Seperti hari dan matahari
Setiap ada hari, ada matahari,
meskipun terkadang matahari
menyembunyikan cahaya benderang,
dan mata tak menatap hari terangÂ
Demikian juga  tentang masa dan manusia
Setiap masa ada manusia-manusianya
Namun, matahari, satu untuk selamanya
Tak akan berganti sepanjang usia masa
Manusia, berganti setelah menggapai masaÂ
Ada yang pensiun di sebuah ruang dan masa,
berganti generasi baru dengan sejuta asa
Ada yang pensiun selamanya, mati di suatu masa
meninggalkan berjuta kenangan di bilik rasa
Begitulah manusia, silih berganti mengisi linimasaÂ
Pada akhirnya, kita bicara tentang regenerasi
Manusia-manusia merancang hukum suksesi
Suara-suara menggaungkan reformasi
Baliho-baliho melukiskan visi dan misi
Pidato-pidato meledakan sejuta emosi Â
Sepotong masa, menjadi penonton perebutan posisi
Linimasa, sekejap bertaburan literasi penuh ambisi,
Kabar bohong dan ujaran kebencian menaikkan tensi
Bujukan dan rayuan menari-nari di panggung televisi
Selembar rupiah dan sepiring nasi pun jadi saksi
Aah... inikah sebuah hukum tentang regenerasi,
di suatu masa yang kita sebut transisi demokrasi?
Ketulusan nurani dan kesetiaan tereliminasi
Masa berkuasa usai namun tak tega tinggalkan kursi
Mengagungkan demokrasi, tetapi memuja dinastiÂ
Masa dan manusia-manusianya adalah tentang kuasa
Masa bergulir, manusia bergilir berkuasa
Apakah manusia berkuasa terhadap kuasa?
Entahlah, mungkin mereka terlalu memaksa
Seingatku, manusia, masa dan kuasa, milik Yang Kuasa Â
***
MYT, 28082021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H