Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Memukau

26 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 26 Maret 2024   00:04 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Desain Megawati Sorek 

Sebagai kalimat pembuka artikel ini saya selaku penulis dan seorang guru.  Seorang guru yang masih belum memiliki kemampuan mengajar dan mendidik dengan baik. Oleh karena itu harus terus belajar dong. Maka sampailah sayapada tahap  tergabung menjadi  peserta Calon Guru Penggerak Angkatan 10 saat ini yang baru berlangsung. Pada modul awal saya mendapat pencerahan dari filosofi Ki Hajar Dewantara. 

Sebelumnya saya rasakan pembelajaran yang saya lakukan itu hanya berpusat pada guru dan saya mendominasi dan membuat anak didik menjadi pasif dan hanya sebagai objek yang menerima saja. Saya sering mengandalkan metode ceramah, buku teks dan papan tulis saja. Setelah mempelajari materi pada pelatihan CGP  itu membuat saya berusaha untuk mengubah metode pembelajaran tersebut menjadi berpusat ke pada murid. Apa saja lebih rinci, nanti akan saya jabarkan. Sebelumnya kita bahas terlebih dahulu materinya, yuk. Cekidot!

Kita ketahui bersama Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan yang memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan dunia pendidikan negara kita. Pemikirannya sangat relevan bagi guru-guru masa kini untuk memperbaiki metode pengajaran mereka dan memberikan dampak yang positif bagi siswa. Nah, saat ini pemikiran beliau diusung kembali secara masif melalui pembelajaran pada anggota Calon Guru Penggerak yang dibahas pada modul 1. Paradigma dan Visi Guru Penggerak yang terdiri dari 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. 1.2 Nilai-Nilai dan Peran Guru penggerak. 1.3 Visi Guru Penggerak. 1.4 Budaya Positif.

Bahasan kali ini kita akan fokus membahas lebih detail mengenai Modul 1 yang bagian 1.1 yaitu Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara(KHD). Kita semua pasti tahu tiga semboyan yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha( di depan memberikan keteladanan), Ing Madya Mangun Karsa( di tengah-tengah memberikan motivasi juga semangat, dan Tut Wuri Handayani(di belakang memberikan dorongan). Konsep ini menyatakan bahwa makna pendidikan menurut filosofis KHD adalah mengenai membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya"

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwarisk

Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.
Lebih rinci bisa kita katakan pemikiran-pemikiran KHD itu sebagai berikut :

1. Pendidikan Harus Merdeka
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan bukan hanya sekadar transfer pengetahuan atau mengisi kepala, tetapi juga merupakan alat pembebasan individu dan masyarakat dari keterbelakangan dan perbedaan. Pendidikan bukan hanya menampilkan angka-angka saja tetapi harus melibatkan proses pengembangan keterampilan, pemahaman, dan pemikiran kritis siswa agar mereka dapat menjadi pribadi yang mandiri dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Dalam hal ini tugas guru adalah menuntun murid dengan metode among yaitu menjaga, membina berdasarkan kasih sayang. Murid harus menjadi prioritas utama, apapun yang dilakukan guru maka harus memikirkan dampaknya dan tujuannya bagi murid. Pembelajaran merdeka adalah berpihak kepada peserta didik. Salah satu contohnya adalah bermain. Jiwa anak adalah kodratnya bermain, berikan haknya tersebut. Hal ini tentunya disesuaikan dengan tingkat kedewasaan siswa. bermain akan mengurangi rasa ketakutan dan menegangkan. Belajar akan menjadi asyik serta menyenangkan.

2. Pendidikan karakter budi pekerti
Menurut KHD, pendidikan karakter merupakan aspek penting yang harus diterapkan dalam proses belajar mengajar. Pendidik akan membantu siswa dalam pembentukan karakter yang kuat, sifat positif, berakhlak seperti memiliki kejujuran, disiplin, tanggung jawab, serta rasa saling menghargai dan toleransi. Dengan pendidikan karakter, diharapkan siswa akan menjadi individu yang memiliki moralitas tinggi dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial bermasyarakat dan menjadi warga negara yang baik. Adanya keselarasan yang harmonis antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan semangat dan tenaga. Dari sinilah juga akan berangkat ke pembelajaran yang holistik atau menyeluruh yang artinya pendidikan bukan hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada perkembangan holistik peserta didik. Guru harus mampu melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan non-akademik seperti olahraga, seni, dan kegiatan sosial. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kepribadian siswa secara menyeluruh, termasuk perkembangan fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Budi, cipta dan karsa menghasilkan karya.

3. Pembelajaran aktif dan kreatif
Aktif dan kreatif diera digitalisasi saat ini menjadi suatu keharusan. Pendidik berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar. Terus berupaya membangitkan minat dengan menjadi motivator, inspirator maupun rekan tim untuk siswa. Pendidik juga harus mampu mengembangkan potensi optimal dan memberi arahan bagi peserta didik agar mampu berkembang sesuai dengan kodrat alam maupun kodrat zaman. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, proyek, permainan peran, dan demonstrasi yang mendorong pemikiran kritis dan kreativitas siswa. Tak terlepas dibahas juga mengenai pemikiran tentang pendidikan inklusif, di mana semua anak memiliki hak yang sama dalam mendapatkan akses dan manfaat dari pendidikan. Tidak ada diskriminasi berdasarkan latar belakang sosial, kemampuan, atau difabel. Guru harus mampu menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk memenuhi kebutuhan individu setiap siswa, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus. Pendidikan inklusif menciptakan lingkungan di mana semua siswa dapat berkembang secara optimal dan merasa diterima oleh lingkungan belajar mereka.

4. Guru Itu Ibarat Petani atau Tukang Kebun

Analogi ini bisa dijelaskan oleh KHD bahwa "Seorang petani(dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang misalnya menanam  jagung maka akan menuntun tumbuhnya jagung, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang menggangu hidup tanaman jagung, padi dan lain sebagainya." (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal, 2 paragraf 1 dikutif dari Rafael, 2020)

Pendidik ibarat petani  apapun  yang ditanam  pada tanahnya tergantung petaninya akan menanam apa, yang dipetik  dari hasil menanam tentunya akan sesuai  dengan apa yang ditanam. Jika menanam jagung tentunya akan jagung juga yang akan dipanen. Proses penanaman yang baik maka tentunya akan tumbuh menjadi baik pula. Makanya guru dan semua pihak saling berkolaborasi untuk menyediakan lingkungan yang baik bagi peserta didik untuk berkembang dan berproses.

Salah satu contoh refleksi yang saya lakukan selaku sebagai pendidik yang memperoleh ilmu mengenai pemikiran KHD ini maka saya mencoba mempraktikkannya di kelas maupun di sekolah saya dengan secara konkret menyesuaikan dengan konteks local sosial budaya lokal. Di mana kami berada di kawasan masyarakat setempat yaitu bersuku Melayu. Saya mencoba menggali kebiasaan lama yang mulai terlupakan yaitu makan berhidang. 

Apa itu makan berhidang? Makan berhidang merupakan adat tradisi masyarakat Melayu ketika ada acara atau di rumah-rumah warga dalam keseharian masyarakat Melayu. Makan berhidang disebut juga makan beradap. Makan bersama duduk bersila di lantai dengan hidangan yang menggunakan nampan atau talam. Yang isinya lengkap dengan nasi putih, lauk pauk, sayuran sambal, gulai maupun lalapan, piring kosong, mangkok kecil cuci tangan, sendok makan, air minum dan lap tangan. Untuk menu biasa  menyesuaikan dengan kemampuan yang memiliki hajat.

Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya kami di Riau yang mayoritas Melayu adalah : pada suatu acara tertentu dalam masyarakat atau kenduri  yang menyediakan perjamuan makanan perlu suatu kerja sama dengan prinsip gotong royong yang solid, mulai dari memasak sampai untuk menyajikannya. Sikap kebersamaan yang diiringi dengan tanggung jawab ini sangat sesuai dengan pemikiran KHD bagi perkembangan karakter siswa  dan sebagai bekal untuk dirinya ketika dewasa dan terjun bersosialisasi di masyarakata nantinya. Gotong royong yang dilakukan adalah saling tolong menolong, kebersamaan, bermasyarakat, mempererat rasa persatuan dan jiwa rela berkorban waktu dan tenaga. Saya mengangkat budaya Melayu makan berhidang ini dengan alasan :Terkikisnya sudah rasa kebersamaan yang dulunya dilakukan oleh orang tetua kita, atau budaya luhur nenek moyang. Maka ini harus kembali dibangkitkan kembali dengan melaksanakan saat acara sekolah. Agar siswa tahu berproses dan bekerja sama, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai yang terkandung pada pelaksanaan makan berhidang bukan hanya dari hal yang terlihat, namun ada nilai yang tersirat. Yaitu adanya kebersamaan duduk sama rata, tiada memandang status strata sosial. Semua makan duduk bersila dengan menghadap makanan yang sama sembari berbincang santai. Nilai ini juga harus siswa pahami.

Sedangkan tantangannya sangat berat di antaranya yaitu tidak mau ribet atau repot menjadi suatu pemikiran bagi orang saat ini ditambah lagi rasa kepedulian yang semakin memudar. Orang lebih memilih bermain gawai dibanding untuk bergerak menolong kerjaan orang lain. Pengaruh budaya luar. Kita yang berada pada arus globasisasi dan percepatan arus informasi dan komunikasi yang serba instan maka lebih suka mengadopsi budaya luar, dan menganggap itu keren dan modern. Jasa catering plasmanan sudah menjamur dan dianggap cocok tinggal menyediakan dananya saja.

Solusi penerapan yang dilakukan adalah mulai dari sekolah adanya kegiatan masak-masak Bersama lalu dikuti dengan makan Bersama secara berhidang. Menjelaskan manfaat dan alasan mengapa makanan berhidang itu dulu dilakukan. Mensosialisasikan pada orang tua berupa parenting day dengan menyelipkan masukan agar makan Bersama dengan kelurga teutama anak dan berkomunikasi dan membatasi siswa untuk tidak berlarut dengan ponsel. Guru menjadi tauladan yang baik dengan memberikan kegiatan positif yang mengusung kerja sama atau gotong royong lainnya agar siswa merasakan manfaat gotong royong. Guru mengupdate informasi  dan kompetensi dan saling berbagi ilmu  untuk mengetahi bagaimana budaya daerah bisa terus digali lagi misalnya dengan Lembaga Adat Melayu(LAM) setempat.

Makna makan berhidang adalah kebersamaan, Ketika menyiapkan, makan dan mengemasnya. Para anak muda memuliakan para orang tua, begitu pun para Wanita melayani menyajikan sepenuh hati sebagai penghormatan kepada pemimpin keluarga yakni seorang suami atau bapak-bapak. Ketika makan harus memiliki adab yaitu tidak boleh tamak atau egois dengan mengutamakan kesopanan dan nilai kesederhanaan sesuai porsi yang tersedia oleh tuan rumah.

Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah sesuai dengan konteks sosial budaya di daerah kita yaitu : Siswa mampu berinteraksi dengan menanamkan sikap yang berkarakter gotong royong, mau bekerja sama dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk saling tolong menolong. Membeda-bedakan status sosial, berprilaku baik kepada siapa saja.  Duduk sama rata, makan bersila bersama.

Tak lupa saya abadikan dan apresiasi atas filosofi KHD ini yang telah membuka kran pola pikir saya bagaimana seharus seorang pendidik itu bertindak dalam sederet untaian kata dalam bentuk puisi berikut ini.

Pendidikan yang Gemilang

Puisi oleh : Megawati, S.Pd/nama pena = Megawati Sorek

CGP Angkatan 10 Kabupaten Pelalawan- Provinsi Riau


Ki Hajar Dewantara losomu tercurah asa

Bentangan ilmu bukan hanya mengisi kepala

 Membangun jiwa pikiran tersingkap nyata

 Nilai-nilai tertanam melayani insan cendekia

Budi pekerti tersanjung berujung karya

Menggali potensi siap untuk berinovasi dengan cinta

Melintasi zaman berselimut kodrat alam adanya

Tumbuh lestari di dalam diri tertanam dalam jiwa

Sapaan anugrah berbingkai merdeka belajar

Cita tulus terpancar bersinar

Pemikiran generasi terdidik akan dikejar

Sumbangsih berkibar pendidikan tak kan pudar

Ki Hajar Dewantara semai benih meramu

Meraih tujuan nan bersatu padu

Bersama kita terus berusaha melaju

Pendidikan gemilang bukanlah hal yang semu

Meraih tujuan nan bersatu padu

Bersama kita terus berusaha melaju

Pendidikan gemilang bukanlah hal yang semu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun