Memang dalam pelaksanaannya, kenyatan terjadi bahwa seringkali supervisi akademik dilihat sebagai sebuah proses yang bersifat satu arah. Apalagi jika supervisi akademik ini hanya terjadi satu tahun sekali menjelang akhir tahun pelajaran. Bahkan hanya sebatas melepaskan tanggung jawab saja. Supervisi menjadi sebuah tagihan atau kewajiban para pemimpin sekolah dalam tanggung jawabnya mengevaluasi para tenaga pendidik. Saatnya sekarang kita mengembalikan semangat supervisi akademik mula-mula dengan melihat dan berpikir dengan menggunakan posisi sebagai coach supervisi akademik sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan.
   Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi akademik, namun hal ini tidak berarti supervisi akademik hanya berfokus pada hanya peningkatan keterampilan dan pengetahuan. Kemampuan serta kualitas guru yang diharapkan untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru.
    Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.
Setiap kepala sekolah dan pemimpin pembelajaran sepatutnya berfokus pada peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran.
Tujuan
   Praktik baik ini dibuat untuk berbagi pengalaman pada Jambore GTK 2024. Mengambil tema gabungan antara pembelajaran berdiferensiasi yang juga terintegrasi dengan supervisi akademik.
Hasil yang Diharapkan
   Dengan adanya penulisan praktik baik ini akan menjadi salah satu referensi dan solusi bagi pendidik yang ingin melakukan pembelajaran berdiferensiasi sekaligus akan melakukan supervisi akademik. Apalagi jika memiliki permasalahan yang sama. Kualitas pembelajaran yang semakin meningkat dan berjalannya supervisi akademik yang terarah dan lebih mengacu pada refleksi dan mencari solusi bersama-sama demi pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik.
Tantangan dan Refleksi
   Tantangan pada proses pembelajaran berdiferensiasi yaitu masih ditemukannya beberapa siswa yang kurang termotivasi dan ada yang tidak ingin bekerja sama dan lebih suka mendominasi atau kerja secara individu. Pengelolaan waktu yang agak terdesak karena setiap kelompok mengerjakan proses yang berbeda. Perbedaan kemampuan siswa juga memjadi tantangan bagi guru untuk mengakomodir dan memfasilitasi layanan bagi peserta didik yang hanya mengikut saja tanpa memberikan kontribusi. Setelah itu tidak semua siswa nyaman tampil ke depan kelas presentasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses yang dinamis dan adaptif dan tidak kaku. Tidak ada satu cara yang tepat untuk semua siswa. Yang terpenting adalah guru mampu menyesuaikan pendekatannya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Refleksi  yang bisa dilakukan adalah :