Mohon tunggu...
MEIFRID PALENEWEN
MEIFRID PALENEWEN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana Pastoral Konseling

STTBI Bethel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Perayaan Natal Kristen

4 November 2023   07:24 Diperbarui: 4 November 2023   07:30 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gambaran perilaku konsumsi yang terjadi pada masyarakat di Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe menjelang Natal. Hal ini dilatarbelakangi oleh masalah konflik yang terjadi dalam masyarakat menjelang natal dan timbulnya perdagangan yang menciptakan masalah social ekonomi. Perilaku konsumtif menjelang natal yang terjadi di Tahuna selang waktu November s.d Januari. Lonjakan perilaku konsumtif ini Kerap kali terjadi di kehidupan rumah tanggga seperti fenomena gunung es. Takaliuang dalam manado.tribunnews.com mengemukakan, faktor ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya perdagangan keperluan natal di pusat kota tahuna, sehingga kebanyakan inisiasi untuk melakukan pola hidup konsumtif tercipta (manado.tribunnews.com, 7 Desember 2017).

Jika dilihat dari fenomena meningkatnya perdagangan menjelang Natal menunjukkan bahwa faktor kebutuhan menjelang natal meningkat baik kebutuhan Pokok maupun kebutuhan tambahan. Sedangkan yang kedua karena alasan budaya hidup dikabupaten sangihe yang berpola pada kekeluargaan dan keakraban menjadi salah satu pemicu naiknya tingkat kebutuhan menjelang Natal. Faktor-faktor tersebut terjadi sehingga berujung pada tingkat konsumerisme bahkan sampai ketingkat hedonisme. Sebab kebutuhan masyarakat pada nulan November sampai dengan januari diatas dari rata rata kebutuhan Pokok periode bulan lainnya.  Apabila kualitas pemenuhan kebutuhan meningkat bahkan meningkat menuju kepada konsumtif, akan sangat rentan muncul masalah yang berujung konflik. Bila hal ini terus menerus terjadi, maka fokus utama bukan pada pemenuhan kebutuhan pokok tetapi berpindah ke fokus kehidupan . Disinilah muncul potensi konflik sosial ekonomi maupun iman kristen. Menurut teori Kebutuhan dari Abraham Marslow, setiap individu yang telah memenuhi kebutuhan awalnya maka seiring waktu timbul keinginan baru pada level selanjutnya. Pola Kehidupan yang dibiaskan dari Marslow ini yang terjadi di kehidupan masyarakat super modern. Perpindahan Fokus dari Kebutuhan Primer ke kebutuahan Sekunder sampai ke tersier hingga sampai ke aktualisasi diri inilah yang menjadi pemicu konflik sosial ekonomi. Artinya konflik sosial ekonomi tercipta ketika masyarakat satu dengan lainnya berlomba memenuhi kebutuhan pemuasan diri menjelang natal sehingga sudah tidak fokus pada kebutuhan pokok. Jadi, menurut collin campbell, konsumerisme tercipta akibat seseorang mengikuti trend yang berlebihan yang bukan untuk memenuhi fokus kebutuhan utama tetapi berpindah pada pemenuhan nafsu konsumtif. Jean Baudrillard berpendapat bahwa konsumerisme merupakan keturunan langsung dari kapitalisme telah masuk dan berkembang sampai ke jantung masyarakat. Perilaku konsumsi dipandang sebagai sebuah pola homogenisasi maupun heterogenisasi kebiasaan budaya pada umumnya. Jadi, kualitas perayaan menjelang Natal di Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Tahuna sedikit berpindah fokus. Memang ada faktor-faktor lain, yang disebut sebagai faktor gabungan yaitu keterlibatan para pedagang dan pengusaha, adanya pola hidup modern, berkembangnya era digital dan pergaulan masyarakat.

            Jadi, pola terjadinnya hidup konsumtif tercipta dalam periode menjelang hari raya natal. Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor namun yang paling dominan, antara lain: Kebutuhan akan Makanan dan Pakaian Baru, menghias rumah, menghias rumah ibadah, memperlengkapi kebutuhan organisasi agar tampil sama dan menarik bahkan euforia akan hausnya untuk membuat suatu kegiatan acara dan bisa menimbulkan masalah ekonomi. Beberapa tulisan studi kasus perilaku konsumtif yang terjadi di wilayah Kabupaten Sangihe, seperti Sari V (2020)dalam tulisan jurnalnya berjudul Fenomena Gaya Hidup Masyarakat Kontemporer, jurnalnya cholilawati (2021) berjudul Perubahan perilaku Konsumen selama Pandemi covid 19, Kedua buku tersebut menjelaskan bahwa faktor terjadinya Konsumerisme adalah faktor perubahan perilaku dan cara hidup masyarakat dalam menggunakan barang/jasa dan dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan lingkungan.

Natal dan Tahun baru sangat identik dengan kemewahan, keramaian, keunikan, keceriaan bahkan bertumpuknya kegiatan acara.Namun, disisi lain Fenomena Gunung es yang tercipta menjelang perayaan Natal ini dapat membawa masyarakat kearah konsumerisme bahkan mengancam konflik sosial ekonomi. Fenomena ini terjadi bukan saja Pada Organisasi atau gereja besar tetapi dimulai dari rumpun keluarga aktivitas membersihkan rumah dan lingkungan sampai menuju persiapan acara kemeriahan menjelang Natal itu sendiri.

            Runturambi M (2019) dalam jurnalnya dijelaskan kondisi kondisi bagaimana umat kristen tentang makna natal,Paus Benediktus VI sangat mengecam konsumerisme disaat perayaan Natal .

            Berbagai pernak pernik dan hiasan Natal seperti pohon Natal dan boneka hiasan tempat ibadah,kue , makanan dan minuman sangat mudah dijumpai di pusat perbelanjaan. Berbagai pusat aktivitas perbelanjaan ini tidak hanya memeriahkan acara menjelang perayaan Natal dengan berbagai pernak pernik Natal, banyaknya berbagai macam penawaran produk barang maupun jasa terbaru, diskon produk besar-besaran merupakan salah satu strategi pangsa pasar untuk meraih berbagai keuntungan menjelang dibukanya perayaan kerohanian seperti Hari Raya Natal itu sendiri. Di era pembangunan kompetitif ekonomi saat ini, masyarakat dipertemukan dengan situasi yang bersifat konsumtif kompetitif pada segala bidang kehidupan masyarakat. Bahkan pada waktu ini pesona dunia telah memasuki era ekonomi perdagangan dan pergaulan digital. Era ekonomi dan komunikasi digital mengubah pola kehidupan masyarakat dari taraf dasar hingga meningkatnya perilaku konsumtif pada masyarakat dalam mengaktualisasi persoalnya.
Perkembangan ilmu teknologi dan informasi juga berperan aktif  dalam meningkatkan pola perilaku konsumtif pada masyarakat tahuna. Berbagai promosi iklan marketing produk yang ditawarkan mendorong siapa pun masyarakat yang melihatnya dan dalam waktu singkat mendorong keinginan membeli produk yang diiklankan. Bahkan saat ini, kegiatan perbelanjaan juga semakin dipermudah dengan banyaknya e-commerce online yang menawarkan produk terbaru dengan harga yang beragam bahkan kompetitif.

Pola Perilaku konsumtif masyarakat ini sangat dapat dirasakan ketika menjelang hari-hari raya pada umumnya, seperti perayaan hari raya Natal. Menjelang kegiatan hari raya Natal, banyak ditemukan pada pusat perbelanjaan yang menawarkan bahkan menarik pesona batin beraneka ragam barang, seperti pakaian ,makanan peralatan rumah tangga dengan beragam model terbaru. Berbagai took pusat perbelanjaan menjadikan fenomena  umat Kristen bahkan masyarakat umum lainnya yang akan merayakan hari raya Natal sebagai target pasar mereka.

Pada fenomena ini umat Kristen yang akan merayakan perayaan menjelang Natal seperti berlomba-lomba dan melakukan aktivitas untuk memenuhi keinginannya tanpa mementingkan dan ingat akan focus perayaan bahkan melupakan nilai kegunaan dari barang yang akan dibeli. Melakukan pembelian pakaian dengan model dan trend terbaru atau pakaian yang sedang dalam diskon, pola perilaku seperti ini dapat membuat hilang esensi  dan makna dari perayaan Natal itu sendiri.
Perayaan menjelang hari Natal saat ini sepertinya tidak hanya berfokus sebagai hari untuk menemu kenangkan akan kelahiran Yesus Kristus, Natal juga sudah menjadi hari bagi sebagian besar masyarakat umat Kristen untuk melakukan aktivitas berbelanja. Pada mulanya mereka mungkin hanya berbelanja kebutuhan Natal untuk aktivitas dirumah, namun saat ini bayak orang yang berbelanja tidak lagi atas dasar kebutuhan primer , melainkan untuk mencari kepuasan diri dan ego agar mendapatkan penghargaan belaka ketika bisa membeli barang yang diinginkan.

Pada momen ini, orang sudah terjangkit sifat konsumerisme. Seolah-olah mereka membutuhkan sangat banyak barangyang melebihi kebutuhan primer, walaupun mungkin seiring berkembangnya waktu ,setelah itu ia tersadar bahwa barang yang mereka belanjakan itu tidak lagi dibutuhkan didalam kehidupannya.

Kenyataan yang sering tersirat terjadi bahwa ketika melakukan perayaan menjelang Natal, banyak gereja justru terlihat menjadi seperti tempat untuk aktivitas peragaan busana, peragaan barang pameran. Masing-masing keluarga bahkan organisasi ingin menunjukan gayanya melalui pakaian maupun aksesoris yang mereka gunakan saat menjelang natal. Natal yang terjadi merupakan Natal yang sederhana sungguh menjadi perayaan materialistis.

Esensi perayaan menjelang natal Natal pun menjadi semakin tidak jelas karena banyak orang terjangkit budaya konsumerisme. Kegiatan  konsumerisme menjelang hari raya Natal sangat bertentangan dibandingkan dengan esensi perayaan menjelang Natal itu sendiri. Perayaan Menjelang Natal yang merupakan momen untuk persiapan mengenang kelahiran Yesus Kristus sang Juruselamat di kandang Betlehem yang sangat sederhana berubah menjadi suatu peristiwa  perayaan hedonisme dengan konsumerisme.

  • Hakikat Perayaan Natal Kristen

Natal merupakan salah satu hari raya  umat Kristiani untuk memperingati  hari kelahiran Yesus Kristus. Lebih dikenal sebagai hari Natal, maka konotasi pengertiannya adalah peristiwa kelahiran Yesus,   pada tanggal   25  Desember.   masyarakat   Nasrani merayakan  hari Natal  dirayakan  secara sederhana, penuh makna dan keceriaan serta kebesaran  baik di dalam kehidupan gereja maupun di lingkungan rumah.

Secara  tata bahasa  kata Natal  diambil  dari bahasa  latin  yang  memiliki makna "lahir". Sedangkan menurut istilah kosakata, Natal merupakan upacara atau perayaan yang dilakukan oleh masyarakat beragama kristen untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus , yang sering mereka  sebut dengan nama Tuhan  Yesus.   kamus  bahasa Inggris mencatat dan mengartikan, kata Natal sama dengan  kata  Chrismast  yang  memiliki arti   Mass  of Christ atau disingkat dengan Christ  Mass,   yang   sering diartikan   dengan hari  untuk merayakan kelahiran Yesus.

Tanggal 25 Desember merupakan hari  yang sangat sacral dan penting bagi masyarakat kaum Kristiani adalah  hari Natal.  Karena  dalam perayaan  Natal masyarakat kaum kristiani bisa saling berbagi keceriaan,kasih  sayang dan mengasihi terhadap sesama.

Selama  pada  masa  menjelang perayaan Natal  masyarakat kaum kristen  saling  bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan pohon natal, pernak pernik dan aksesoris natal.

Walau  bagaimanapun kepercayaan dan keyakinan umat kristiani, yang  menyakini   bahwa  perayaan Natal adalah sebagai peringatan  hari kelahiran Yesus.  Oleh karena  itu,  Natal dirayakan   dengan  semeriah mungkin. Lagu-lagu Natal dan Ornamen  Natal  dengan pohon  Natalnya yang  khas  telah dipajang di  gereja-gereja,   pusat-pusat  perbelanjaan, perkantoran dan lain sebagainya, jauh-jauh hari sebelum Natal tiba. hal ini

sangat  terasa sekali  maknanya ketika saling mengucapkan Selamat Hari Natal serta  saling memberikan  kado-kado  ataupun hadiah-hadiah  yang telah disiapkan  sebelumnya.  Acara  yang  paling penting dari seluruh kegiatan Natal  adalah "The Chrismas  Shopping Season"  yaitu  Musim Belanja  Natal.  yang dilakukan  dengan cara membeli dan tukar menukar hadiah.

Seminggu sebelum Natal dirayakan, mayoritas umat kristiani telah

menyiapkan    berbagai   persiapan dan  kebutuhan-kebutuhan,    seperti membeli  kado-kado yang    akan   diberikan  kepada orang  spesial, menyiapkan  tempat-tempat  untuk berlibur, menyiapkan  berbagai alat peribadatan   untuk persiapan   malam Natalnya  dan juga  menyiapkan pernak-pernik untuk digantungkan dalam pembuatan pohon Natal.

Di Kabupaten Kepulauan Sangihe Natal adalah momen spiritual yang sangat sakral bagi umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus. Lahirnya Yesus menggambarkan kasih Tuhan bagi dunia
Aktivitas Masyarakat Tahuna sebelum dan atau menjelang perayaan Natal sudah mulai terlihat bahkan dari zaman dahulu kala, hal itu terjadi dan terlihat pada hampir semua penduduk yang mayoritas kristiani di tahuna mengikutsertakan diri menjelang perayaan dimaksud melalui Kebersihan lingkungan rumah, Tempat ibadah sarana umum maupun perlengapan rumah tangga sampai kepada keperluan tambahan.

Melihat siatuasi seperti ini penulis melakukan observasi dan pengamatan bahwa masyarakat kristiani di tahuna merayakan atau memperingati hari Natal belum mempunyai niat yang memadai . untuk mencari tahu alasan-alasan tersebut, baik secara teologis maupun historis. Sehingga jemaat merayakan hari Natal hanya seremonial semata saja dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Atas dasar inilah penulis tertarik meneliti bagaimana perilaku konsumtif masyarakat menjelang natal di Tahuna.

Natal   menjadi   momen    yang    berhubungan dengan    misi penyelamatan Allah, seharusnya semua umat Tuhan di ingatkan kembali tentang tujuan kelahiran Yesus Kristus, yaitu untuk, membawa kemuliaan bagi Allah serta kasih yang damai sejahtera kepada semua manusia yang berkenan kepada-Nya.

  • Pola Perilaku Konsumtif Menjelang Natal

perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick (1972)

 perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

 Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" atau Stimulus -- Organisme -- Respon.

 Menurut HERI PURWANTO, perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

Perilaku konsumtif termasuk dalam perilaku yang rawan dialami oleh masyarakat menjelang natal adanya faktor pengaruh sehingga perilaku ini terbentuk dalam diri masyarakat. Perilaku konsumtif juga memiliki karakteristik dan aspek pendukung sehingga menjadi kebiasaan yang dilakukan masyarakat.

Sejauh ini konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang merupakan bukan kebutuhan pokok.

Kothler (1996) mengemukakan bahwa perilaku membeli dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu ekonomi,budaya,social,psikologis dan internal pribadi itu sendiri. Factor factor tersebut saling mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam membeli sesuatu.

Beberapa peristiwa perilaku konsumtif yang dapat memicu konsumerisme saat menjalang perayaan natal yaitu : kirim makanan, hadirkan oknum santa, bermain game,menonton film , lomba busana, lomba membuat makanan atau minuman, tukar kado, photo both, ibadah bersama sampai pada menghias bangunan kebanggan pribadi sampai ke Open house penerimaan tamu berupa hura hura.

Merayakan Natal artinya:

Kemuliaan bagi Tuhan (Latin: gloria Dei) Yang mengunjungi umat manusia untuk membawa keselamatan melalui Yesus, Tuhan mengambil wujud manusia (Filipi 2: 6-7) dan lahir sebagai bayi dari dalam rahim dari seorang pria, dari seorang wanita.

Memberitakan Firman Tuhan.Gereja mewartakan kabar baik yang membawa harapan bagi dunia yang penuh kegelapan.Oleh karena itu, dalam perayaan Natal, pesan Injil harus diberitakan dengan jelas.

Memenuhi misi Tuhan (missio Dei), yaitu mendatangkan pengampunan, keselamatan dan perdamaian bagi dunia.

Gereja dipanggil untuk berpartisipasi dalam perjuangan umat manusia.

Tirulah kesederhanaan Tuhan, karena Tuhan Pencipta alam semesta ingin menjadi manusia dengan dilahirkan dalam sangkar yang sederhana.

Oleh karena itu, Natal tidak boleh menjadi hari libur, karena Alkitab melarang hal ini (Lukas 21:-34; Roma 2:1).

Mengajak kita hidup dengan berbagi kepada sesama, tanpa bersikap boros dan berpuas diri, karena Kristus, Anak Allah, siap membagi hidup-Nya dengan seluruh umat manusia (Yoh 3: -16).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun