Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Memukau

26 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 26 Maret 2024   00:04 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Desain Megawati Sorek 

Analogi ini bisa dijelaskan oleh KHD bahwa "Seorang petani(dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang misalnya menanam  jagung maka akan menuntun tumbuhnya jagung, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang menggangu hidup tanaman jagung, padi dan lain sebagainya." (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal, 2 paragraf 1 dikutif dari Rafael, 2020)

Pendidik ibarat petani  apapun  yang ditanam  pada tanahnya tergantung petaninya akan menanam apa, yang dipetik  dari hasil menanam tentunya akan sesuai  dengan apa yang ditanam. Jika menanam jagung tentunya akan jagung juga yang akan dipanen. Proses penanaman yang baik maka tentunya akan tumbuh menjadi baik pula. Makanya guru dan semua pihak saling berkolaborasi untuk menyediakan lingkungan yang baik bagi peserta didik untuk berkembang dan berproses.

Salah satu contoh refleksi yang saya lakukan selaku sebagai pendidik yang memperoleh ilmu mengenai pemikiran KHD ini maka saya mencoba mempraktikkannya di kelas maupun di sekolah saya dengan secara konkret menyesuaikan dengan konteks local sosial budaya lokal. Di mana kami berada di kawasan masyarakat setempat yaitu bersuku Melayu. Saya mencoba menggali kebiasaan lama yang mulai terlupakan yaitu makan berhidang. 

Apa itu makan berhidang? Makan berhidang merupakan adat tradisi masyarakat Melayu ketika ada acara atau di rumah-rumah warga dalam keseharian masyarakat Melayu. Makan berhidang disebut juga makan beradap. Makan bersama duduk bersila di lantai dengan hidangan yang menggunakan nampan atau talam. Yang isinya lengkap dengan nasi putih, lauk pauk, sayuran sambal, gulai maupun lalapan, piring kosong, mangkok kecil cuci tangan, sendok makan, air minum dan lap tangan. Untuk menu biasa  menyesuaikan dengan kemampuan yang memiliki hajat.

Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya kami di Riau yang mayoritas Melayu adalah : pada suatu acara tertentu dalam masyarakat atau kenduri  yang menyediakan perjamuan makanan perlu suatu kerja sama dengan prinsip gotong royong yang solid, mulai dari memasak sampai untuk menyajikannya. Sikap kebersamaan yang diiringi dengan tanggung jawab ini sangat sesuai dengan pemikiran KHD bagi perkembangan karakter siswa  dan sebagai bekal untuk dirinya ketika dewasa dan terjun bersosialisasi di masyarakata nantinya. Gotong royong yang dilakukan adalah saling tolong menolong, kebersamaan, bermasyarakat, mempererat rasa persatuan dan jiwa rela berkorban waktu dan tenaga. Saya mengangkat budaya Melayu makan berhidang ini dengan alasan :Terkikisnya sudah rasa kebersamaan yang dulunya dilakukan oleh orang tetua kita, atau budaya luhur nenek moyang. Maka ini harus kembali dibangkitkan kembali dengan melaksanakan saat acara sekolah. Agar siswa tahu berproses dan bekerja sama, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai yang terkandung pada pelaksanaan makan berhidang bukan hanya dari hal yang terlihat, namun ada nilai yang tersirat. Yaitu adanya kebersamaan duduk sama rata, tiada memandang status strata sosial. Semua makan duduk bersila dengan menghadap makanan yang sama sembari berbincang santai. Nilai ini juga harus siswa pahami.

Sedangkan tantangannya sangat berat di antaranya yaitu tidak mau ribet atau repot menjadi suatu pemikiran bagi orang saat ini ditambah lagi rasa kepedulian yang semakin memudar. Orang lebih memilih bermain gawai dibanding untuk bergerak menolong kerjaan orang lain. Pengaruh budaya luar. Kita yang berada pada arus globasisasi dan percepatan arus informasi dan komunikasi yang serba instan maka lebih suka mengadopsi budaya luar, dan menganggap itu keren dan modern. Jasa catering plasmanan sudah menjamur dan dianggap cocok tinggal menyediakan dananya saja.

Solusi penerapan yang dilakukan adalah mulai dari sekolah adanya kegiatan masak-masak Bersama lalu dikuti dengan makan Bersama secara berhidang. Menjelaskan manfaat dan alasan mengapa makanan berhidang itu dulu dilakukan. Mensosialisasikan pada orang tua berupa parenting day dengan menyelipkan masukan agar makan Bersama dengan kelurga teutama anak dan berkomunikasi dan membatasi siswa untuk tidak berlarut dengan ponsel. Guru menjadi tauladan yang baik dengan memberikan kegiatan positif yang mengusung kerja sama atau gotong royong lainnya agar siswa merasakan manfaat gotong royong. Guru mengupdate informasi  dan kompetensi dan saling berbagi ilmu  untuk mengetahi bagaimana budaya daerah bisa terus digali lagi misalnya dengan Lembaga Adat Melayu(LAM) setempat.

Makna makan berhidang adalah kebersamaan, Ketika menyiapkan, makan dan mengemasnya. Para anak muda memuliakan para orang tua, begitu pun para Wanita melayani menyajikan sepenuh hati sebagai penghormatan kepada pemimpin keluarga yakni seorang suami atau bapak-bapak. Ketika makan harus memiliki adab yaitu tidak boleh tamak atau egois dengan mengutamakan kesopanan dan nilai kesederhanaan sesuai porsi yang tersedia oleh tuan rumah.

Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah sesuai dengan konteks sosial budaya di daerah kita yaitu : Siswa mampu berinteraksi dengan menanamkan sikap yang berkarakter gotong royong, mau bekerja sama dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk saling tolong menolong. Membeda-bedakan status sosial, berprilaku baik kepada siapa saja.  Duduk sama rata, makan bersila bersama.

Tak lupa saya abadikan dan apresiasi atas filosofi KHD ini yang telah membuka kran pola pikir saya bagaimana seharus seorang pendidik itu bertindak dalam sederet untaian kata dalam bentuk puisi berikut ini.

Pendidikan yang Gemilang

Puisi oleh : Megawati, S.Pd/nama pena = Megawati Sorek

CGP Angkatan 10 Kabupaten Pelalawan- Provinsi Riau


Ki Hajar Dewantara losomu tercurah asa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun