Biru yang dekat namun jauh dalam pandang. Rasa ingin mendekapmu, lalu mencumbu aliran semangatmu. Namun engkau tak bisa kusentuh. Emgkau langit di jauh sana yang hanya bisa kupandang. Engkau adalah butiran asa yang larut dalam harmoni butir-butir ketulusan awan putih.Â
Biru, engkau adalah langit di atas samudera. Setinggi-tingginya gelombang  tak mampu menyentuhmu. Dan engkau hanya tenang sambil tersenyum menanti hancurnya amarah gelombang ketika memukul bibir pantai. Kepada bibir pantai yang tabah dihempas gelombang, engkau memayunginya dengan lembaran-lembaran asa dan janji tentang piala kemenangan dan pusara di pintu keabadian.
Betapa aku merindu engkau duhai langit biru. Biarlah rindu ini tak harus memelukmu. Biarlah rindu hanya tercurah dalam lirik-lirik asa. Dan biarlah rindu hanyalah rasa, karena langit biru adalah asa yang memberi semangat dan nyawa kepada rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H