Suatu ketika saya menyimak perdebatan antara dua teman di kampus, terkait gaya berpikir analitis dan kreatif. Mereka mempertentangkan antara keduanya. Mana yang paling baik?
Untuk menjawab pertentangan tersebut, terlebih dahulu saya mohon bantuan menjawab teka-teki berikut:Â
"Pak Anal dan Bu Itis, punya  anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan mengatakan kepada anda, bahwa saudara perempuannya sama banyak dengan saudara laki-lakinya. Sedangkan saudara laki-lakinya  mengatakan kepada anda bahwa ia mempunyai saudara perempuan dua kali saudara laki-lakinya. Berapakah jumlah anak Pak Anal dan Bu Itis? Berapa laki-laki? dan berapa perempuan?"
Sudah dapat jawabannya?
Hehehe, teka-teki di atas, dapat dijawab dengan deduksi yang logis atau dengan menghitung berdasarkan fakta petunjuk yang terdapat dalam teka-teki tersebut. Jawabannya hanya satu untuk masing-masing pertanyaan dan jawaban itu akan memberi kepuasan bagi orang yang berpikir analitis.Â
Banyak pemimpin yang  terampil memecahkan masalah secara analitis ataupun secara kreatif. Teka-teki di atas beda dengan kasus, kalau kita hendak menemukan jawaban dari pertanyaan misalnya: bagaimana kita hendak membujuk petani untuk mengubah cara bertani dari cara tradisional ke cara modern? Atau, gaya penulisan yang bagaimana yang cocok bagi kaum milenial? Jawabannya lebih dari satu dan butuh imajinasi. Ini adalah persoalan kreatif.
Berpikir analitis disebut juga berpikir konvergen dan vertikal, karena hanya menuju kepada satu jawaban (converge). Vertikal karena cara berpikirnya sempit dan mengarah lurus ke satu jawaban tertentu.Â
Berpikir kreatif adalah berpikir divergen dan lateral. Karena pikiran didorong menyebar jauh dan luas (diverge) serta melebar ke samping (lateral) dalam mencari ide untuk memecahkan masalah.Dalam praktek dua-duanya diperlukan. Tergantung masalah yang dihadapi.
Dalam praktek, baik berpikir analitis maupun berpikir kreatif, dua-duanya diperlukan. Tergantung konteks masalah yang dihadapi.Â
Jika masalah membutuhkan analisa mengarah ke satu jawaban logis maka kita menggunakan gaya analitis. Sebaliknya, jika kita hendak mengeksplorasi berbagai alternatif solusi dari satu permasalahan maka kita berada dalam pemikiran kreatif.Â
Berpikir analitis dan kreatif juga bisa digabungkan. Misalanya ketika kita mengeksplorasi banyak kemungkinan jawaban dengan gaya berpikir kreatif sehingga memunculkan banyak alternatif baru, kemudian setelah itu kita menganalisa dari ide-ide baru tersebut, dan hendak menentukan satu pilihan yang paling cocok, maka kita beralih ke ranah analitis.
So analitis dan kreatif tidak harus dipertentangkan, melainkan saling melengkapi. Demikian tentang anlitis dan kreatif.
Em, by the way, adakah yang sudah mendapatkan jawaban teka-teki di atas? Kabari jika sudah terjawab ya....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H