Tak ada yang bisa menghalangi kelahiran sebuah sajak. Meskipun sajak hidup di negeri terjajah. Dan di depan matamu hadir moncong senjata penjajah. Sekalipun perang dunia pecah.
Sajak akan terlahir bersama lesatan peluru. Larik-larik berpencar bersama hamburan bubuk mesiu. Bait-bait meledak bersama dentuman meriam. Diksi-diksi tercipta dalam setiap teriakan menjemput kematian.Â
Sajak-sajak akan terlahir, meskipun kedua tanganmu diborgol. Meskipun mulutmu disumbat sebuah pistol. Meskipun tubuhmu luka parah dan darah mengalir. Sajak akan lahir bersama darah yang mengalir.
Tak ada yang bisa menghalangi sajak yang selalu siap terlahir. Bahkan sampai di saat engkau merasakan dunia di detik terakhir. Sebab, dalam rasa sajak-sajak selalu lahir. Tertulis indah di hatimu, meskipun engkau bukan penyair.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H