Hidup cerdas berkepastian di tengah ketidakpastian ekonomi? Yang benar aja. Bukankah dalam situasi yang tak pasti seperti sekarang ini berlaku ungkapan, "tak ada yang pasti selain ketidakpastian itu sendiri?" Berlebihankah judul di atas? Apakah formula RT(5B+JK) sudah terbukti keampuhannya?
Saya yakin tidak berlebihan! Saya telah dan sedang menerapkan dan saya pun yakin, bahwa anda akan mampu bahkan mungkin sedang menerapkan bagian dari formula RT(5B+JK) tersebut.
Jika anda tidak yakin, tak usah lanjut membaca artikel ini. Karena, saya pun jika tak yakin, telah berhenti menulis artikel ini. Hehehe sedikit bercanda biar tak tegang.
Baiklah, supaya kita sama-sama yakin berkepastian, berikut ini akan saya perkenalkan formula RT(5B+JK) tersebut. Formula atau rumus ini tak bermaksud menyulitkan pemahaman, tetapi dimaksudkan agar supaya ketika hendak diaplikasikan, kita akan dengan mudah mengingatnya. Ini teori menghafal di masa sekolah dulu. Katakanlah sebagai, teori mengingat dengan rumus aksara-angka kunci. Sahabatnya adalah teori kata-kata kunci (key words).
Secara umum formula atau rumus ini terdiri dari 2 bagian besar yaitu: RT sebagai faktor subjek pelaku dan 5B+JKÂ adalah faktor perilaku dari RT. Artinya, setiap perilaku RT mencakup 5B+JK.
- RT = Rumah Tangga
 Mengapa rumah tangga?
Karena rumah tangga adalah elemen penting dari  sistem keuangan.
Dalam kesempatan Seminar Potensi Keuangan Rumah Tangga Indonesia, 19 Juli 2012, Mulya Siregar, yang waktu itu menjabat Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan - Bank Indonesia (BI), mengatakan bahwa sektor rumah tangga memiliki kekuatan yang mempengaruhi perekonomian baik dari ukuran maupun eksposurnya yang signifikan.
"Di samping itu, sektor rumah tangga memainkan peran penting dalam moneter dan stabilitas keuangan terkait perilaku keluarga terhadap alokasi sumber daya yang dimilikinya, termasuk tabungan dan keputusan pengeluaran, yang dapat mempengaruhi harga pasar," ujar Siregar seperti dilansir finansial.bisnis.com (19/7/2012). Â
Lalu, apa cara hidup cerdas berkepastian dari setiap rumah tangga Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi?
Jawabannya ada pada uraian berikut tentang 5B+JK.
- B(1) = Bekerja, "Pastikan Tetap Bekerja dalam Ketidakpastian"
 Rumah tangga keluarga adalah faktor produksi dalam sistem ekonomi. Rumah tangga sebagai organisasi terkecil dapat dikatakan merupakan sub-sistem ekonomi nasional bahkan global. Jika keluarga tidak produktif, tidak menghasilkan, tidak ada pendapatan, maka hilanglah daya beli masyarakat, pasar mati, ekonomi krisis, mati kelaparanlah setiap anggota keluarga. Atau jika tak mati, potensi kriminal meningkat, demo disana sini, penanam modal melarikan modalnya, stabilitas ekonomi dan pemerintahan terganggu.
Kerapuhan ekonomi atau keuangan keluarga, dapat menggoyahkan bukan saja stabilitas sistem keuangan tetapi juga sistem keamanan, politik dan pemerintahan dan bukan tidak mungkin mengarah pada kehancuran atau disintegrasi bangsa!
Bekerja dan tetap bekerja dalam ketidakpastian akan menjaga produksi dan pendapatan keluarga, dan dengan demikian memberikan kontribusi untuk terjaganya sistem keuangan.
Apakah saya bekerja? Ya, saya dan istri tetap bekerja sekalipun situasi ketidakpastian karena pandemi global Covid-19, menyebabkan kami harus bekerja dari rumah (Work From Home/WFH). Yup, Stay At Home, Stay Productive!
Bagaimana dengan yang kena PHK?  Tetap harus bekerja. Kerja apa saja yang penting halal. Jual pisang goreng online hingga menjual tulisan, why not! Tidak ada yang mampu menyelamatkan diri kita selain kita sendiri.
