Negeri kita bertebar sumpah. Coba tengok ke belakang, kita bertemu dengan sumpah pemuda. Â Coba tengok ke masa kini, tak sedikit pejabat dan penyelenggara negara yang disumpah. Â Mulai dari presiden hingga kepala desa/lurah.Â
Namun, tak sedikit juga sumpah yang menjadi sampah dan dibuang ke tempat sampah. Akibatnya, karena menyampahkan sumpah, yang bersangkutan turut menjadi sampah masyarakat. Bersumpah anti korupsi tetapi tetap berpraktek korupsi. Bersumpah satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia tetapi tak sedikit yang senang dengan perpecahan.Â
Cinta Mengalahkan SumpahÂ
Sumpah dari dua anak penguasa, Marimbow dan Maharimbow tergolong unik. Bersumpah tak akan menikah selama orang tua masih hidup, justru berlawanan dengan harapan orang tua pada umumnya, sebelum meninggal berharap anak-anaknya sudah menikah dan beranak-cucu. Â Dimaklumi saja, namanya saja cerita fiksi.Â
Di akhir kisah cerita rakyat ini, akhirnya, cinta mengalahkan sumpah. Dua sejoli yang dimabuk cinta lupa kalau mereka bersumpah untuk tidak menikah selama orang tua masih hidup. Â Cinta mengalahkan sumpah. Mereka menikah dan terjadilah bencana yang melahirkan Danau Tondano.
Cinta dan Sumpah/Janji untuk Danau Tondano
Danau Tondano saat ini mengalami berbagai problematika. Sebut saja pendangkalan, ledakan populasi eceng gondok dan kesuburan berlebih (eutrofikasi). Â Problematika tersebut harus ditangani serius jika kita menghendaki Danau Tondano tetap lestari.
Cinta dan sumpah bisa menjadi sebuah kekuatan dalam upaya pelestarian danau. Cinta kepada alam dalam hal ini danau Tondano, seyogyanya mendorong upaya-upaya penyelesaian masalah di Danau Tondano. Bersumpah-janjilah untuk melestarikan danau Tondano dan laksanakan komitmen itu. Niscaya danau Tondano akan lestari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H