Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching Supervisi Akademik

21 Juli 2024   15:41 Diperbarui: 21 Juli 2024   15:55 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahap modul 2 pada bagian 2.3 kami berjumpa dengan materi pembahasan Coaching dalam Supervisi Akademik maka tuntunan untuk membuat koneksi antar materi dengan panduan dari pertanyaan yang ada di LMS yaitu sebagai berikut :

Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitan dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran sosial dan emosional? Peran saya masih dikatakan di posisi sedang, mengapa saya katakan demikian karena saya sadar masih tahap belajar dan pemula. Menurut saya coaching juga butuh untuk dilatih terus agar lebih mahir untuk diaplikasian dalam kehidupan. Sedangkan keterkaitannya dengan pembelajaran sosial dan emosional  sangat erat karena berkaitan dengan kemampuan mental dan sikap yang baik untuk bisa melakukan coaching dengan kesadaran penuh.

Dalam modul 2.3 ini saya  mempelajari tentang supervisi akademik yang bertujuan pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Pendekatan  yang digunakan adalah coaching  yang memiliki 3 prinsip  yaitu kemitraan, proses kreatif  dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti coaching  yang harus dimiliki diantaranya kehadiran penuh(presence), mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan  berbasis coaching menggunakan alur TIRTA  yaitu Tujuan, Identitas, Rencana Aksi dan TAnggung jawab. Terdapat 3 tahapan dalam supervisi akademik yaitu praobservasi(perencanaan), observasi(pelaksanaan) dan pasca observasi (tindak lanjut).

Adapun perasaan yang saya rasakan  terkait pengalaman belajar pertama sekali mengenai coaching adalah ada rasa cemas karena resah, ini perdana bagi saya takutnya nanti  tidak mampu dalam memahami dan mengaplikasikannya. Selain itu ada juga ketertarikan karena setelah memulai  mempelajari dan membaca eksplorasi konsep saya mulai tertarik ternyata materinya sangat banyak dan sangat bermanfaat untuk menambah ilmu dan perkembangan diri. Gembiranya saat telah mampu mengetahui cara coaching dengan benar diawali dengan kesalahan karena saya justru menjadikan proses konseling saya bersikap memberikan solusi padahal itu tidak tepat pada proses coaching. Nah, setelah itu muncul rasa emosi optimis untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata saya.

Keterlibatan diri saya ketika mengalami proses belajar ada hal baik dan harus saya pertahankan yaitu sikap berkolaborasi saya  dengan rekan lainnya  atau rekan CGP dengan berperan sebagai coach, coachee  dan seorang observer.

Ada beberapa hal yang harus saya perbaiki sesuai dengan isian saya ketika refleksi setelah melakukan coaching adalah kemampuan berkomunikasi yang masih belum optimal terutama pemilihan kata dan memberikan pertanyaan berbobot, karena saya merasa pertanyaan yang saya ajukan belum maksimal dan belum mampu menggali jauh untuk membangkitkan ide atau pikiran coachee saya.

Kompetensi dan kematangan pribadi saya setelah mempelajari modul 2.3 ini semakin meningkat dan berkembang melakukan coaching sudah tidak canggung lagi karena sudah tahu alur yang harus dilalui dan memposisikan diri menjadi coach, coachee maupun observer.

Apalagi ketika saya menjadi coach saya harus melatih diri agar terlepas dari rasa asumsi, pelabelan, asosiasi dan jangan sampai saya justru memberikan solusi langsung. Maka saya harus kembali sadar akan arti dan bagaimana proses coaching itu harus terjadi dan berjalan lancar.

Saya melanjutkan koneksi materi ini dengan mengaitkan coaching dengan supervisi akademik. Ketika kepala sekolah sudah dibekali dengan ilmu coaching maka supervisi dilakukan lebih bermakna dan tidak membuat guru yang disupervisi tertekan. Selama ini kebanyakan guru yang akan diobservasi seakan dicari kesalahannya dan diberi nilai tanpa ada tindak lanjut dengan refleksi umpan balik. Padahal sejatinya supervisi itu seharusnya mampu mencari solusi bersama dan mampu meningkatkan proses pembelajaran. Apalagi dengan adanya komunikasi yang efektif. Dari langkahnya saja ada pra observasi, observasi dan pasca observasi. Ketiga langkah ini dilakukan agar tujuan  bisa terwujud dengan komunikasi dua arah yang dilakukan.

Coaching dalam supervisi akademik memberikan pengaruh yang positif untuk  meningkatkan kualitas pembelajaran yang  berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran harus memahami perkembangan muridnya secara holistik artinya bukan hanya pada sisi kognitifnya saja namun juga  harus  memahami karakter  dan sosial  emosional murid. Dengan demikian  tujuan coaching dalam supervisi  akademik untuk mengembangkan kompetensi  guru agar dapat meningkatkan  kinerja dan terwujudnya pembelajaran yang berpihak kepada murid.

Tantangan yang saya rasakan  dan berat adalah menyeragamkan pemahaman tentang  coaching dalam supervisi akademik  kepada komunitas sekolah. Supervisi akademik  hanya dijadikan sebagai penilaian rutin oleh kepala sekolah kepada guru saja. Seharusnya  dapat dijadikan sebagai pedoman  untuk meningkatkan kompetensi guru. Maka yang bisa saya lakukan diantaranya aktif melakukan sosialisasi dan berbagi ilmu untuk menyeragamkan persepsi  tentang makna supervisi akademik. Langkah nyatanya adalah memberikan contoh cara  praktik coaching  dalam supervisi akademik melalui  berbagai media informasi digital yang dapat diakses oleh seluruh komunitas sekolah.

Hubungan yang akan saya buat sebagai perbandingan saya di masa lalu dan akan datang ternyata sangat jauh berbeda dan akan berubah ke arah yang lebih baik lagi. Dahulunya saya  pernah disupervisi kepala sekolah  dan pengawas sekolah yang kegiatan itu hanya sebatas rutinitas dan mengugurkan kewajiban saja, tiada imbas, dan tanpa mengetahui makna mendalam apa itu arti dari supervisi sebenarnya. Tidak ada pra observasi yang merupakan persiapan maupun pasca observasi sebagi refleksi dan umpan balik yang berkelanjutan. Kedua hal ini tenyata penting demi terlaksananya supervisi akademik yang sistematis dan terarah. Nah, maka ke depannya tentunya saya akan munculkan dan saya menjadikan supervisi merupakan bagian dari cara saya untuk meningkatkan kompetensi saya selaku guru  tak lupa disertakan dengan  menggunakan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi.

Selain hubungan yang di atas saya utarakan juga pembelajaran pada modul 3.2 coaching  dalam supervisi akademik ini tak terlepas dari pembelajaran sebelumnya yaitu  modul 2.1tentang pembelajaran berdiferensiasi yang menganalisis kebutuhan belajar dengan bertujuan juga memaksimalkan potensi, jadi dengan proses coaching ada tujuan yang sama, menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Ada lagi yang menarik di modul 2.2 yang dibahas ada teknik STOP dan Mindfulness  guna membuat suasana kondusif dan fokus hal ini tentunya dibutuhkan pada presence  atau kehadiran penuh untuk melakukan proses coaching.

Penjabaran berikutnya maka saya kembali ke pertanyaan yang kedua yaitu :

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran? Sangat erat kaitannya karena melaui coaching maka akan meningkatkan potensi diri untuk berkembang karena sebagai pemimpin pembelajaran ada tanggung jawab yang diemban untuk memfasilitasi  pertumbuhan dan pengembangan belajar siswa. Coaching akan membantu pada tahap mengikuti perkembangan siswa  dan membangkitkan potensi yang ada pada siswa dengan  memberikan umpan balik yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu adanya peningkatan kepercayaan diri, mendapat dukungan dan dorongan, mengatasi hambatan. Dari coaching juga nantinya bisa membuat pembelajaran  menjadi berkelanjutan dan menjadikan hubungan yang kuat  karena dari cara berkomunikasi yang efektif dengan menunjukkan minat yang tulus. Intinya keterampilan coaching merupakan cara yang efektif  dalam pengembangan  kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran.

Begitulah kira-kira yang dapat saya simpulkan antara keterkaitan berbagai materi yang ada di pelatihan CGP pada modul 2.3 dengan modul sebelumnya.

Tak lupa saya tutup dengan mengutip informasasi dari luar bahan ajar pendidikan guru penggerak sebagai referensi bagi kita semua yaitu pada Jurnal Pendidikan Tambusai berjudul "Coaching Model Tirta dalam Supervisi Akademik : Strategi Inovasi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah"  edisi Volume 7 Nomor 31 Tahun 2023. Dengan ISSN : 2614-6754(print) dan ISSN : 2641-3097(online) yang ditulis oleh Liliana Tanggulungan  dan Houtmaulina  Sihotang. Kalimat yang saya kutip singkat padat dan jelas yakni dinyatakan bahwa "Coaching adalah pendekatan yang efektif  untuk mengembangkan  keterampilan kepemimpinan, meningkatkan kesejahteraan, dan memfasilitasi  pencapaian tujuan organisasi."

Terima kasih sudah membaca artikel saya yang panjang ini ya, semoga tidak membosankan ya. Terus menulis dan salam literasi. PEACE, salam sehat dan salam bahagia. O, iya hampir kelupaan, SALAM GURU PENGGERAK!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun