Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kotak-Kotak yang Menghabisi

24 September 2022   23:48 Diperbarui: 24 September 2022   23:52 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada lagi yang bisa dilakukannya selain daripada merobek lembaran coklat berukuran duapuluh senti yang sedari rumah dijaganya baik-baik. Terbayang wajah istri dan putrinya yang berubah menjadi sobekkan-sobekan kecil. Sementara sang mertua mengelus-elus rambut putri kesayangannya seraya menjulurkan lidah ke arah pemuda itu.

Berkali-kali di tanah yang tak memberinya apa-apa selain kemarahan, ia merasa benar-benar sendiri. Ia tahu sampai kapanpun rasisme tak akan pernah hilang dalam kehidupan ini selama doktrinisasi yang mendominasi kehidupan ini masih terus dibudidayakan. Semua orang lupa, mata yang sipit, kulit yang hitam, rambut yang gimbal serta tubuh-tubuh yang bergambar adalah bagian daripada kehidupan. Dengan adanya rasisme tanah-tanah akan terkotak-kotakkan seperti kotak jangkrik yang hanya terdengar nyaring di balik kegelapan malam saja. Gelap dan habis.

Surabaya, 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun