3. Menulislah
Yah, menulis hal apa saja dengan media apa saja, maka kita akan selalu dikenang karena karya tulis kita.Â
Lihatlah contohnya pada buku-buku yang pernah kita baca. Nama pengarangnya terpatri jelas di buku karangannya bahkan para pengarang terkenal telah mematrikan nama mereka dalam hati penggemarnya, sekalipun para pengarang tersebut telah tiada.Â
Coba kita bayangkan, apakah ada kitab suci agama-agama bisa ada sebagaimana adanya saat ini, jika tidak ada yang sempat menuliskan bagian-bagiannya. Sabda-sabda suci tak akan kekal hingga saat ini, jika tidak dituliskan!
Tak harus jadi penulis buku. Tulisalah apa saja yang bisa bermanfaat, misalnya menulis status di media sosial, menuliskan resep masakan, menulis surat termasuk surat warisan, menulis laporan kegiatan, menulis puisi dan lain sebagainya. Â
Pokoknya,Â
menulislah! suatu saat ketika kita tiada tulisan-tulisan tersebut akan mewakili kita dalam ketiadaan kita.Â
Mana yang paling langgeng?
Di antara tiga cara di atas, mana yang paling langgeng dan cakupannya paling luas?
Bercerita bisa tidak langgeng, ketika orang dimana kita pernah berkisah kepadanya tidak meneruskan kisah penuntun hidup itu kepada orang lain.Â
Membuat sejarah lewat perbuatan dan pengabdian kita, langgeng namun terbatas dan juga tergantung pada apakah kisah historis tersebut bisa dituturkan terus menerus atau bisa dituliskan.
Karenanya, saya memilih cara ketiga, yaitu menulis. Â Simak sebuah peribahasa dalam bahasa Latin berikut:Â
Verba volant, scripta manentÂ
Kata-kata lisan terbang, sementara tulisan abadi.