Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Surat Cinta untuk Kompasiana dan Para Kompasianer

25 Oktober 2020   00:05 Diperbarui: 25 Oktober 2020   00:31 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear Kompasiana, pertama-tama meskipun terlambat, namun dari lubuk hati yang paling dalam saya hendak menyampaikan ucapan "Selamat Ultah ke -12".

Kompasiana, kita berkenalan 25 Januari 2012 saat itu usiamu baru 3 tahun 3 bulan. Sementara saya berusia 35 tahun 7 bulan. Kini, disaat usiamu membilang 12 tahun, perjumpaan kita telah berusia 8 Tahun 9 bulan. 

Sesungguhnya, perjumpaan kita berada di tahun yang sama dengan para pecintamu yang berada di level senior. Sebut saja Pak Tjiptadinata Effendi yang berkenalan denganmu 14 Oktober 2012.

Hanya saja, cinta Pak Tjip berbeda denganku. Beliau mencintai Kompasiana secara konsisten, sementara saya, kala itu hanya mencintaimu setengah hati. Maafkan aku, yang kala itu sempat melupakanmu. 

Kompasiana, ijinkan aku menyampaikan rasa hormat dan salut pada Pak Tjip. Beliau konsisten menulis di Kompasiana, kami mengenal Kompasian di tahun yang sama, namun beliau kini di level Senior dengan 5129 artikel, sementara aku baru di level Taruna dengan 286 artikel. 

Bahkan setahun kemudian 12 Januari 2013, Pak Tjip menarik kekasihnya Roselina Tjiptadinata untuk bersama memadu cinta denganmu, Kompasiana. Bunda Rose, begitu aku menyapanya kini berada di level Penjelajah dengan torehan karya hingga saat surat ini ditulis, mencapai 710 artikel. 

Kompasiana, ijinkan aku berterimakasih kepada Pandemi Covid-19 dan kebijakan Work From Home (WFH). Februari 2020 setelah 8 tahun melupakanmu, aku terhisap dalam sebuah episode Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK). Aku menuliskan kisahku dalam artikel berjudul Maafkan Aku Sayang, Cinta Lamaku Bersemi Kembali.  

CLBK kita, sangat terasa. Cinta adalah fakta. Konten 8 tahun di Kompasiana, kalah banyak dari karya 17 hari di bulan April.

Kompasiana, maafkan aku ketika aku menulis tentang PDP di Kompasiana. Itu bukan bermaksud menuliskan sebuah kabar hoax tentang Pasien Dalam Pengawasan, tetapi tentang karya para kompasianer tentang Puisi Dimasa Pandemi (PDP).

Sejak Februari 2020, pandemi membuka ruang baru bersemainya inspirasi, kreativitas dan inovasi para kompasianer untuk melahirkan karya tulis. Tema tulisan fiksi dan non-fiksi terhisab dalam ruang pandemi.

Untuk kategori puisi banyak lho jumlahnya. Ketika saya search dengan 3 frasa sebagai key words, masing-masing: puisi corona, puisi pandemi, puisi covid-19 hasilnya adalah: 80 judul puisi!

Baca: Ups, 80 PDP Terdeteksi di Rumah Kompasianer, Ada Anak Kembar 12!

Kompasiana, aku pernah menulis surat terbuka kepadamu, hanya hendak menyampaikan sebuah ide. Tapi, entah mengapa tak jua kau balas. Berkenan kiranya kau baca kembali: Surat Terbuka Untuk Manajemen Kompasiana

Kompasiana, saat WFH dan masa SAH (Stay At Home) berakhir, sempat terpikir untuk melupakanmu. Tengoklah catatan curhatku: WFH-SAH Berakhir, Selamat Tinggal Kompasiana? Namun, setelah melalui banyak pertimbangan aku memutuskan tetap bersamamu. Berusaha memenuhi komitmen: "1 hari, 1 konten".  Akhirnya, di ulang tahunku, hadiah ku terima darimu. Terimakasih, Kompasianaku.

Baca: Motivasi dan Konsistensi Berbuah Hadiah Ultah dari Kompasiana

Kompasiana, akupun sempat melukiskanmu bagaikan "Citizen Writing Games"

Baca: 3 Indikator Kompasiana sebagai "Citizen Writing Game"

Kompasiana, meskipun aku pernah terluka ketika sebanyak 2 kali kontenku kau hapus. Namun, itu aku jadikan sebagai pelajaran. Untuk para Kompasianer,  Cukup Saya Saja, 2 Kali Artikel Dihapus, Ini Penyebabnya!

Bersyukur, hanya konten yang dihapus, bukan akun saya yang dihapus. Kompasianer sekalian sebaiknya mempelajari penyebabnya.

Baca: Akun Kompasianer Diblokir, Bukan Isapan Jempol, Ini Penyebabnya

Kompasiana dan Kompasianer sekalian, maafkan aku karena tahapan Pilkada berlanjut, aku mulai paceklik waktu untuk merangkai kata. Namun aku berusaha, menikmati paceklik waktu untuk menulis. Karya  demi karya mencoba kugoreskan. Hanya untuk sebuah cinta kepada Kompasiana dan para Kompasianer tercinta.

Ijinkan aku menutup surat cintaku (maaf jika kurang romantis) hehehe, dengan petikan bait syair berjudul: Kepada Kawanku Kompasianer:

Kita tak pernah bertatap wajah
Apalagi jabat tangan dan bertegur sapa

Kita bertemu tanpa sengaja di suatu tempat, di dunia maya bernama Kompasiana
Kita saling mengenal hanya lewat karya merangkai kata
Yah, lewat tulisan...

Tapi tahukah kamu, perjumpaan kita sangat bermakna untukku
Ketika aku membaca kata demi kata yang merangkai sebuah kalimat
Kalimat demi kalimat yang merangkai paragraf 
dan akhirnya membentuk satu tulisan,  
aku beruntung, karena setiap kata yang kau tuliskan memberi arti untukku 

Andai aku punya kuasa, kan kuperintahkan para pejabat negeri 
untuk saban hari wajib berkunjung ke sebuah negeri virtual,
sebuah dunia penuh inspirasi bernama negeri Kompasiana
Karena disana ada beribu Kompasianer produktif, 

yang saban hari dengan tulus tanpa gaji 'kan memberi berjuta inspirasi
dan solusi terhadap problema negeri

Kawanku Kompasianer, teruslah menulis dan menginspirasi
Untukku, untukmu dan untuk Indonesia, 

di sini, di rumah kita: Kompasiana, inspirasi Indonesia !

"Happy Birthday Kompasiana"

Salam cinta dari ujung utara negeri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun