Perspektif Wisatawan: “Jajan di luar negeri semudah belanja di warung tetangga sendiri". Saya, terakhir jajan di luar negeri tahun 2019 sebelum covid menggunakan mata uang ringgit Alias saat itu belum ada QRIS
Lebih dari sekedar kemudahan “jajan’’ oleh para wisatawan di luar sana, manfaat QRIS jauh lebih  besar bagi berbagai pihak dalam aspek memajukan perekonomian Indonesia. Melalui QRIS Bank Indonesia berkontribusi memajukan sektor keuangan dan sektor riil. QRIS membawa  91,3 juta penduduk unbanked dan 62,9 juta UMKM Indonesia ke dalam ekosistem ekonomi dan keuangan formal secara berkelanjutan. Data dan fakta menunjukkan bahwa ditahun pertama (2020), implementasi penggunaan QRIS mencapai 5 juta kali transaksi dengan nilai transaksi 365 milyar rupiah. Sementara  Per Maret 2023 penggunaan QRIS tercatat mencapai nilai transaksi Rp 15,35 triliun dengan volume sekitar 153 juta transaksi. Dicky Kartikoyono – Kepala Departemen Sistem Pembayaran BI memproyeksikan QRIS dapat terus meningkat hingga 45 juta pengguna dengan jumlah transaksi bisa mencapai 1 miliar pada tahun ini.Â
Bayangkan jika dengan volume 91,7 Juta transaksi di Agustus 2022 saja sudah mencapai nilai 9,66 Triliun, apalagi dengan jumlah 1 miliar kali transaksi. Tentu sangat fantastis lagi nilai transaksi yang akan terwujud.
Sungguh, saya terinspirasi sekaligus mengapresiasi inovasi Bank Indonesia
Keberhasilan di atas membuka peluang besar dan potensi bagi Bank Indonesia untuk memperluas penggunaan QRIS di Kawasan ASEAN. Setelah kerjasama dengan Thailand dan Malaysia deal, berikutnya sedang berlangsung diskusi kerjasama dengan Singapura, Jepang dan Korea Selatan. Suatu saat sistem pembayaran QRIS sangat memungkinkan berkembang menjadi cikal bakal pembayaran multilateral yang lebih digital. Konektivitas sistem pembayaran sangat penting untuk memperlancar transaksi lintas negara demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi Kawasan ASEAN yang terintegrasi.Â
Mendukung hal tersebut, Deputi Gubernur Bank Itali Pierro Cipollone, dalam World Bank Global Payment Week 2023 pada 13 Mei lalu mengemukakan artikel dengan konsep sistem pembayaran masa depan dimana setiap bank sentral ingin meningkatkan pilihan pembayaran yang tersedia untuk rumah tangga, bisnis dan lembaga keuangan. Tujuannya agar dapat mendorong ekonomi menjadi lebih inklusif, produktif dan tangguh. Khusus di sistem pembayaran, beragam bentuk digitalisasi telah diterapkan seperti Fintech operator, penyedia e-commerce, dompet digital, pembayaran instan, hingga integrasi layanan pembayaran ke dalam layanan non-keuangan. Dimasa depan teknologi digital akan terus mendorong inovasi.
Lebih lanjut Pierro menambahkan, Bayangkan apakah dalam 10 tahun terakhir kondisi akan tetap sama? Yang pasti inovasi teknologi dan revolusi itu akan semakin membesar, teknologi dan digitalisasi akan bertransformasi lebih canggih. Menurut Pierro, dimasa depan mungkin saja pembayaran digital bisa dibuat dengan menggunakan mata uang digital bank sentral atau bentuk lain dari mata uang digital yang diterbitkan secara pribadi, dimana orang yang kurang mampu dan kurang berpendidikan ikut memiliki akses ke solusi pembayaran; di mana pengiriman uang dan pembayaran sama mulusnya dengan pembayaran domestik di sektor keuangan dan non keuangan.
Terlepas dari peluang sistem pembayaran masa depan, setiap manfaat pasti diiringi dengan risiko termasuk dalam sistem pembayaran QRIS. Persoalan keamanan dan perlindungan data menjadi pertanyaan pertama dan krusial oleh masyarakat. Apalagi setelah muncul pemberitaan adanya kejahatan melalui pemalsuan QRIS kotak amal masjid yang viral di media dan menimbulkan kerugian.
Berdasarkan penelusuran saya terhadap Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 dan BI Talk Ep. 4, Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI telah merancang 5 inisiatif program termasuk tentang cyber security untuk perlindungan data pengguna. Sayangnya inisiatif program tersebut ada pada urutan akhir. Pertama, diawali dengan mendukung perbankan melakukan perubahan tidak sekedar ke konsep digital tetapi masuk dalam konsepsi open banking.Â
Kedua, Bank Indonesia kemudian memperbaiki sistem pembayaran ritel yang dibuktikan dengan implementasi QRIS dan akan berlanjut kepada interface payment yang terintegrasi dimana setiap transaksi semakin cepat dan langsung tanpa ada pihak penghubung.Â
Ketiga, memperbaiki infrastruktur pasar keuangan. Keempat,  masuk ke tahap penciptaan infrastruktur data dimana penguasaan data digeser dari ranah privat menjadi ranah publik  seperti menciptakan Payment ID, Data Hub hingga integrasi pelaporan. Sementara regulasi, perizinan dan pengawasan termasuk cyber security merupakan program inisiatif ke-5.Â