Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dan olahraga. Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Penulis buku, The Purple Ribbon. Buku tentang kelainan neurologis akibat cacat kongenital tengkorak, diterbitkan oleh Pustaka Obor Indonesia, 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serakah: Rem Blong Ketika "Cukup Tidak Pernah Cukup"

18 Maret 2024   03:55 Diperbarui: 18 Maret 2024   13:35 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(www.soundcloud.com)

Sifat serakah untuk memperkaya diri sendiri haruslah selalu dipertanyakan, jika tidak maka tidak ada lagi ruang untuk mempertanyakan kata "cukup".  Sehingga ruang dunia ini hanya akan dipenuhi oleh orang-orang yang serakah, tamak dan rakus. Merekalah yang akan mendominasi.  Mereka yang tidak pernah merasa cukup.  Mereka yang terbuai dengan kenyaman atas kepemilikan berlebih-lebihan. 

Belajarlah untuk menemukan ukuran diri kita, kebutuhan nyata kita.  Renungkan sampai kita memiliki perasaan baik dan tenang sampai mendapatkan kata "cukup".

Erich Fromm, seorang psikolog sosial Jerman mendefinisikan bahwa keserakahan adalah jurang maut yang melelahkan sesorang dalam upaya tanpa henti untuk mencapai kebutuhan tanpa pernah mencapai kepuasan.

Kita tidak perlu setiap hari meyerahkan kehidupan kita pada hal-hal duniawi.  Balapan terus-menerus membuat kita capek, lelah, dan tersiksa.

Keserakahan bisa mengubah kita menjadi orang lain , menjadi sesuatu yang tidak kita inginkan pun tanpa kita sadari.  Jangan sampai kita menjadi "buta" atau gelap mata. 

Meskipun sifat serakah ini sering sulit dihindari karena keinginan adalah dasar kehidupan manusia.  Namun, masih ada harapan! Jika kita mau merubahnya. 

Kalahkan nafsu serakah dalam diri sekarang juga! 

Kernen im Remstal, Germany

Salam hangat,

Meike Juliana Matthes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun