Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sahabatku yang Berumah Triplek itu, Jadi Professor

13 Oktober 2023   14:11 Diperbarui: 13 Oktober 2023   19:08 2623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semasa SMA, Ujian Akhir Praktek Kimia (Foto: Dokumen pribadi)

"Ke, kalau aku jadi dokter, aku mau ambil spesialisasi anak."  Dia melanjutkan.  Kalimat ini selalu diucapkannya dengan senyum terukir di bibir seperti dia sudah membayangkan bahwa dia telah menjadi seorang dokter spesialis anak dengan steteskop tergantung di dadanya dan sementara memeriksa seorang anak kecil yang lagi duduk di dipan.  Tapi sesudah mengucapkan kalimat yang menyenangkan hatinya itu kemudian wajahnya berubah saat menyadari bahwa orang tuanya tidak mampu untuk itu. 

Siapa yang tidak tahu bahwa untuk kuliah di kedokteran perlu biaya besar manalagi tidak ada Fakultas Kedokteran di kota Gorontalo kala itu.

Selanjutnya percakapan kami dengan tema yang sama itu akan ditutup dengan kalimat dari dia, "Ke, senang ya jika kita bisa bersekolah kemana kita mau."  Aku menjawab dengan anggukan sedih karena aku pun saat itu sedang memikirkan kelangsungan pendidikanku karena aku baru saja ditinggal oleh ibuku sebagai penopang ekonomi keluarga.  Pembicaraan yang bersifat ratapan itu menjadi konsumsi kami di waktu senggang.

Di tahun 90-an saat kami menamatkan SMA, kota Gorontalo belum menjadi provinsi seperti sekarang dan hanya ada satu perguruan tinggi di sana yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan.

Hal ini membuat Mila yang tidak punya biaya untuk berkuliah di kota lain,  memupus cita-cita utamanya untuk jadi dokter dengan mendaftar di perguruan tinggi tersebut.

Masa depan adalah misteri.  Kita tiada pernah tahu apa yang ada di depan kita. 

Mila tetap tinggal di Gorontalo dan aku selepas SMA pindah ke Manado.  Seperti sahabat-sahabat kami yang lain, kami adalah anak muda yang penuh semangat untuk mencapai impian kami.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti.

Waktu itu keadaan tidak seperti sekarang dimana komunikasi bisa dengan cepat lewat berbagai aplikasi yang tinggal di-download di telepon genggam.  Kami bertemu Kembali setelah beberapa waktu terpisah.  Kami bertemu di Manado tepatnya di hotel tempatku bekerja sebagai resepsionis dan pemandu wisata.  Aku bekerja di sana untuk menopang kehidupan aku dan kakakku dalam hidup dan berkuliah.  

"Bagaimana keadaan sekarang, La?"

"Alhamdulillah, Ke.  Mila harus secepat mungkin selesai.  Mila berencana mengurus beasiswa untuk studi Master di Australia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun