Hadirnya pandemi ditengah-tengah kehidupan kita sejak tiga tahun terakhir, telah mengubah banyak hal. Satu yang paling mendasar adalah perubahan cara berinteraksi tanpa tatap muka. Tidak hanya itu, aktivitas harian yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun menuntut masyarakat untuk beradaptasi dengan kecepatan waktu yang dinamis. Ditambah dengan kecanggihan teknologi dengan segala kapasitasnya telah “memanjakan” masyarakat dari segala lini. Semua aktivitas dan rutinitas yang dulunya dikerjakan secara konvensional, sekarang dengan cepat tergeser dan semakin memudar oleh inovasi digital. Terlebih, arus digitalisasi telah mengubah mindset dan perilaku seseorang baik sebagai konsumen maupun tenaga kerja. Serba serbi urusan dan kebutuhan semakin tercover hanya dengan petikan jari dan aplikasi. Mulai dari kebutuhan berinteraksi, komunikasi, pendidikan, hingga transaksi bisnis dan ekonomi menjadi semakin mudah, cepat dan transparan melintasi waktu dan jarak. Arus digitalisasi semakin mengalir deras dari hulu ke hilir. Menyusuri dan menjajal segala kebutuhan di berbagai aspek baik sektor ritel, institusi dan wilayah hingga lintas negara. Tak ada jalan lain, kecuali menyambut arus digitalisasi global dengan kontribusi maksimal.
Karena hanya mereka yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan teknologi yang dapat maju melangkah terus ke depan. Motto yang disampaikan Mas Ijun - Junanto Herdiawan, Direktur Departemen Komunikasi BI dalam Sesi BI Talk Ep. 4 itu benar-benar tak bisa diabaikan. Sambut atau hanyut dalam ketertinggalan?!. Tentu, opsi terakhir bukan pilihan.
Masyarakat kini sudah terbiasa dengan hidup dalam arus digitalisasi, apa apa sesuai aplikasi. Lantas Bagaimana pula institusi selevel bank sentral (Bank Indonesia) merespon arus transformasi digital dalam konteks nasional dan Kawasan ASEAN?
Sungguh sebuah pertanyaan yang greget sekali, bukan?
Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki fungsi penting dalam hal kebijakan moneter, proses peredaran uang dan stabilitas keuangan nasional. Melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025, BI merespon positif digitalisasi dengan serangkaian inovasi untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu, BI berupaya mengoptimalkan manfaat dan peluang arus digitalisasi termasuk dalam pengembangan sistem pembayaran sekaligus mitigasi risiko.
QRIS merupakan salah satu bukti implementasi inovasi Bank Indonesia untuk sistem pembayaran Regional (Regional Payment Connectivity) yang lebih cepat, transparan dan inklusif plus bebas biaya tambahan. Aplikasi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) telah resmi diimplementasikan Bank Indonesia sejak 1 Januari 2020, bekerjasama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). Berdasarkan data Bank Indonesia, terdapat 35 PJSP di tahun 2020 dan hingga April 2023 mencapai 98 Perusahaan yang meliputi perbankan dan Non Bank, Switching, dan beberapa BPD termasuk Bank Nagari (BPD Sumatera Barat). Bahkan untuk perizinan cross order payment, Bank CIMB Niaga dengan WeChatnya memperoleh izin dari Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI. Klik Disini
Jadi sebelum QRIS hadir, QR code hanya mampu mengcover pembayaran dengan PJSP yang sama. Misalnya Bank Nagari (BPD Sumatera Barat) kerjasama dengan UMKM / Minimarket untuk menggunakan sistem pembayaran QR Code, tetapi terbatas untuk pembeli yang memiliki rekening dan QR Code bank Nagari. JIka pembeli memiliki mobile banking bank Lain maka sistem QR Code UMKM tersebut harus menyesuaikan dengan bank yang sama.
Setelah adanya QRIS, Setiap merchant cukup memiliki satu QRIS dan semua pembayaran transaksi dapat dilakukan pembeli dengan memindai QRIS tersebut meskipun bank penerima dan pengirim tidak sama. Senangnya lagi tidak ada biaya tambahan yang dikenakan atas transaksi tersebut. Aplikasi QRIS memang “mak comblang” nya bayar bayar untuk transaksi non tunai terakreditasi UNGGUL (Universal, GampanG, Untung dan Langsung).
Untuk menggunakan QRIS caranya gampang yakni unduh aplikasi PJSP yang dipilih, lakukan registrasi dan siapkan saldo. Melalui aplikasi, scan QRIS pada merchant, input nominal transaksi, input pin otorisasi transaksi dan kemudian melakukan konfirmasi pembayaran kepada penyedia barang dan/atau jasa. QRIS dapat digunakan dalam transaksi pembayaran lintas negara karena disusun menggunakan standar internasional EMV.Co dan mengacu kepada peraturan PADG NO. 21/16/PADG/2019 tentang Implementasi Standar Nasional Quick Response Code. Hal ini memberikan kekuatan hukum penggunaan QRIS oleh masyarakat di negara sendiri maupun negara tetangga dengan syarat memiliki QRIS berstandar internasional.
Perspektif Wisatawan: “Jajan di luar negeri semudah belanja di warung tetangga sendiri". Saya, terakhir jajan di luar negeri tahun 2019 sebelum covid menggunakan mata uang ringgit Alias saat itu belum ada QRIS
Lebih dari sekedar kemudahan “jajan’’ oleh para wisatawan di luar sana, manfaat QRIS jauh lebih besar bagi berbagai pihak dalam aspek memajukan perekonomian Indonesia. Melalui QRIS Bank Indonesia berkontribusi memajukan sektor keuangan dan sektor riil. QRIS membawa 91,3 juta penduduk unbanked dan 62,9 juta UMKM Indonesia ke dalam ekosistem ekonomi dan keuangan formal secara berkelanjutan. Data dan fakta menunjukkan bahwa ditahun pertama (2020), implementasi penggunaan QRIS mencapai 5 juta kali transaksi dengan nilai transaksi 365 milyar rupiah. Sementara Per Maret 2023 penggunaan QRIS tercatat mencapai nilai transaksi Rp 15,35 triliun dengan volume sekitar 153 juta transaksi. Dicky Kartikoyono – Kepala Departemen Sistem Pembayaran BI memproyeksikan QRIS dapat terus meningkat hingga 45 juta pengguna dengan jumlah transaksi bisa mencapai 1 miliar pada tahun ini.
Bayangkan jika dengan volume 91,7 Juta transaksi di Agustus 2022 saja sudah mencapai nilai 9,66 Triliun, apalagi dengan jumlah 1 miliar kali transaksi. Tentu sangat fantastis lagi nilai transaksi yang akan terwujud.
Sungguh, saya terinspirasi sekaligus mengapresiasi inovasi Bank Indonesia
Keberhasilan di atas membuka peluang besar dan potensi bagi Bank Indonesia untuk memperluas penggunaan QRIS di Kawasan ASEAN. Setelah kerjasama dengan Thailand dan Malaysia deal, berikutnya sedang berlangsung diskusi kerjasama dengan Singapura, Jepang dan Korea Selatan. Suatu saat sistem pembayaran QRIS sangat memungkinkan berkembang menjadi cikal bakal pembayaran multilateral yang lebih digital. Konektivitas sistem pembayaran sangat penting untuk memperlancar transaksi lintas negara demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi Kawasan ASEAN yang terintegrasi.
Mendukung hal tersebut, Deputi Gubernur Bank Itali Pierro Cipollone, dalam World Bank Global Payment Week 2023 pada 13 Mei lalu mengemukakan artikel dengan konsep sistem pembayaran masa depan dimana setiap bank sentral ingin meningkatkan pilihan pembayaran yang tersedia untuk rumah tangga, bisnis dan lembaga keuangan. Tujuannya agar dapat mendorong ekonomi menjadi lebih inklusif, produktif dan tangguh. Khusus di sistem pembayaran, beragam bentuk digitalisasi telah diterapkan seperti Fintech operator, penyedia e-commerce, dompet digital, pembayaran instan, hingga integrasi layanan pembayaran ke dalam layanan non-keuangan. Dimasa depan teknologi digital akan terus mendorong inovasi.
Lebih lanjut Pierro menambahkan, Bayangkan apakah dalam 10 tahun terakhir kondisi akan tetap sama? Yang pasti inovasi teknologi dan revolusi itu akan semakin membesar, teknologi dan digitalisasi akan bertransformasi lebih canggih. Menurut Pierro, dimasa depan mungkin saja pembayaran digital bisa dibuat dengan menggunakan mata uang digital bank sentral atau bentuk lain dari mata uang digital yang diterbitkan secara pribadi, dimana orang yang kurang mampu dan kurang berpendidikan ikut memiliki akses ke solusi pembayaran; di mana pengiriman uang dan pembayaran sama mulusnya dengan pembayaran domestik di sektor keuangan dan non keuangan.
Terlepas dari peluang sistem pembayaran masa depan, setiap manfaat pasti diiringi dengan risiko termasuk dalam sistem pembayaran QRIS. Persoalan keamanan dan perlindungan data menjadi pertanyaan pertama dan krusial oleh masyarakat. Apalagi setelah muncul pemberitaan adanya kejahatan melalui pemalsuan QRIS kotak amal masjid yang viral di media dan menimbulkan kerugian.
Berdasarkan penelusuran saya terhadap Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 dan BI Talk Ep. 4, Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI telah merancang 5 inisiatif program termasuk tentang cyber security untuk perlindungan data pengguna. Sayangnya inisiatif program tersebut ada pada urutan akhir. Pertama, diawali dengan mendukung perbankan melakukan perubahan tidak sekedar ke konsep digital tetapi masuk dalam konsepsi open banking.
Kedua, Bank Indonesia kemudian memperbaiki sistem pembayaran ritel yang dibuktikan dengan implementasi QRIS dan akan berlanjut kepada interface payment yang terintegrasi dimana setiap transaksi semakin cepat dan langsung tanpa ada pihak penghubung.
Ketiga, memperbaiki infrastruktur pasar keuangan. Keempat, masuk ke tahap penciptaan infrastruktur data dimana penguasaan data digeser dari ranah privat menjadi ranah publik seperti menciptakan Payment ID, Data Hub hingga integrasi pelaporan. Sementara regulasi, perizinan dan pengawasan termasuk cyber security merupakan program inisiatif ke-5.
Tentu untuk mencapai struktur peraturan/regulasi, integrasi pengawasan, keamanan data dan lainnya dalam inisiatif 5 membutuhkan sinergi dan kolaborasi antara Bank Indonesia dengan berbagai pihak termasuh Pemerintah. Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi merupakan salah satu regulasi yang patut dipahami bersama sebagai dasar bahwa data pengguna wajib dilindungi.
Kendati demikian, kendali utama dalam pencegahan kriminal khususnya QRIS adalah pengguna/masyarakat sendiri. Prinsip kehati-hatian dan kerahasiaan bagian dari pertahanan terhadap serangan hacker atau penipuan sejenisnya.
Berikut 6 hal yang bisa dilakukan untuk mencegeah tindak criminal:
- Berhati hati dalam menyimpan kode QRIS
- Letakkan kode QRIS di tempat yang mudah diawasi
- Jangam meminjamkan QRIS
- Lapisi QRIS dengan pelindung
- Pahami cara membayar menggunakan QRIS
Jika Bank Indonesia telah membuktikan kontribusinya untuk memajukan negeri, saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia menyambung inovasi BI dengan kapasitas yang dimiliki, berkontribusi untuk Indonesia yang lebih maju dan wujudkan digital ekonomi ASEAN yang integratif. Karena setiap masyarakat memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk berkontribusi memajukan negeri. Saya bukan golongan wisatawan, bukan juga praktisi ekonom atau pebisnis besar. Saya seorang akademisi, berkontribusi melalui pendidikan dan edukasi tentang digitalisasi baik melalui tulisan seperti aritkel ini, presentasi atau aksi pengabdian untuk terjun langsung mendampingi UMKM bertransformasi ke pembayaran digital menggunakan QRIS. Sekali lagi, mari kita sambut digital ekonomi dan maksimalkan kontribusi di segala lini.
Ayo pakai QRIS..
#BankIndonesia
#ASEAN
#SistemPembayaran
Sumber Bacaan :
Channel Youtube Bank Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI