Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sungai Tondano: Sungai Darah dan Perjuangan yang Kini Dijajah Eceng Gondok

11 Agustus 2021   16:17 Diperbarui: 11 Agustus 2021   16:30 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Minahasa didukung berbagai lapisan masyarakat. Namun sampai saat ini, eceng gondok masih menjadi masalah, baik di Danau Tondano maupun di Sungai Tondano. 

Masalah-masalah ekologi memang tidak bisa diselesaikan hanya dengan memerhatikan satu aspek saja. Apalagi menghadapi spesis gulma yang memiliki kecepatan penyebaran yang tinggi. 

Selain komprehensif, juga butuh pemanganan yang sistematis dan berkelanjutan (sustainable). 

Pertumbuhan dan penyebaran eceng gondok harus dikendalikan dengan memerhatikan siklus hidupnya. 

Si imperialis ekologis ini punya dua senjata perkembangbiakan: vegetatif dengan stolon yang cepat berkembang, dan generatif dengan biji dalam jumlah besar. Hal inilah yang membuatnya menjadi penguasa di danau maupun sungai. 

Banyak aspek lainnya yang perlu diperhatikan dalam pengendalian eceng gondok. Aspek-aspek tersebut perlu dirembukan lagi agar supaya Sungai Tondano (juga Danau Tondano) bisa menikmati kemerdekaannya, yang berarti juga kemerdekaan masyarakat dari imperialisme ekologis. 

Selamat menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke -76.  Sebuah kemerdekaan manusia, udara, tanah dan air Indonesia. Merdeka !!!

Tarumakase laker (Terima kasih banyak)

***

Artikel terkait: Menjemput Senja Penuh Makna di Minawanua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun