Mohon tunggu...
Anjar Meiaw
Anjar Meiaw Mohon Tunggu... Editor -

Kadang nulis | Kadang ngedit | Kadang nyanyi | Kadang ngemsi | Kadang shopping |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cemburu

4 Mei 2016   10:31 Diperbarui: 4 Mei 2016   10:39 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tidak.”

“Hipertensi?”

“Semua normal, Dok. Sehat, dan siap untuk dilakukan operasi,” jawab asisten medis tersebut yakin.

Melisa mengangguk-angguk. Ia terus mondar-mandir.

“Siapkan defibrillator!”perintahnya singkat.

“Dok?” seluruh asisten medis seakan tak percaya akan komando Melisa. Tak biasanya Melisa menyuruh menyiapkan defibrillator sedini itu. Padahal mereka yakin ini hanya operasi ringan yang pasti berhasil. Perintah Melisa itu seolah-olah ia memungkinkan sesuatu akan terjadi pada pasien ini. Tapi mereka menurut saja tanpa banyak pertanyaan. Mereka yakin Melisa mempunyai banyak pertimbangan atas perintah itu.

Melisa menatap pasien tampan yang tergolek tak sadar di meja operasi. Ini pertama kalinya ia memandang Rendra dengan pandangan penuh kebencian. Matanya yang biasanya memancarkan cahaya cinta, detik ini berubah 180 derajat!

Beberapa menit kemudian Dokter Latif muncul. Ia sudah lengkap dengan peralatannya. “Nunggu saya?” guraunya.

Tanpa menunggu lama-lama lagi, seluruh tim berkumpul mengelilingi Rendra. Berdoa di dalam hati masing-masing. Lalu Dokter Latif segera bergerak memberi suntikan bius di sumsum tulang belakang Rendra. Lima menit kemudian Melisa dan seorang asisten dokter mulai mengeksekusi Rendra. Seorang perawat dengan cekatan memasang nelaton catheter.

Satu jam berlalu, operasi masih berlangsung. Beberapa kali seorang perawat mengusap dahi Melisa yang bercucuran keringat. Suasana sepi mencekam tercetak jelas di ruangan itu. Hanya terdengar suara yang berasal dari monitor pemantau detak jantung dan deru tabung oksigen. Suara Melisa terdengar sekali-sekali untuk minta diambilkan ini dan itu. Sebentar-sebentar ia juga memandang layar pemantau detak jantung.

Asistennya menatap heran, seolah bertanya pada Melisa, “Ada apa?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun