Mengambil pisau dapur yang kuselipkan disamping bokong. Tanganku bergerak cepat menusukkan berulang kali ke perutku.
Aku yang bersimbah darah hanya bisa melihatmu sekilas terkejut. Lalu, berteriak histeris menghampiri, setelah itu gelap. Detik-detik ajal datang menyakitkan, perih. Membawa hati yang juga mati.
~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!