Namun, jika tak mampu kerja sendiri, cobalah kerja keroyokan, kolektif, ko-operasi, gotong royong/mapalus. Yah, bekerjasama! Together We Can!Â
Tak punya modal? Segera akses layanan perbankan, untuk produksi bukan konsumerisme.
- B(2) = Berhemat, Â "Pastikan Tetap Berhemat dalam Ketidakpastian"
Keluarga bisa bekerja, punya produksi dan pendapatan? Jangan boros! Jangan konsumtif!
Belanjalah seperlunya sesuai kebutuhan bukan keinginan. Tekan pengeluaran yang tak perlu, apalagi untuk over-belanja, memborong barang dalam jumlah melebihi kebutuhan atau menimbun barang, sangat berbahaya untuk sistem pasar kita. Dampaknya adalah inflasi yang tinggi. Barang langka, hargapun naik, daya beli menurun.
Berhemat saat belanja bisa juga kita terapkan dalam bentuk memangkas pengeluaran transportasi untuk mengakses supermarket atau toko besar. Belanjalah di warung dekat rumah yang menjual keperluan kita. Usaha kecil perlu diselamatkan dengan cara membeli produk-produk mereka. Mereka juga telah memperluas akses dengan layanan online.
Jika masih ada kelebihan penghasilan, tetap menabung. Perbankan kita masih siap melayani penarikan uang, apalagi untuk menampung sekecil apapun tabungan kita. Akses kita terhadap layanan perbankan adalah salah satu kontribusi kita menjaga kesehatan perbankan dan stabilitas sistem keuangan.
Saya bersyukur punya manajer keuangan yang hebat di rumah. Istri saya tetap konsisten menabung. Ada penggunaan layanan perbankan misalnya untuk transfer dan bayar tagihan secara online, tetapi tetap ada yang disisihkan untuk menabung sekalipun kecil.
- B(3)Â = Berbagi, "Pastikan Tetap Berbagi dalam Ketidakpastian"
Berbagi itu wajib dan karenanya pasti harus dilakukan manusia sebagai mahluk sosial. Bagaimana bisa berbagi sementara kita juga mengharapkan pembagian dari pemerintah atau pihak lain yang mau berbagi?
Berbagi bukan hanya soal berbagi uang atau barang. Banyak hal yang bisa kita bagikan. Berbagi senyum, berbagi nasehat, berbagi semangat, berbagi doa.
Saat anda membaca artikel ini, anda sedang menikmati praktek berbagi dari penulisnya. Jika anda terinspirasi untuk bekerja makin giat, untuk berhemat dan kemudian berbagi atau membagikan tulisan ini, anda pun sudah berbagi.
Apa hubungan berbagi dengan stabilitas ekonomi dan keuangan?
Berbagi tulisan yang bisa menginspirasi orang untuk giat dan semangat bekerja, untuk membuka usaha, untuk berhemat, secara tidak langsung merupakan kontribusi dari budaya berbagi untuk stabilitas sistem keuangan.
Apalagi jika kita berbagi uang dan uang itu digunakan orang lain untuk belanja. Sekecil apapun, pembelanjaan tetap punya pengaruh pada stabilitas pasar atau stabilitas keuangan. Apalagi hal kecil yang positif dilakukan dalam sebuah gerakan bottom up yang massif.
- B(4) = Bijaksana, "Pastikan Tetap Bijaksana dalam Ketidakpastian"
Bijaksana yang bagaimana yang berguna untuk stabilitas sistem keuangan?
Bijaksana yang saya maksudkan, bukan hanya sekedar bijaksana untuk mengatur keuangan, misalnya dengan berhemat dan menabung seperti diuraikan di atas. Bijaksana dalam hal berbagi, juga punya manfaat bagi stabilitas.Â
Bayangkan jika kita berbagi berita bohong (hoax) yang punya efek bahaya bagi sistem ekonomi kita, seperti kejadian soal hoax telur mampu menyembuhkan inveksi Covid-19. Di beberapa tempat, telur ayam menjadi barang langka dan harganya melonjak.
- B(5) = Berdoa, "Pastikan Tetap Berdoa dalam Ketidakpastian"
Faktor ini adalah kecerdasan spiritual ekonomi. Kita mengimani Tuhan itu Maha Kuasa. Berkuasa terhadap manusia tetapi juga terhadap semesta alam. Terhadap bumi dan segala isinya. Termasuk terhadap sistem keuangan dan orang-orang yang mengendalikannya.Â
Hal-hal yang tidak mungkin dijangkau oleh manusia dan sistem pengetahuannya, selalu mungkin dan pasti bisa dijangkau oleh campur tangan The Invisible Hand, Tuhan.
Ketidakpastian adalah hal besar bagi manusia, tetapi hal kecil bagi Tuhan yang berkuasa mendatangkan kepastian atau ketidakpastian hidup.
Tak perlulah saya jelaskan panjang lebar, kita pasti selalu berdoa untuk tuntasnya pandemi. Jika Tuhan berkenan atas permintaan kita, ya dan amin, habis pandemi terbitlah cahaya kepastian.
Karenanya doa itu penting, sambil dibarengi dengan usaha!
- Akhirnya, JK=Jaga Kesehatan, "Pastikan Tetap Jaga Kesehatan dalam Ketidakpastian"
Kesehatan itu mahal. Jika kita sakit, hal-hal yang diberikan gratis oleh Sang Pencipta, akhirnya harus kita beli. Misalnya, oksigen atau udara yang biasanya kita hirup gratis saat sehat. Jika kita sakit maka siap-siaplah membeli udara dalam tabung oksigen. Itu berarti, ada pembelanjaan tak terduga ditengah usaha penghematan. Disamping itu, kita bisa saja mencari pinjaman uang untuk konsumsi pemenuhan kebutuhan kesehatan, bukan untuk produksi.
Karenanya, JK, jaga kesehatan, menjadi perilaku penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan kita.
Nah, demikianlah deskripsi cara hidup cerdas berkepastian di tengah ketidakpastian ekonomi yang saya formulasikan sebagai: RT(B5+JK) yang artinya:Â
Rumah Tangga sebagai elemen sistem ekonomi yang mampu memastikan hidup cerdas untuk Bekerja, Berhemat, Berbagi, Bijaksana, Berdoa dan men-Jaga Kesehatan, akan eksis ditengah ketidakpastian dan pasti memberi kontribusi bagi stabilitas sistem keuangan (SSK). Yah, RT(B5+JK) for SSK!
RT(B5+JK) adalah sebenarnya adalah praktek hidup di tengah situasi normal penuh kepastian. Namun, di tengah ketidakpastian, RT(B5+JK)Â juga harus dipastikan menjadi perilaku normal kita.
Tidak mematuhi formula tersebut akan menyebabkan dampak berupa ketidakpastian, kekhawatiran dan instabilitas ekonomi rumah tangga dan  sistem keuangan yang berkepanjangan.
Darimana kita harus memulai? Bank Indonesia melalui website resminya, www.bi.go.id menyebut bahwa sistem keuangan adalah suatu sistem yang terdiri atas lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, serta perusaahaan non keuangan dan rumah tangga, yang saling berinteraksi dalam pendanaan dan/atau penyediaan pembiayaan pertumbuhan perekonomian. Makin jelas disini,  kita dan rumah tangga  adalah bagian dari sistem keuangan.
Ah, bukankah istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan nomos yang berarti "peraturan, aturan, hukum", sehingga secara hurufiah, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga" ?
Tak salah berarti, jika saya merumuskan RT sebagai subjek utama. Rumah Tangga merupakan sistem ekonomi dan keuangan terkecil yang menjadi bagian dari sistem yang lebih besar yaitu rumah tangga bangsa dan rumah tangga bangsa-bangsa atau sistem ekonomi global.
Sadarlah kita bahwa kita ada dalam sistem global yang rentan dengan risiko sistemik yang berpotensi menyebabkan instabilitas akibat terjadinya gangguan yang menular (contagion) pada sebagian atau seluruh sistem keuangan. Karenanya, kebijakan makroprudensial atau kebijakan yang memiliki tujuan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan risiko sistemik (www.bi.go.id), patutlah kita dukung.
 Bagaimana caranya?Â
 Hiduplah cerdas berkepastian di tengah ketidakpastian ekonomi dengan menerapkan RT(5B+JK)!Â
Sederhana dan aplikatif!
selamat mencoba, semoga bermanfaat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H