(11)
lulurkan dingin itu
rasakan (di mana jiwa yang malang?)
sendiri di keramaian mengundahkan
tumpukkan pedih entah dari mana datang
lulurkan dingin itu
tubuh ini saudara yang ditinggalkan
(12)
peradaban sering membawa kenangan
      --ingat Adam dan Hawa?
kita mengenangÂ
di depan kabut sangat tebal
ada bayangan
nanti kita bersua juga dengan ayah dan ibu tercintaÂ
bertanya: mengapa?
(13)
semestinya kaubawa lekas ingatan itu
perih di dalam di tempat tak kutahu
kembali serupa sakit orang tua didera dingin
ia sekali waktu dahsyatnya
aku tak ingin menambah tanya
esok atau lusa
ia tersangkut entah di mana
(14)
jam yang tak pernah mundur
bukan yang tercinta
ia selalu mendegup jantung
menumpuk cemas dengan peristiwa
kekasih, apabila aroma bunga di atas terbau olehku
apakah kau menggumamkan namaku?
(15)
sebelum lahir kata
segala sudah selesai
ingatan makin tua
tak sampai padanya
begitu menderita
kita
(16)
saat di cermin
tak kutampak ia
yang semalam jadi kawan bergadang
(aku tak peduli)
sebentar lagi semua
di luar rencana
(17)
rahasia
yang membawa ke dalamnya
yang mendadak merubah cerita
yang mengisyaratkan
yang menyusutkan
sepi
mengapa datang tiba-tiba
(18)
di cermin
ada yang malu
dan bergegas berganti rupa
ia tahu sesuatu
tak ingin berbahasa
(19)
tataplah mukaku
cari, barangkali ada yang tersembunyi
esok kau menatap kabut pagi
yang tersembunyi lenyap tersaput cahaya matahari
aku kekasihmu dulu
--entah kata siapa--
takkah kauingat
mengapa kita berjumpa
dan mengirap bersama waktu
(20)
aku datang, aku tak paham
aku pergi, aku tak paham
aku tak cenayang
entah esok kau menagih janji