Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Makna Paskah dan Kisah 2 Kambing

8 April 2023   21:17 Diperbarui: 8 April 2023   21:18 2226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kisah 2 ekor kambing ilustrasi pemaknaan paskah (desain by: MYT, 08042023)

Paskah merupakan hari di mana umat Kristiani merayakan hari kebangkitan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristiani, peristiwa sengsara Yesus merupakan wujud kasih karunia Tuhan bagi kehidupan manusia yang dinyatakan dalam wujud pengorbanan Yesus di kayu salib. Dengan kasih karunia dan pengorbanan tersebut, manusia beroleh selamat dari dosa.

Jadi manusia menang dari dosa karena kasih dan pengorbanan Yesus yang sampai mati di kayu salib. Kemenangan itu nyata ketika kubur tempat Yesus dibaringkan terbukti kosong. Yesus bangkit dan menang dari kuasa maut.

Menurut hemat Penulis, ada 3 hal yang dapat dipetik sebagai pemaknaan dari peristiwa Paskah. Tiga hal tesebut yakni: kasih, pengorbanan dan kemenangan.

Kasih, pengorbanan dan kemenangan, merupakan 3 hal yang saling berhubungan. Kasih atau mengasihi adalah perbuatan yang sarat dengan nilai pengorbanan. Ketika seorang mampu berbagi dalam berbagai bentuk entah pikiran, saran, nasehat, waktu dan harta benda sekecil apapun, maka ada nilai pengorbanan di sini.

Berbagi adalah mengorbankan apa yang kita miliki kepada orang lain. Dengan demikian, tidak ada kasih tanpa pengorbanan. Kita mungkin akan berkata: "saya ikhlas dan tulus memberikan sesuatu," namun tetap saja kita secara nyata, kita berkorban! Jadi, jika kita tidak rela berkorban maka tidak mungkin kita bisa mempraktekan kasih.

Kasih dengan pengorbanan adalah jalan menuju kemenangan hidup. Kita tidak akan memperoleh kemenangan hidup, jika tanpa kasih Allah dalam pengorbanan Yesus. Dengan kasih dan pengorbanan Yesus di kayu salib, maka ada penebusan dosa, dan manusia menang dari kuasa dosa.

Ada kisah ilustratif yang dapat menggambarkan tentang kasih, pengorbanan dan kemenangan. Kisah tersebut yaitu, kisah tentang pertemuan dua ekor kambing.

Alkisah, ada dua ekor kambing dari arah berlawanan berjalan di jalan yang sempit dan di kiri-kanan jalan terdapat jurang. Setelah menempuh perjalanan yang jauh, suatu saat kedua kambing tersebut bertemu di suatu titik yang hanya bisa dilalui oleh seekor kambing saja.

Apa yang harus mereka lakukan? Kembali, adalah jalan yang kurang bijak sebab perjalanan mereka telah jauh, lagipula jalan yang sempit dengan tepi jurang agak beresiko ketika mereka harus berbalik arah. Bertarung demi mendapatkan jalan? Hmmm, beresiko juga. Bisa saja dua-duanya jatuh ke jurang. Lagipula, kalau toh ada salah satu yang menang pertarungan, kambing yang mana yang menang, dan mana yang kalah?

Jadi, bagaimana kemudian supaya bisa menang? Maka berinisiatiflah kambing yang satu, dia merebahkan tubuhnya, memberi kesempatan kepada kambing yang lain melalui jalan sempit itu dengan berjalan menginjak dan melalui tubuhnya.

Yah, kambing yang satu berkorban meskipun diinjak kambing yang lain, asal keduanya selamat. Dia tak rela untuk bertarung meski mungkin dia bisa menang. Dia menerapkan kasih dengan pengorbanan untuk kemudian menang bersama dan selamat bersama. Sebuah kemenangan kehidupan, kemenangan yang penuh kasih dan pengorbanan.

Kambing bisa seperti itu, namun manusia banyak yang tidak lebih bijak dari kambing dalam kisah kita ini. Justru sering ditemui adanya upaya mengorbankan orang lain demi kepentingan kita. Sebuah win-lose oriented (orientasi menang-kalah). Padahal prinsip hidup yang lebih bijak sebenarnya adalah win-win oriented (orientasi menang-menang), anda menang, saya menang. Seperti Kristus yang menang dan memenangkan kita manusia.

Konteks kita saat ini, banyak orang menjadi pemangsa bagi sesamanya. Sikap hidup homo homini lupus (manusia menjadi serigala bagi sesamanya) menjadi dominan dibanding sikap homo homini socius (manusia menjadi rekan/sahabat bagi sesamanya). Yang penting saya menang, peduli amat dengan yang lain!

Padahal, sejak SD kita telah belajar bahwa manusia itu mahluk sosial (homo socius). Namun homo socius sebagai sifat manusia, dewasa ini telah mulai digeser oleh sifat homo economicus (mahluk ekonomi) yang menggiring manusia pada upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi yang terkadang mengesampingkan aspek sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun