Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bumi, Titanic, dan Kita

22 April 2020   06:31 Diperbarui: 22 April 2020   16:14 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak usah berbuat yang diluar batas kemapuan kita. Berbuatlah dahulu dalam skala lokal untuk menghadapi bahaya global. Kita memang hanya menempati setitik tempat dalam peta dunia, namun bukan berarti lokalitas kita yang kecil tidak bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi penanggulangan pemanasan global. Kita harus segera bertindak sebelum panas global yang meningkat akhirnya semakin mengacaukan iklim, mencairkan  es di kutub dan ancaman banjir global, gelombang pasang dan bahaya ikutan lainnya  menyerang kita.

Dua hal bisa kita lakukan yaitu dengan upaya "adaptasi" dan "mitigasi". Kegiatan beradaptasi antara lain menanam pohon. Kegiatan mitigasi atau pengurangan efek gas rumah kaca dapat dilakukan dengan hemat energi, tidak konsumtif, mengurangi dan mengelola sampah, serta efisiensi penggunaan transportasi.

Upaya-upaya sederhana perlu kita mulai sekarang dari rencana tindakan-tindakan lokal. Jika banyak region lokal bertindak dengan menanam pohon (penghijauan) maka tindakan lokal dalam kuantitas besar akhirnya menjadi kekuatan global menghadapi ancaman global. Pohon meningkat berarti membantu mengurangi gas CO2 di udara. Disamping itu, upaya pengurangan penebangan pohon perlu dilakukan, termasuk kebijakan minimalisasi penggunaan kertas (paperless).

Menghemat energi dan tidak konsumtif perlu menjadi budaya hidup kita. Sampah harus diolah jangan menambah emisi karbon jika kita hanya berpikir timbun dan bakar. Daur ulang sampah dapat memberikan nilai tambah misalnya dengan mengolah sampah organik menjadi biogas dan pupuk organik sedangkan sampah anorganik dapat diolah menjadi bahan bermanfaat.

Semua itu harus dimulai dari munculnya kesadaran dan perubahan paradigma berpikir karena segalanya telah berubah tetapi - meminjam istilah Einstein -- "... yang belum berubah adalah cara berpikir kita".

Kita harus mengubah paradigma berpikir dari paradigma "Titanic tanpa kewaspadaan" menuju "Titanic dengan kewaspadaan". Bumi kita memang ibarat kapal yang besar --seperti Kapal Titanic-- tapi, ingat bumi kita seperti juga Titanic bisa hilang keseimbangan, hancur dan menurut Anthony Milne sudah diambang kepunahan. Karena itu, tetap waspada dengan bertindak pro lingkungan.

Sekali lagi, save the earth dan  waspadalah!!!

Selamat Hari Bumi #DiRumahAja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun