Oke, silakan pembaca mengakhiri cerita di atas bagaimana maunya. Padahal sebenarnya diriku tadi bukan hanya blusukan nggak tentu arah melihat para rakyat. Ada tugas khusus lagi yaitu aku pergi ke padepokan secara diam-diam.
Aku merasa wanita yang sangat lemah. Sebagai seorang ratu aku harus bisa ilmu kanuragan.
Pengalaman bertarung melawan pengawal wanita disaat sesi latihan kemarin, membuatku menyadari satu hal. Ilmuku ternyata masih dangkal.Â
Aku telah membulatkan tekad untuk menimba ilmu kanuragan di padepokan Nyai Caping. Seorang pendekar wanita yang mumpuni di dunia persilatan. Sosok hebat yang terkenal dengan julukan 'Pendekar Caping Maut'. Bayangkan, hanya dengan melemparkan capingnya saja, lawannya tiba-tiba jatuh lunglai tak berdaya.Â
Aku harus menjadikan Nyai Caping guruku.Â
Dengan langkah yakin dan tekad, akhirnya aku tiba di gerbang padepokan yang kutuju.Â
Tampak beberapa orang muridnya tengah berlatih ilmu kanuragan di halaman padepokan. Semuanya wanita. Kudengar, Nyai Caping hanya menerima murid perempuan. Bisa dimaklumi sih, akan lebih leluasa tentunya interaksi yang dilakukan.Â