Kementerian Kesehatan mendefinisikan fase masa remaja sebagai suatu masa kehidupan manusia dimana telah terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikis, dan intelektual yang pesat.Ia memiliki ciri khas yang sangat ingin tahu, cenderung berani mengambil risiko dalam tindakannya tanpa berpikir matang, dan menyukai hal-hal yang berisiko.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah mereka yang berusia antara 10 dan 19 tahun.Sedangkan menurut Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014, remaja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur antara 10 sampai 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), kelompok Remaja adalah kelompok umur 10 sampai 24 tahun.
Menurut Umur Pada Organisasi Remaja Kristen Umur Remaja rentang waktu 12 -- 17 Tahun belum tua dan masih lajang.
Pada saat berada di Masa remaja merupakan masa dimana manusia mengalami gejolak yang sangat besar pada emosi, pikiran, dan perasaannya.Tidak mengherankan jika banyak penelitian menunjukkan bahwa remaja menderita kecemasan.
Kecemasan yang semakin meningkat di kalangan remaja menjadi permasalahan yang boleh diasumsikan sangat fenomenal saat ini.Alasannya pun sangat bermacam macam, namun sebagian besar disebabkan oleh rasa takut akan kegagalan, hal ini tergantung pula dari dimana ia tinggal dan berada.
Kebanyakan orang sangat khawatir tentang bagaimana orang lain memandang mereka. Terkadang, bahkan orang dengan situasi keluarga yang baik pun merasa khawatir. Kecemasan pada dasarnya normal dalam situasi tertentu.Selain itu, wajar jika remaja merasa cemas, seperti saat berinteraksi dengan orang yang disayangi, saat mengikuti ujian, atau saat terjadi bencana alam bahkan jauh dari orang orang yang ia sayangi atau sesuatu yang ia impikan (Fans).
Kecemasan termasuk jantung berdebar-debar, berkeringat, tubuh gemetar, dan kesulitan bernapas adalah beberapa gejala yang umum terjadi akibat kecemasan.Meski merupakan perasaan yang wajar, namun pada kondisi tertentu, kecemasan pada remaja bisa menjadi suatu kelainan yang memerlukan penanganan serius.Terlebih lagi, jika rasa cemas yang dialami remaja mempengaruhi interaksi sosial hingga berdampak pada prestasi akademiknya.Kecemasan pada remaja menjadi isu yang sangat krusial.
Sebagaimana tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) (American Psychiatric Association, 2013), gangguan kecemasan sosial, yang sebelumnya dikenal sebagai Social phobia, adalah gangguan kecemasan sosial yang ditandai dengan ketakutan atau kecemasan yang intens.
Tentang situasi sosial.
dimana tindakan atau perilaku seseorang akan dinilai negatif oleh orang lain sehingga menimbulkan rasa malu.Kecemasan yang tinggi seringkali menyebabkan seseorang menghindari berbagai situasi sosial, seperti: sekolah, pekerjaan, atau aktivitas sehari-hari seperti bertemu orang baru, wawancara kerja, menjawab pertanyaan di kelas atau harus berbicara dengan kasir restoran, makan di depan orang lain, atau menggunakan toilet umum karena takut dihina, dikritik, atau ditolak.
Beberapa penderita gangguan kecemasan sosial juga tidak merasa cemas dalam situasi sosial tetapi hanya merasakan kecemasan terkait aktivitasnya di depan umum (hanya pertunjukan), seperti mengikuti Pemilihan Remaja teladan/Siswa Teladan, Memaparkan presentasi didepan kelas bahkan bertemu orang yang ia sayangi/idamkan.Mereka mungkin mengkhawatirkan hal itu berminggu-minggu sebelumnya.Terkadang, mereka menghindari tempat atau situasi di mana mereka harus melakukan sesuatu yang mempermalukan mereka, yang seringkali menghambat kehidupan profesional mereka.