Mohon tunggu...
Meida Handayani
Meida Handayani Mohon Tunggu... Bankir - call me cumey

you can do it, if you do

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sosial-Politik DPR dalam Pertunjukan Musikalisasi SkinnyIndonesia24

3 Juli 2021   20:00 Diperbarui: 3 Juli 2021   21:04 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Kehidupan sosial tidak terlepas dari politik, keduanya saling memiliki hubungan yang sangat erat. Seperti yang diketahui bersama, bahwa dunia politik pasti berkenaan dengan dunia sosial masyarakat. Masyarakat menjadi penghubung antara sosial dan politik itu sendiri.adanya persaingan dalam dunia perpolitikan adalah suatu masalah yang masih dirasakan dari dulu hingga sekarang. 

Persaingan tersebut dilakukan dalam bentuk persaingan sehat dan persaingan yang tidak sehat. Persaingan sehat akan memberikan dampak positif bagi siapapun, dan sebaliknya persaingan tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi pihak manapun. 

Persaingan tidak sehat ini, biasanya dilakukan dalam bentuk : saling menjatuhkan, menghina, memaki, bahkan saling menyakiti. Hal ini masih sering terjadi sampai sekarang ini. Seperti dalam lakon musikal DPR yang menggambarkan tentang dunia perpolitikan di Indonesia. Drama tersebut akan dikaji dengan pendekatan Strukturalisme dengan paradigma sosial.

Kata Kunci: DPR, Sosial, Politik

Pendahuluan

Kehidupan sosial tidak terlepas dari politik, keduanya saling memiliki hubungan yang sangat erat. Seperti yang diketahui bersama, bahwa dunia politik pasti berkenaan dengan dunia sosial masyarakat. Masyarakat menjadi penghubung antara sosial dan politik itu sendiri. Di dalam kegiatan politik, tidak dapat lepas dari partisipasi masyarakat karena masyarakatlah yang menjadi pelaku politik tersebut. Begitupun sebaliknya, dalam kehidupan sosial tidak terlepas dari unsur-unsur politik. Istilah sosial dan politik sudah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak lama. Untuk urusan politik, Indonesia sudah melakukan banyak sekali kegiatan politik sejak kemerdekaan Indonesia.

Dalam sejarahnya, Indonesia telah mencatat sebanyak tiga fase pemerintahan, yaitu Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama yang dilaksanakan sejak kemerdekaan Indonesia di bawah kepemimpinan Ir. Soekarno, kemudian Orde Lama yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto, dan Era Reformasi yang dimulai sejak lengsernya Soeharto pada tahun 1998.

Ketiga fase tersebut telah menorehkan berbagai macam sejarah baik dan buruk yang membentuk dan membekas di era reformasi sekarang ini. Pergantian fase itu sebenarnya adalah bertujuan untuk Indonesia yang lebih baik. Seluruh sistem pemerintahan di Orde Lama yang tidak sesuai dengan rakyat Indonesia telah diubah. Namun terlepas dari itu semua, sebagai negara multikultur dan masyarakatnya yang sangat dinamis, Indonesia tidak bisa terlepas dari berbagai permasalahan khususnya dalam dunia perpolitikan.

Saat ini adanya persaingan dalam dunia perpolitikan adalah suatu masalah yang masih dirasakan dari dulu hingga sekarang. Persaingan tersebut dilakukan dalam bentuk persaingan sehat dan persaingan yang tidak sehat. Persaingan sehat akan memberikan dampak positif bagi siapapun, dan sebaliknya persaingan tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi pihak manapun. Persaingan tidak sehat ini, biasanya dilakukan dalam bentuk : saling menjatuhkan, menghina, memaki, bahkan saling menyakiti. Hal ini masih sering terjadi sampai sekarang ini.

Ada banyak sekali tindakan – tindakan persaingan tidak sehat yang dilakukan antara partai politik yang satu dengan partai politik yang lainnya. Tindakan tersebut dilakukan oleh anggota partai politik, pengurus partai politik, pendukung partai politik, serta masyarakat yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang politik tetapi memilih untuk mencoba melakukan tindakan tersebut. Sangat disayangkan jika masalah ini akan terus melanda negara yang kita cintai ini. Banyaknya partai merupakan bentuk dari kemajemukan bangsa yang seharusnya dijadikan pemersatu, bukan pemecah apalagi penghancur.

Senada dengan hal tersebut,kini bangsa Indonesia bangsa indonesia menghadapi dengan banyaknya partai politik yang memilih selebritis tanah air untuk menjadi anggota partainya. Dengan maksud rakyat lebih banyak memilihnya karena kepopuleran. 

Padahal, kinerja dari para selebritis tersebut tidak bisa dijamin jika hanya mengandalkan kepopuleran. Yang dibutuhkan dalam dunia perpolitikan Indonesia bukanlah sebuah kepopuleran, akan tetapi kinerja optimal yang dapat membangun politik Indonesia menjadi sangat baik. Dan seharusnya, partai politik memilih dengan bijaksana siapa anggota yang mahir pada bidangnya, bukan asal – asalan.

Sangat diakui, bahwa kondisi politik yang ada di Indonesia saat ini mengalami tingkat ‘buruk’. Keterpurukan ini disebabkan perpolitikan Indonesia yang tidak sehat. Banyak politisi di negara ini yang terlibat kasus korupsi.Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan lupa akan tugasnya sebagai pejuang rakyat. Bahkan saat ini, banyak pejabat dan tokoh yang hanya bisa bercuap – cuap berdiskusi di televise mencaci maki kinerja tanpa mengetahui jalan keluarnya. Bukankah lebih baik bertindak dibandingkan hanya berdiskusi di televisi? dan sebuah diskusi tidak akan berguna jika tidak ada solusinya.

Terlepas dari itu, banyaknya sindiran-sindiran yang dilakukan oleh masyarakat, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, penyampaian aspirasi tidak hanya dalam bentuk demokrasi, melainkan dengan hal-hal lain yang tidak menimbulkan kerumunan dan penuh dengan pertumpahan darah. Salah satunya dengan memberikan seni pertunjukkan drama. 

Seperti yang dilakukan oleh SkinnyIndonesia24yang digawangi oleh kakak beradik Jovial da Lopez dan Andovi da Lopez, sebelum berpamitan dari Youtube, mereka memberikan pertunjukkan yang cukup apik dan memberikan gambaran tentang situasi politik di Indonesia, khususnya di lingkungan DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat.

Dalam drama musikal yang berjudul DPR itu mengisahkan tentang tokoh yang bernama Mawar. Mawar merupakan seorang perempuan muda idealis yang baru saja terpilih menjadi anggota DPR dari Partai Macan. Dirinya memiliki cita-cita untuk bisa memperbaiki indonesia, terutama dari sisi lingkungan hidup. Ia mengajukan rancangan undang-undang (RUU) F.A.K (Flora, Agrikultur,dan Kehutana).Namun, niat baiknya tidak mendapat dukungan karena pemikiran yang berbeda. Sesuai dengan krisis sosial politik diindonesia saat ini, drama tersebut menceritakan kerakusan, keserakahan, putus asa dalam sistem yang telah mengakar dan tidak memedulikan rakyat.

Jika diamati dengan seksama, munculnya peristiwa-peristiwa sosial dan tindakan tokoh cerita yang penuh dengan simbolik itu secara sosiologis berkaitan dengan kondisi sosio-historis masyarakat indonesia sejak dulu hingga masa kini. Berbagai fakta sosiologis yang terdapat dalam kedua drama yang disutradarai Jovial da Lopez ini sangat berkaitan dengan faktor eksternal di luar teks drama. Dengan demikian, penelusuran tentang berbagai hubungan kritik sosial perlu dilakukan.

Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa tanda dalam semiotika memiliki dua aspek, yakni penanda (signifier) yang merupakan konsep atau bentuk tanda yang menandai petanda (Signified) yang merupakan makanya. Berbagai fakta menunjukkan bahwa sebagian besar tanda bahasa berupa simbol dalam hubungannya dengan karya sastra.

Goldmann (1973: 118-119) menggariskan bahwa dalam persfektif sosiologi seni non marxis terdapat empat pemikiran tentang sastra, termasuk drama, yakni (1) drama bukan sekedar refleksi kenyataan dan kecenderungan kesadaran kolektif, melainkan sebagai puncak koherensi dari kecenderungan lain terhadap kesadaran kelompok tertentu; (2) karya sastra, termasuk drama berhubungan dengan ideologi kolektif, filosofis, dan ideologis; (3) karya sastra berhubungan dengan struktur mental kelompok sosial tertentu; dan (4) kesadaran kolektif bukanlah realitas utama.

Sesuai dengan namanya, strukturalisme genetik memandang karya drama sebagai sebuah struktur yang antar unsurnya saling berkaitan. Pada prinsipnya strukturalisme genetik memandang karya drama semata-mata merupakan strukturasi dari struktur kategoris pikiran subjek penciptanya yang tebangun akibat interaksi antara subjek itu dengan situasi sosial ekonomi tertentu.

Pendekatan jenis itu, selalu berusaha memadukan antara struktur teks dengan konteks sosial karena prinsip pendekatan ini juga mempertimbangkan faktor sosial yang berpengaruh terhadap lahirnya suatu karya drama, mengkaji struktur teksnya yang berkaitan dengan kondisi sosial zamannya.

Relasi antara teks dengan konteks sosial sangat berhubungan dalam tema yang dibuat, yakni secara tidak langsung lakon tersebut bertemakan dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang kehidupan sosial politik yang ada di Indonesia.

Kritik Sosial DPR 

Dalam drama DPR tersebut terlihat seorang tokoh wanita bernama Mawar sangat ingin sekali membawa perubahan di negeri. Terutama di Indonesia, politik kini menjadi hal yang lumrah sehingga membuat perpecahan dalam negeri. Terutama hukum di negeri ini yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hal itu digambarkan melalui teks yang dinyanyikan oleh tokoh utama tersebut.

“Mengubah Indonesia, menjunjung tinggi Pancasila. Mengubah Indonesia, sampai jiwa kita merdeka.” (SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal, 3:04-3:16).

Kehidupan para wakil rakyat yang seharusnya menjadi panutan dan menjadi tumpuan rakyat, ternyata itu hanya fiktif belaka. Banyak permainan yang dilakukan di balik kursi-kursi panas para pejabat. Dengan selogan mewakili rakyat, nyatanya mereka hanyalah seorang persetan rakyat. Mereka hanya mementingkan uang tanpa pikir panjang.  Hal itu digambarkan dalam lakon DPR, sebagai berikut.

“Hei kawan coba pikirkan, semua partai butuh proyekan, mumpung ini kesempatan,yuk kita cari cuan.” (SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal, 09:00-09:13)

dokpri / tangkapan layar SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal
dokpri / tangkapan layar SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal
Adanya teks yang secara tidak langsung menggambarkan jelas bahwa dunia politik hanya sebatas bisnis belaka dan menjadi Persetan Rakyat bukan Perwakilan Rakyat.

dokpri / tangkapan layar SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal
dokpri / tangkapan layar SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal
Simbolisasi Dunia Politik 

Namun, sosok mawar tidak setuju dengan adanya Persetan rakyat. Padahal DPR digaji oleh rakyat seharusnya mereka juga bekerja untuk rakyat. Bukan hanya sebagai ajang aji mumpung yang mendapatkan hoki untuk menjadi orang penting di negeri.

“Persetan rakyat? Saya tidak setuju. Kita ini DPR! Harusnya kerja untuk rakyat!” (SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal, 11:16-11:20)

Persaingan tidak sehat dalam dunia perpolitikan sudah seharusnya kita kurangi, karena persaingan tidak sehat hanya akan menimbulkan dampak negatif yang dapat merugikan orang lain. Bukankah kita lebih suka menjalani kehidupan dengan tenang? Tanpa ada perkelahian, tanpa ada pemakian, pemecah belahan, bahkan pembunuhan.

Seperti yang telihat dalam lakon DPR tersebut, lakon tersebut menggambarkan bagaimana proses perpolitikan di Indonesia. Mulai dari enaknya menjadi anggota, hingga memiliki penjagaan dari partai besar dengan cara melakukan serangan fajar yang diberikan kepada masyarakat minim pengetahuan tentang dunia politik dan sosial.

dokpri / tangkapan layar SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal
dokpri / tangkapan layar SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal
Sepanjang drama musikal berdurasi kurang lebih 35 menit itu, kita diajak melihat dewan perwakilan rakyat (DPR) yang bagaikan distopia. Sudah seharusnya sebagai petinggi untuk memilkirkan kepentingan rakyat, bukan hanya penguasa..

Simpulan 

Lakon drama musikal DPR ini memiliki tema tentang kehidupan politik sosial yang terjadi di Indonesia. Drama yang memiliki durasi kurang lebih 35 menit itu, menggambarkan para oknum anggota DPR  yang kelam dan tidak memerhatikan rakyat. Dengan kemasan yang apik, adegan demi adegan drama musikalisasi ini sempat menjadi trending  topik di youtube dan telah ditonton sebanyak kurang lebih satu juta penonton dan mendapatkan like lebihdari 225.000 like. 

Namun, dibalik lakon tersebut, ada sebuah amanat yang secara langsung disampaikan, yakni semua kembali kepada rakyat. Rakyat yang telah memilih, itulah pilihan mereka. Terlepas dari itu, tema yang diangkat sangat bagus dan informatif. Karena selama ini masyarakat tidak tahu apa yang terjadi di balik kursi panas itu. Dengan adanya lakon tersebut, menjadikan sebuah gambaran untuk rakyat serta memberikan mereka pengetahuan untuk bijak dalam memilih wakil rakyat agar tidak sengsara ke depannya.

Daftar Pustaka

Sumpeno. 2009. “Kritik Sosial Politik dalam Lakon Semar Gugat Karya Nano Riantiarno” Volume. 10 (53-59)

SkinnyIndonesian24 - DPR - MUSIKAL

Sosial Politik Filsafat UGM

Yahoo.com

Prambors FM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun