Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jerman, Sekolahnya Hampir Tidak Menggunakan Soal Pilihan Ganda

24 September 2023   02:18 Diperbarui: 1 Oktober 2023   09:45 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baden-Württemberg, Jerman (Dok. pribadi)

Dilansir dari www.wisevoter.com, Jerman menduduki peringkat ke-1 dalam Education Ranking by Country 2023. 

Menurut www.edvoy.com, Jerman berada di peringkat ke-4 dan oleh  www.worldpulationreview.com, Jerman menduduki peringkat ke-3 serta masih ada beberapa lembaga survei lainnya yang memberi hasil tidak lebih-kurang dari yang disebutkan sebelumnya.

Sejak seminggu yang lalu, media di Indonesia dibuat ramai dengan pernyataan Maudy Ayunda seorang artis yang menguasai lima bahasa berbeda: Indonesia, Jawa, Inggris, Mandarin, dan Spanyol. 

Dia memberi usul mengenai penghapusan metode soal pilihan ganda jika dia menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Saya berpikir, mengapa ya...?  Mungkinkah karena dia menamatkan sekolahnya di British School Jakarta kemudian melanjutkan ke St. Hilda's College di Oxford University untuk gelar sarjananya sesudah itu gelar masternya di Stanford University sehingga dia mengambil standar ini. Atau apakah ini berlebihan?

Dalam tulisan ini, saya hanya ingin membagikan pengalaman saya sebagai seorang ibu yang sampai saat ini tinggal di Jerman dengan anak-anak yang mengenyam pendidikan di Jerman karena mereka memang lahir di negara ini.  

Pada tahun 2014-2016, saya pernah dipercayakan sebagai Elternvertreter atau perwakilan orang-tua murid. Hal yang membuat saya cukup dekat dengan anak-anak sekolah dan wali kelas karena sering bersama-sama dengan mereka dalam melakukan beberapa aktivitas ekstrakurikuler.

Di sekolah-sekolah Jerman sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak pernah saya melihat hasil ujian dengan pertanyaan pilihan ganda misalnya pada saat saya menandatangani hasil ujian anak-anak saya.

Mengapa demikian? 

Pilihan Ganda yang dikenal di Jerman lebih ke pilihan ganda kompleks. Ini tidak seperti pilihan ganda seperti yang kenal di Indonesia di mana saya mengenyam pendidikan saya dulu yaitu pilihan ganda dengan memilih satu jawaban yang benar. 

Pilihan ganda kompleks adalah pertanyaan dengan beberapa jawaban yang harus dikenali kemudian dicentang. 

Contoh:

Di negara bagian mana saja, sungai Rhein mengalir?

a. Baden-Württemberg
b. Rheinland-Pfalz
c. Hessen
d. Nordrhein-Wesfalen
e. Niedersachsen 

Jawaban yang benar adalah a,b, c, d. Pilihan ganda seperti ini membuat siswa memang harus benar-benar mengetahuinya tanpa menjawab dengan menebak.

Meskipun pertanyaan seperti di atas ini bisa dikatakan cukup berkualitas tapi ini sangat-sangat jarang dijumpai. Ada juga misalnya dalam pelajaran ilmu pasti misalnya matematika karena sudah jelas jawaban yang diberikan haruslah sangat akurat.

Jenis pertanyaan pilihan ganda seperti ini sudah lama dikenal dan ini di sebagian dunia lain cukup populer. Hal ini disebabkan karena proses evaluasinya tidak membutuhkan waktu lama.  

Namun, waktu yang diperlukan untuk menyusun pertanyaan pilihan ganda ini sangat besar supaya menghasilkan pertanyaan yang berkualitas atau cara merumuskan jawaban-jawaban sedemikian rupa sehingga peserta ujian tidak langsung dengan mudah menebak-nebak jawaban yang benar.  

Hal ini menyebabkan untuk menyusun jenis pertanyaan ini dibutuhkan keahlian dan keterampilan. Jika penyusunan pertanyaan pilihan ganda ini tidak begitu meyakinkan maka akan menyebabkan tidak adanya tantangan bagi kemampuan berpikir siswa.

www.wisevoter.com 
www.wisevoter.com 

Sepertinya bagi dunia pendidikan Jerman, penggunaan soal pilihan ganda kompleks atau pilihan ganda dengan satu jawaban, sama halnya dengan menggunakan barang-barang cepat-saji yang terdengar seperti iklan yang menjanjikan "Cukup Centang atau Klik dan Selesai!" 

Tetapi apakah ini memang benar-benar telah selesai? Apakah ilmu yang ingin disampaikan sudah betul-betul masuk ke kepala siswa?!

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui indra. 

Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan (Slavin 2000).  

Sepertinya ada anggapan bahwa dengan soal pilihan ganda, otak manusia digunakan menjadi sekedar instrument yang "meragukan". Ini tidak cocok untuk pembelajaran.

Belajar juga merupakan pelatihan mental komprehensif dimana diatas segalanya keterampilan lingustik juga akan selalu dilatih. Kompetensi lisan dan tulisan yang merupakan dasar dari semua karya budaya.

Apalagi sejak 2 dekade terakhir ini, keadaan anak-anak dan remaja sudah begitu berkurang waktu mereka untuk bergaul atau berkomunikasi secara langsung karena peningkatan penggunaan alat-alat gadged.  

Cara berkomunikasi pun sering sekali dengan menggunakan singkatan-singkatan, jawaban-jawaban pendek atau emoji dengan maksud "yang penting maksudku sudah tersampaikan".  

Jika disekolah pun pertanyaan-pertanyaan yang digunakan adalah dalam bentuk pilihan maka hal ini tidak akan memberi banyak bantuan bagi perkembangan linguistik seorang anak/siswa.

Siswa diharapkan bukan hanya saja bisa menjawab pertanyaan, berbicara tetapi membaca dan merumuskannya dalam konsep yang baik. Lewat pertanyaan: Uraikan, Jelaskan, Mengapa, Bagaimana, Bandingkan, Simpulkan, dsb.

Siswa tidak dididik hanya untuk berpikir kemudian mencentang tetapi berpikir kemudian merumuskan. Bahasa adalah instrument yang dibutuhkan dalam berpikir tidak terbatas dalam potongan-potongan jawaban yang distandarkan  Ini adalah kunci dari kompetensi linguistik.

Di samping itu, pilihan ganda juga bisa membatasi daya berpikir anak karena mereka hanya memilih apa yang sudah disediakan. Hal ini bisa menghalangi kreativitasnya.

Toh, nantinya dalam masa dewasa mereka, dalam kehidupan sehari-hari, dalam pekerjaan terkadang manusia tidak bisa memilih atau tidak ada pilihan dan di saat itulah manusia harus mencari jalan keluar. Barangkali ini adalah salah satu alasan mengapa pilihan ganda tidak banyak diterapkan di sekolah Jerman.

Mereka lebih memilih untuk melatih anak-anak/siswa untuk berpikir sendiri! 

Juga sampai saat ini berdasarkan survei seperti disebutkan di awal, menunjukan bahwa Jerman mendapatkan hasil optimal dengan peringkat yang sangat baik dalam rangking edukasi internasional dengan jarang menggunakan soal pilihan ganda di sekolah-sekolahnya. 

Kernen im Remstal, 23 September 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun