Kerja Angkatan Laut Uni Soviet di Leningrad (sekarang Sankt Petersburg) yang dihadiri oleh pimpinan dari Armada Pasifik Soviet, yang kala itu dianggap sebagai unit terbaik.  Mereka datang ke kota kedua terbesar di Uni Soviet itu dengan membawa istri dan keluarga mereka untuk liburan, berjalan-jalan, dan belanja.

Di hari terakhir sebelum kembali ke Vladivostok, para laksamana atau jenderal tertinggi angkatan laut itu, bersama keluarga mereka pergi berbelanja.  Mereka membeli begitu banyak pakaian, keju, sosis, juga set meubel.  Barang-barang ini dimasukkan ke dalam pesawat.

Tanda celaka sudah ditunjukan akibat kelebihan berat, tapi tidak dihiraukan.  Pesawat yang berisi penuh bahan bakar untuk perjalanan panjang, melintasi pedalaman Rusia, menukik tajam tak lama setelah lepas landas, meledak menjadi bola api besar.  Tidak ada seorang pun yang selamat.  Uni Soviet kehilangan 16 admiral atau laksamana jenderal dan 12 senior officer.  Total 44 penumpang dan 6 awak pesawat.

Kisah di atas sangatlah memilukan disebabkan keinginan jauh melewati kebutuhan.

Keserakan bukanlah hal baru.  Sejak jaman dunia ini dijadikan, keserakahan sudah diceritakan pun sampai saat ini.  Setiap manusia punya sifat serakah dalam dalam dirinya.  Ini muncul karena adanya keinginan.  Jika keinginan tercapai maka bisa berubah menjadi kemewahan, dari kemewahan bisa saja muncul sifat serakah.

Serakah adalah sifat yang tidak merasa puas dengan apa yang sudah diperoleh.  Hasrat tak terpuaskan ini bisa mengaburkan nilai-nilai moral dalam kehidupan.

Napoleon Bonaparte (1769-1821) adalah seorang Kaisar Perancis yang terkenal dan juga sebagai panglima perang yang sukses. Tujuannya adalah menaklukan seluruh Eropa yang hampir dicapai dengan keterampilan militernya.  Napoleon mencapai terobosan dengan revolusi Perancis.

Adolf Hitler (1889-1945) seperti diceritakan oleh ZDF Wissen (Media Jerman) "Adolf Hitlers Aufstieg: Vom Niemand zum Diktator". Artikel ini tentang karir Hitler dari bukan siapa-siapa menjadi diktator.  Di situ diceritakan sampai setelah Perang Dunia I pada tahun 1918, tidak ada apapun yang menunjukkan kesuksesan karir politik Hitler.  Dia malah dianggap sebagai orang luar.  Selain rekan-rekannya di militer, dia hampir tidak mempunyai kontak apapun.  Kemudian Hitler bergabung dengan Partai Pekerja Sosialis Nasional Jerman (NSDAP). Disanalah dia menemukan bakat retorisnya. Cukup banyak hal yang dia lewati sampai pada kemudian Hitler dan NSDAP menjadi kekuatan politik terkuat Jerman.  Pada tanggal 30 januari 1933, Hitler diangkat menjadi Kanselir Reich, yang disebarkan oleh Nazi sebagai "Perebutan Kekuasaan".  Hari dimulainya rezim Nazi, yang kemudian merenggut jutaan nyawa pada tahun 1945.  Rezim ini membuat "cacat" sejarah  dan rasa malu dan minder yang ditanggung generasi Jerman sesudahnya.

Dari kedua contoh di atas, kita bisa melihat ada 2 hal yang dikorbankan dari sifat serakah: kedamaian dan keadilan.

Menurut P.A. Tickle 2004 (The Seven Deadly Sins), seorang penulis Amerika yang berfokus pada isu-isu spiritualitas. Keserakahan dapat mengenakan jubah dengan banyak nama berbeda: serakah, tamak, rakus, kikir, nafsu ambisi yang melampaui batas, dan keinginan yang lepas kendali.

Akar dari keserakahan berasal dari kecanduan psikologis yang sejati. Keserakahan adalah suatu masalah kerena bermanifestasi sebagai siklus yang tidak pernah berakhir.

Bagaimana kita harus menghindari hal ini?

Kita harus menyadari sifat ini kemudian berkata pada diri kita sendiri "Oke, sekarang cukup!".

Memang seringkali kita tergoda untuk mencoba hal-hal baru atau melakukan usaha untuk hasil yang lebih baik.  Sifat manusiawi kita membuat kita lupa atau tidak sadar dengan apa yang telah kita miliki: harta, pencapaian, dan kesuksesan.  Hal-hal ini bisa merasuk hati dan pikiran.

Ya, serakah bukan hanya tentang harta tapi juga "pencapaian".  Manusia itu "bertumbuh" setiap saat, dalam pikirannya atas ide dan gagasan.  Tapi, kita harus ingat bahwa dalam sumber daya manusia itu juga terbatas.  Apakah ide dan gagasan itu masih dalam koridor kepantasan? Ini bisa dipertanyakan.  Manusia bisa menjadi egois bisa berpikir dirinya lebih baik dari orang lain, dari si A, si B atau bahkan dari semua orang. Penilaian ini  bisa bersifat subyektif karena apa yang "menurut kita" belum tentu berlaku bagi orang lain. Segala sesuatu diikat oleh batasan moral.

Jika kita terjebak dalam nafsu serakah, maka kita sampai akhir masa hidup kita akan selalu ingin lebih dan lebih, baik dalam materi atau non materi.

Marilah kita untuk berdialog dengan diri kita sendiri, di bagian mana atau dalam kapasitas apa diri kita bisa membangun dan diperlukan. Di bagian mana kita sudah dalam batas "cukup" dan di bagian mana kita tidak perlu lagi mencari lebih jauh.

Jangan sampai kita kehilangan kendali "Rem blong".  Semakin cepat kita berjalan maka semakin sulit bagi kita untuk menemukan dimana batas bagi kita untuk berhenti.

Semua ada batasnya seperti kehidupan kita pun yang ada batasnya. Jangan sampai makna hidup yang sebenarnya telah kita miliki justru menjadi kabur atau hilang karena keserakahan. Sifat yang bisa memadamkan sinyal-sinyal positif dari tubuh dan jiwa kita.

Sifat serakah untuk memperkaya diri sendiri haruslah selalu dipertanyakan, jika tidak maka tidak ada lagi ruang untuk mempertanyakan kata "cukup".  Sehingga ruang dunia ini hanya akan dipenuhi oleh orang-orang yang serakah, tamak dan rakus. Merekalah yang akan mendominasi.  Mereka yang tidak pernah merasa cukup.  Mereka yang terbuai dengan kenyaman atas kepemilikan berlebih-lebihan. 

Belajarlah untuk menemukan ukuran diri kita, kebutuhan nyata kita.  Renungkan sampai kita memiliki perasaan baik dan tenang sampai mendapatkan kata "cukup".

Erich Fromm, seorang psikolog sosial Jerman mendefinisikan bahwa keserakahan adalah jurang maut yang melelahkan sesorang dalam upaya tanpa henti untuk mencapai kebutuhan tanpa pernah mencapai kepuasan.

Kita tidak perlu setiap hari meyerahkan kehidupan kita pada hal-hal duniawi.  Balapan terus-menerus membuat kita capek, lelah, dan tersiksa.

Keserakahan bisa mengubah kita menjadi orang lain , menjadi sesuatu yang tidak kita inginkan pun tanpa kita sadari.  Jangan sampai kita menjadi "buta" atau gelap mata. 

Meskipun sifat serakah ini sering sulit dihindari karena keinginan adalah dasar kehidupan manusia.  Namun, masih ada harapan! Jika kita mau merubahnya. 

Kalahkan nafsu serakah dalam diri sekarang juga! 

Kernen im Remstal, Germany

Salam hangat,

Meike Juliana Matthes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun